~4~

86 9 0
                                    

Happy reading

...

Saat Yoshi membuka pintu, seseorang tiba-tiba memeluknya erat. Menyadari seseorang yang baru saja bertamu adalah adik bungsunya, sontak saja membuat Yoshi terkejut. Tapi ia memilih membiarkan Haruto menangis di pelukannya hingga merasa lebih baik.

"Apa kamu sudah merasa lebih tenang?" Haruto mengangguk pelan. "Ayo kita masuk, di luar sangat dingin. Kamu pasti juga merasa lelah, kan?" Yoshi menuntun adiknya itu menuju ruang tamu. Dari arah tangga terlihat Mashiho sedikit terkejut dengan keberadaan Haruto, Asahi yang melihatnya mengisyaratkan untuk tetap diam.

"Hey, apa yang membuatmu kemari?" Tanya Yoshi lembut. "Niichan, biarkan aku tinggal disini bersama kalian. Aku muak berada di rumah itu, aku tidak ingin bertemu ayah." Ucap Haruto. "Tentu saja, rumahku adalah rumahmu juga. Tenanglah, kamu tidak akan bertemu ayah setidaknya untuk beberapa lama. Aku akan meminta harabeoji dan halmeoni untuk merahasiakan alamat rumah ini." Yoshi mencoba menenangkan Haruto.

"Ada yang bisa menjelaskan apa yang sedang terjadi disini?" Mashiho bertanya dengan ragu-ragu. "Begini, adik kita yang nakal ini nampaknya kabur dari rumahnya di Jepang." Ucap Yoshi jahil. "Jadi begitu, adik kita ini pasti sangat kesepian dan tidak ingin berpisah dengan kakak-kakaknya kan." Mashiho mengacak pelan rambut Haruto. "Oniichan!" Haruto kesal.

"Ngomong-ngomong, bagaimana kamu tau alamat rumah ini?" Tanya Mashiho, Haruto mengeluarkan lukisan kecil pemberian Asahi. "Kamu memang ajaib Asahi." Ucap Yoshi saat menyadari rumah yang ada di lukisan itu sama persis dengan rumah yang kini ia tinggali dan terdapat alamat di lukisan itu. "Bukan aku niichan, kepintaran Haruto lah yang membawanya kemari." Asahi menepuk pelan puncak kepala Haruto.

"Tapi niichan, apakah rumah ini pemberian ayah?" Tanya Haruto. "Bukan, rumah ini pemberian harabeoji dan halmeoni sebagai hadiah karena aku mendapatkan beasiswa." Jawab Yoshi sedang adik-adiknya hanya ber-oh ria. "Baiklah, lebih baik kita lanjutkan pembicaraan ini besok karena hari sudah semakin larut, apa kalian tidak mengantuk?" Ucap Mashiho.
.

.

.
Pagi telah menyapa, kini J-line tengah kumpul bersama di meja makan. Mereka tengah menikmati sarapan sambil berbincang-bincang, "Oniichan, tadi saat aku jalan-jalan di luar. Aku melihat gedung yang sangat cocok untuk dibuat kafe, aku harap kita bisa membuat bisnis kita sendiri di sana." Cerita Haruto. "Kenapa tidak kita coba saja?" Tawar Yoshi.

"Apa yang sedang kalian bahas?" Tanya seseorang yang asing Dimata adik-adik Yoshi. "Oh, Jihoon! Junkyu!" Sambut Yoshi. "Ah, mianhae Yoshi. Kami sudah memencet bel dari tadi tapi sepertinya tidak ada yang mendengarnya, dan karena pintunya terbuka jadi kami memilih masuk saja." jelas Jihoon, seseorang yang bertanya tadi. "Mianhae Yoshi, harusnya kami tidak seenaknya masuk ke rumahmu." Ucap Junkyu. "Ah, tidak masalah. Kalian adalah sahabatku, jadi anggap saja rumah ini seperti rumah kalian sendiri." Yoshi santai.

"Oh iya, perkenalkan mereka adik-adikku. Twins, Mashiho dan Asahi, mereka disini untuk melanjutkan kuliah. Juga maknae kami Haruto, aku berniat mencari SMA baru untuknya disini." Lanjutnya memperkenalkan adik-adiknya. "Bagaimana kalau di TM High School saja? Pemiliknya adalah kakekku dan disana ada ada adik dan sepupuku, mungkin saja mereka akan akrab." Usul Jihoon. "Bagaimana Haruto?" Tanya Yoshi. "Aku ikut saja." Jawabnya. "Baiklah kalau begitu, aku akan urus kepindahanmu hari ini setelah kita ke rumah harabeoji." Ucap Yoshi.

"Ngomong-ngomong, apa yang kalian bicarakan tadi?" Tanya Jihoon penasaran. "Hey, kenapa kamu kepo sekali dengan urusan orang lain?" Sinis junkyu. "Aku hanya penasaran karena mereka berbicara dengan menggunakan bahasa Jepang." Jihoon santai. "Tidak apa-apa Junkyu, lagipula kami bukan membicarakan hal yang penting. Tadi Haruto melihat gedung di ujung jalan dan berpikir untuk menyewanya menjadi kafe." Jawab Yoshi.

It's Okay That's FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang