Baru kali ini Yesaya merasa sangat bosan sendirian saat berada di rumah untuk waktu yang lama. Kania pamit keluar rumah sebentar untuk membeli keperluannya. Yesaya sudah menawarkan untuk menemani tapi Kania menolak dan Yesaya tidak bisa memaksanya juga.
Gadis itu aneh sekali akhir-akhir ini, ia seperti menjauh dari Yesaya. Sudah seminggu ini, Kania yang biasanya suka menyosor duluan kini malah jaga jarak aman, salah satunya ia menghindar untuk tidur di ranjang yang sama. Katanya pengen tidur sendiri dulu, ia kangen tidur dengan kasur yang luas. Yesaya hanya bisa mengiyakan. Ia tidak ingin terkesan seperti pacar yang posesif, kemana-mana harus ditempeli walau dalam hati kecilnya ia tidak tahan kalau tidak melihat wajah Kania barang sedetikpun. Sepertinya ia sedang mengalami honeymoon phase. Wajar saja, ini pertama kali baginya berpacaran.
Sekarang Yesaya hanya duduk sendirian di ruang tengah sambil membuka laptopnya, mengerjakan sesuatu agar tidak bosan. Saat bekerja, tiba-tiba perutnya berbunyi. Ah, ini sudah siang. Pantas saja. Tadi ia hanya sarapan roti dan kopi. Karena Kania tidak ada jadi dia harus menyiapkan lunch sendiri. Yesaya pun melangkahkan kakinya menuju dapur.
Saat melewati ruang tengah ia mengulas senyum saat mendapati sendal couple berbentuk buaya yang terletak pada dinding di antara kamarnya dan kamar Kania. Gadis itu yang membelinya sewaktu mereka di New Town kemarin untuk memenuhi bucket list nomor delapan, punya barang couple sama pacar.
Unik sekali selera gadis itu. Tidak seperti gadis kebanyakan yang ingin couple-an aksesoris atau baju, ini malah sandal, mana bentuknya buaya pula.
Milik Kania yang warna pink, sedangkan Yesaya warna hijau. Sebenarnya warna favorit Yesaya adalah army tapi sayang hanya ada hijau lumut. Mau tak mau ia pun menurut. Kalau tidak Kania ngambek.
Mahasiswa yang sebentar lagi akan wisuda itupun mengganti sandal rumahnya dengan sandal buaya itu, tapi kemudian matanya menangkap selembar tisu yang sepertinya habis dipakai untuk mengelap cairan berwarna merah berada di tempat sampah.
Penasaran, Yesaya mengambil tisu itu. "D-darah?" pekiknya pelan. Kok bisa ada darah? Milik siapa? Tidak mungkin miliknya. "Kania?"
Click!
Yesaya buru-buru menyembunyikan tisu itu di dalam sakunya saat mendengar pintu yang terbuka.
"Aya! Kania pulang!"
Seruan itu sampai di telinga Yesaya. "Gue di dapur," sahutnya.
Kania muncul sambil tersenyum lebar pada Yesaya. Ia kemudian meletakkan bahan belanjaannya di meja. "Aya, karena selama ini lo yang sering beli bahan makanan sekarang gantian gue." Ia kemudian menyadari Yesaya yang memakai sandal couple mereka. "Yaampun, gemes! Gue juga mau pake deh."
Kania pun buru-buru mengganti sandalnya dengan sandal couple mereka. Ia menyandingkan kakinya dan kaki Yesaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity
FanficYesaya si kulkas berjalan yang enggan berinteraksi dengan orang yang tidak ia kenal malah berurusan dengan Kania, gadis gila yang ia temui saat perjalanan menuju ke Prague. Niat awal yang ingin melepas stress sehabis sidang tugas akhir itu malah ter...