🖋:4

1.4K 117 0
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Asa mengerjap kan mata nya, ia melirik jam di atas nakas kamar nya yang menunjukkan pukul delapan malam.

Ia mengganti posisi nya menjadi duduk "Haus.. " Gadis itu turun dan memakai sandal rumah nya berniat turun ke bawah untuk membasahi tenggorokan nya yang kering.

Baru beberapa langkah ia menuju ke pintu kamar, ada siluet seseorang yang tertangkap di penglihatan nya.

Di ujung jendela "I-itu apa?" Asa berkeringat dingin, perlu kalian ketahui Asa itu anak nya parnoan kalau kejadian kaya gini dia pasti mikir nya ke arah setan setan an.

"Ga, ga mungkin ada setan!" Berusaha tak perduli, Asa melanjut kan langkah nya untuk keluar.

PRANGG!!

"ABANG!!" Asa menutup mata dan telinga nya saat melihat seseorang di balkon kamar nya seperti sedang melempar benda padat yang membuat kaca jendela balkon nya pecah.

Gadis itu meringkuk memeluk lutut nya,dada nya sesak, air mata nya mulai mengalir deras.

kejadian ini membuat nya seolah merasakan kejadian suram beberapa tahun lalu.

"A-abang.. "

Tok! Tok!

Suara ketukan pintu di luar kamar nya mulai terdengar, namun Asa tak memiliki tenaga untuk membuka.

Mulut nya ingin sekali berteriak, bayangan yang tadi ia lihat juga entah hilang kemana.

"Semua yang kamu alami selama ini memang cuman pencitraan saya Asa."

"Eng-engga!" Asa menggeleng ribut saat merasakan pusing di kepala nya.

Kalimat demi kalimat itu terus berputar di otak nya.

"Kamu fikir saya sudi punya anak dari dia? Engga."

"Arghhgh!!!"

BRAAK!!

"Asa?!"

Arshaka menerobos masuk duluan ketika Mahessa berhasil mendobrak pintu kamar Asa.

Rasa panik nya benar benar semakin menyeruak saat melihat Asa menjambaki rambut nya sendiri.
"Heii.. shtt jangan gini, ada abang." Ia membawa Asa ke dalam dekapan nya berusaha memberikan ketenangan.

Asa tak membalas pelukan mau pun ucapan Arshaka, tubuh nya melemas membuat Arshaka panik.

"Har! Telfon samudra! Bawa om gilang ke sini!" Harviz mengangguk cepat dan merogoh ponsel di saku nya.

Mencari nomor yang di maksud lalu menghubungi nya, Arshaka langsung mengangkat Asa yang mulai tak sadar kan diri ke atas ranjang nya.

Sementara Yohan dan Mahessa melihat keluar balkon serta memeriksa batu bata yang ternyata di jadikan alat untuk si pelaku memecahkan kaca balkon.

My Posesif brother-EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang