~14~

106 7 0
                                    

Happy reading~

...

Kafe

"Jadi, apa yang sebenarnya terjadi, bibi? Terakhir kali kami mengetahui bahwa Yedam dinyatakan meninggal, sekarang dia kelihatan sehat tapi tidak mengingat satupun dari kami." Ucap Jaehyuk.

"Sebenarnya, saat kalian pulang... Detak jantung Yedam kembali dan dia sadarkan diri. Hanya saja benturan keras dikepalanya mengakibatkan dia kehilangan hampir seluruh ingatannya, yang dia ingat hanyalah orang tua dan kenangan masa kecilnya. Karena kondisi Yedam yang tidak mengingat apapun, kami memutuskan untuk membawa Yedam keluar dari Korea." Ibu Yedam mulai menangis.

"Maaf- Maafkan bibi, bibi tidak bermaksud menjauhkan kalian dari Yedam. Bibi hanya takut jika kita memaksa Yedam mengingat semuanya, dia akan kesakitan. Karena setiap dia mencoba mengingat sesuatu, kepalanya akan terasa sakit." Ibu Yedam kembali terisak.

"Baiklah, kami mengerti. Mulai sekarang kami tidak akan mengganggu Yedam lagi dengan kehidupan barunya, dan kami juga akan kembali menjalani hidup tanpa Yedam" Ucap Jaehyuk dengan senyum terpaksa.

"Terima kasih." Ibu Yedam segera pergi dari kafe itu.

...

"Ternyata kalian ada disini, kami mencari kalian daritadi." Ucap Mashiho. "Kenapa Jaehyuk menangis?" Tanya Junkyu.

"Tadi kami bertemu ibu Yedam." Jawab Asahi. "Apa?!" Yang lain terkejut mendengarnya. "Lalu apa kalian menanyakan soal Yedam?" Tanya Jihoon.

"Iya, ibu Yedam sudah menceritakan semuanya. Ternyata saat itu Yedam kembali hidup, tapi dia tidak mengingat apapun kecuali orang tua dan masa kecilnya, makanya dia tidak mengingat kita. Dan ibu Yedam meminta kita untuk membiarkan Yedam dengan ingatannya yang sekarang, karena jika kita memaksa Yedam mengingat semuanya, dia pasti akan merasa kesakitan." Jelas Asahi.

"Yah, sepertinya kita sudah tidak ada harapan lagi." Ucap Jaehyuk sambil menghapus air matanya.

"Emm, daripada kita terus bersedih seperti ini, bagaimana jika kita mencari hiburan? Sangat disayangkan jika kita kemari tapi tidak melakukan apapun, setidaknya kedatangan kita tidak akan berakhir sia-sia." Ucap Doyoung.

"Ya, kita sudah punya tour guide disini." Jeongwoo merangkul Haruto dengan senyum jahil. "Oh iya, kita punya empat tour guide disini." Mereka merangkul J-line.

"Kurasa biayanya tidak akan murah." Ucap Yoshi bercanda. "Tenang, berapa pun pasti kami bayar." Hyunsuk memperlihatkan dompet tebalnya, lalu mereka semua tertawa bersama.
.

.

.
"Kemana lagi kita?" Tanya Junghwan. "Aku tau tempat mana lagi yang harus kita tuju, aku jamin kalian pasti akan senang berada disana." Yoshi segera melajukan mobil diikuti oleh mobil lain yang dikendarai oleh Mashiho dan yang lain.


Kini mereka telah berada di tempat yang sudah tidak asing lagi bagi J-line, itu adalah tempat yang 3 tahun lalu menjadi tempat terakhir J-line menghabiskan waktu sebelum Yoshi pergi ke Korea.

"Tempat ini benar-benar indah." Puji Doyoung. "Iya benar, aku tidak pernah melihat tempat seindah ini." Ucap Jeongwoo.

Yoshi tersenyum memandangi keindahan yang terpampang jelas di depan matanya, ia merangkul Asahi yang berdiri tepat di sebelahnya "Terima kasih Asahi." Perlahan-lahan air mata menetes.

"Niichan, kenapa menangis?" Tanya Haruto. "Aku hanya mengingat kembali saat tempat ini menjadi tempat terakhir kita menghabiskan waktu sebelum aku meninggalkan kalian." Jelas Yoshi dengan air mata yang masih terus membasahi pipi.

It's Okay That's FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang