twenty one : the world looks bright, you make me shine, your existence alone

242 44 20
                                    

Setahun lebih sudah Yesaya merasa hidupnya begitu hampa, tiap hari yang ia lalui rasanya tidak ada satupun hal yang cukup berarti untuk dikenang. Namun kini sejak dipertemukan kembali dengan sang pujaan hati, ia merasa hidupnya kembali berwarna. Warna hitam dan putih itu kini kembali diwarnai. Lagi-lagi karena Kania.

It's all black and white 'till she brings other colors on it.

Kania just like the pastel color in his life.

Cheesy yet it's true.

Kalau Aby atau Satya mengetahui hal itu, maka bisa dipastikan Yesaya akan dijulidin habis-habisan.

Lihat saja dia, sehabis bekerja dirinya langsung tancap gas menuju rumah sakit untuk menemui Kania yang masih menjalani pengobatannya di sana. Oh ya, sekarang Yesaya sudah menjadi seorang ilustrator di salah satu perusahaan ibu kota.

Dengan sebuket bunga di tangannya, Yesaya menuju ke kamar inap tempat Kania dirawat. "Ka-" langkahnya terhenti saat melihat Kania yang tengah berpelukan dengan seorang pria yang tidak ia kenali.

"Aya?" kaget Kania saat mendapati sosok Aya yang sudah berdiri di dekat pintu kamarnya. Pelukannya terhadap pria asing itu terlepas.

"Aya?" lelaki tak dikenali itu menaikan alis melihat sosok Yesaya. "Oh.. jadi kamu pacar adekku?"

Adek?

"Ay, kenalin, ini kak Yudi, Kak Yud, kenalin ini Aya."

Oalah. Hati Yesaya seketika lega mendengarnya. Hampir saja ia berpikir yang tidak-tidak. Maklum, dirinya belum pernah bertemu dengan Yudi. Kania sudah pernah cerita kalau ia punya dua kakak laki-laki tapi baru Tommy yang pernah ketemu. "Yesaya," ujarnya sopan.

Yudi maju mendekati Yesaya. Ia bersedekap dada sambil mengamati cowok yang lebih muda darinya itu dari kepala hingga ujung kaki. Oknum yang dipandangi seperti itu merasa risih sekaligus was-was. Jangan-jangan kakak Kania yang satu ini sama aja sama yang dokter itu. Bukannya apa, Tommy suka merecokinya saat sedang berduaan dengan Kania. Kakak-kakak tampaknya Kania begitu protektif terhadap sang adik.

Grep!

Tak disangka Yudi justru memeluknya. Menepuk-nepuk punggungnya. Yesaya sampai terbatuk karena tepukan Yudi yang sepertinya pake tenaga dalam itu. "Makasih, ya, Bro, udah bikin Nia bahagia."

'Makasih' kalimat yang sederhana tapi membuat hati Yesaya menghangat. Walau bar-bar at least mulut Yudi lebih ramah dibanding Tommy. Mana ada dia diucapin terimakasih sama dokter itu? Yang ada waktu pertama ketemu itu dia malah diomeli karena asik-asikan pacaran sama Kania di Prague padahal adiknya lagi sakit. "Sama-sama.. Kak?" Yesaya membalas pelukan itu ragu-ragu. Maklum, orang introvert.

Yudi melepaskan pelukannya. Ia kemudian mengajak Yesaya untuk menghampiri Kania. "Dek, kakak mau balik dulu ke resto. Kamu baik-baik ya di sini, kalo Tommy masih cerewet bilang aja kek kakak nanti kakak yang marahin dia biar nggak omelin kamu."

Kania terkekeh. Kakaknya yang satu ini memang andalannya. "Siap, Kapten!"

"Yaudah mana sini kiss bye-nya?" Yudi menyodorkan pipinya pada Kania yang lantas disambut satu kecupan dari sang adik. Pria itu kemudian gantian mencium pucuk kepala Kania. Keduanya saling melempar senyum.

SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang