twelve : I would be so happy if my last destiny was you

300 45 21
                                    

Malam yang dinantikan pun datang.

Tepat di alun-alun kota lama, telah berkumpul ratusan bahkan mungkin ribuan orang memenuhi tempat itu, menunggu pertunjukan kembang api untuk penyambutan tahun baru, tahun 2023.

Begitu banyak pengunjung yang memadati kota tua itu sampai keduanya harus berdesak-desakan saat berjalan. Yesaya sampai merangkul Kania karena orang-orang di sekitar mereka yang melangkah terburu-buru dan hampir membuat Kania terpental jika tidak ditahan oleh dirinya. Meski begitu, Kania tidak marah. Ia maklum, semua yang ada disini juga sama excited-nya dengan dia.

Kemarin saat berada di villa, mereka melewatkan christmas event di Old Town Prague yang katanya lebih meriah itu jadi untuk event new year kali ini Kania tidak ingin melewatkannya begitu saja. Bahkan perempuan itu membeli kembang api jenis sparklers untuk ikut memeriahkan acara new year greetings itu.

Saat sampai di jantung alun-alun, keduanya menghentikan langkah, mulai ikut menghitung mundur bersama manusia-manusia lainnya.

"Happy New Year!" Semua orang serentak berseru. Kania segera memasang kembang apinya, memutar-mutarkannya dengan semangat.

Yesaya yang melihat hal itu hanya tersenyum. Ia ikut bahagia melihat Kania yang bahagia. Ia berharap bisa terus melihat sisi Kania yang seperti ini. Selalu tersenyum.

"Aya, ayo kita doa!" ajak Kania begitu kembang apinya mati.

"Doa?"

"Iya. Kan ini tahun baru. Ayo kita buat keinginan di tahun ini!"

Oh ya, Yesaya hampir lupa untuk menaikan doa. Biasanya keluarganya akan berdoa sebelum tahun baru tapi karena daritadi sibuk bersama Kania ia jadi lupa berdoa untuk mengucap syukur pada Yang Di Atas karena masih memberikan kesempatan hidup di tahun yang baru ini.

Yesaya kemudian melipat tangan, memejamkan matanya. Kania yang melihat itu segera melakukan hal yang sama.

Untuk beberapa detik keduanya teduh dalam doa.

"Amin!" Kania menyelesaikan doanya lebih dulu, lalu disusul Yesaya. "Doa lo panjang bener? Doa apa emangnya?" tanya Kania penasaran.

"Ada deh. Rahasia."

Karina memanyunkan bibirnya.

"Emang lo doa apa emang?" tanya Yesaya.

"Rahasia juga," balas Kania memeletkan lidahnya. Enak saja, kalau Yesaya tidak membagi tahu ya dia juga sama.

Yesaya hanya terkekeh menanggapinya. "Gue harap semoga gue masih dikasih kesempatan buat terus lihat lo yang begini, Kania. Gue bersyukur dipertemukan sama lo. Meeting you was an accident, a happy accident." Kata-kata itu hanya bisa diucapkannya dalam hati.

***

Entah sudah ke berapa kalinya Keenan mengetuk-ngetuk pintu rumah Samuel tapi tidak kunjung direspon.

Ia melirik jam tangannya, sudah pukul 11 pagi, tidak mungkinkan Yesaya dan Kania belum bangun? Biasanya jam 8 saja keduanya sudah keliahatan berkeliaran di halaman rumah tapi anehnya sampai sekarang belum nampak juga batang hidung mereka.

Keenan sudah mencoba menelpon tapi tak diangkat juga. Apa mereka memang beneran masih tidur?

Tangannya kemudian mencoba meraih gagang pintu. Dan voila! Pintunya ternyata tidak dikunci.

Apa mereka sedang keluar?

"Ih, Aya jangan gitu! Geli!"

Eh, tapi itu suara Kania.

SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang