Sudah dua hari berlalu sejak aku tinggal dengan Yesaya. Setelah menggunakan berbagai alasan akhirnya dia setuju untuk menampungku. Aku bahkan berpura-pura mengatakan bahwa aku dijodohkan agar ia merasa kasihan dan membiarkanku lebih lama. Maafkan aku mama, kak Tommy dan kak Yudi karena tidak mengakui kalian sebagai keluarga kandungku. Aku hanya ingin dekat dengan Yesaya lagi. Kami sudah berpisah terlalu lama.
Setelah berada di dekat Yesaya hampir 24 jam, aku melihat cukup banyak perubahan pada dirinya. Terutama penampilannya. Jika dulu ia terlihat seperti loser dengan kacamata dan poni lepeknya, kini dia sudah berubah menjadi sosok pemuda tampan dengan tinggi jauh di atasku. Aku bahkan hanya sebatas bahunya. He's so damn handsome. Inikah yang dinamakan puberty hit like a truck?
Namun sekarang ia juga jadi lebih dingin dan cuek dari sebelumnya. Kalau Yesaya yang dulu meski jarang senyum ia tetap menjawab saat aku bertanya, tapi Yesaya yang sekarang harus kubuat kesal dulu baru merespon.
"Pinter banget lo aktingnya ya. Kenapa nggak jadi artis aja sekalian?"
Aku yang baru menutup pintu rumah itu mendelik saat dikatai seperti itu oleh Yesaya. "Maksudnya?"
Yesaya menghampiriku. Dia melipat tangan di dada, memandang sebalku. Ini orang kenapa lagi deh? Sensi mulu bawaannya? Padahal baru tadi sore marah-marah. "Gara gara lo mereka beneran percaya kita pasutri."
Oalah. Jadi dia marah karena itu? "Ya emang kenapa? Bagus dong, kita nggak perlu takut dicurigain," belaku.
"Tapi tetep aja lo kelewatan! Terus kenapa lagi pake bilang mau punya anak segala.. lo tahu nggak gara-gara itu gue dicencengin sama mereka. Lo kenapa sih sehari aja nggak bisa nggak berulah? Baru aja tadi sore dimaafin sekarang bikin gue sebel lagi! Gue tuh ada salah ya sama lo? Atau kita pernah ketemu gitu? Kenapa lo kayaknya demen banget bikin gue kesel? Kania lo-"
Cup!
Tidak tahan dengan ocehannya aku pun berjinjit dan membungkam bibirnya dengan milikku, hanya beberapa detik lalu aku mengakhirinya. Dan hal itu berhasil membuatnya bungkam.
"Oke, lawan berhasil dilumpuhkan." Aku berusaha bersikap sebiasa mungkin. Walau sebenarnya aku ingin menenggelamkan diriku saat itu juga di rawa-rawa karena tindakkan gegabahku yang mencium Yesaya tanpa izin. Entah dapat keberanian dari mana aku. Tubuhku seolah bergerak sendiri untuk menciumnya.
Aku pun buru-buru masuk ke kamar.
Aku langsung menjatuhkan diri di kasur, menyembunyikan wajahku yang sudah semerah tomat. Aku memegang bibirku sendiri. Ah.. first kiss-ku.
Aku tidak pernah mencium siapapun sebelum ini. Bahkan pada Daniel, mantanku dulu tidak pernah aku ijinkan melakukan skinship lebih daripada pegangan tangan. Entah kenapa aku jadi lebih liar saat di dekat Yesaya.
Apa aku jatuh cinta padanya?
Sudah lama jantungku tidak berdegup sekencang ini.
Kayaknya emang beneran aku jatuh cinta pada Yesaya.
"Huaaahh mama!" Aku menendang-nendangkan kaki asal ke arah langit. Gemas dengan perasaan sendiri. Bahaya ternyata tinggal seatap dengan cowok itu. Awalnya aku hanya berniat mengerjainya karena ia sepertinya tidak mengenaliku tapi makin ke sini aku malah naksir padanya.
Dddrrtt..
Aku mengambil ponselku yang bergetar itu, kemudian menemukan sebuah chat masuk;
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity
FanfictionYesaya si kulkas berjalan yang enggan berinteraksi dengan orang yang tidak ia kenal malah berurusan dengan Kania, gadis gila yang ia temui saat perjalanan menuju ke Prague. Niat awal yang ingin melepas stress sehabis sidang tugas akhir itu malah ter...