🖋:21(End)

1.4K 84 36
                                    

Yohan Harviz dan Mahessa menuruni masing masing kendaraan, Menatap gedung tua yang berada di pinggiran kota.

Gedung kotor yang sama sekali tak terurus. "Gila" Gumam Harviz.

"Ayo Bang! Asa pasti di dalem!"

"Jangan dulu Sha! Kita harus faham kalau dia pasti gak cuman sendirian, pasti ada anak buah nya di dalem." Harviz menyetujui ucapan Yohan.

Sementara Arshaka mendecak kesal.
"Ya terus mau kapan diem terus anjir?! Asa di dalam! Kalau Lo berdua Gak mau masuk mending Gue sendirian!"

Yohan menahan lengan Arshaka yang berniat pergi itu. "Kita cuman bertiga di sini, Jangan gegabah."

"Kita bantuin." Mereka berbalik badan, menatap kaget karna tiba tiba Ada Zayyan, dan.. ke dua temannya(?)

"Zay? Lo kok?" Bingung Harviz.

"Gue bakal bantuin kalian bang, Demi Asa."

"Kita Juga!" Ujar Dion mengangkat tangan dari belakang, Yohan menoleh ke Dion dan.. Jingga.

"Lo?!" Jingga menatap malas Yohan, Ia yakin Abang sulung Gadis nya itu sudah mengetahui info tentang diri nya.

"Gak becus, Jaga adek kalian sendiri aja Gak bisa? Sampai sampai Mamah kalian nyulik dia kaya gini?!" Harviz dan Arshaka sama sama membulat kan mata nya.

Sementara Yohan menatap sinis Jingga. "Mamah Lo, Bukan Mamah Kita."

"Diam bisa? Asa lebih penting sekarang." Dion berujar, sembari menatap malas empat lelaki tersebut.

"Selametin Asa, Kita masuk ke gedung itu sama sama. Saling bantu kalau ada yang kena serangan, dan ingat! Jangan ngutamain Gengsi. Keselamatan Asa lebih penting."

Mereka semua setuju, dan mulai memasuki gedung tua itu dengan berbaris.

Di depan Ada Jingga dan di belakang dengan Yohan, Sengaja di pisah kan agar kedua manusia emosian itu tidak menggagalkan rencana.

"Ruangan ini?"
"Tapi anak buah nya ke mana?"

Arshaka memutar bola mata nya malas, setidak nya mereka bisa lebih cepat menyelamatkan Asa bukan?

"Dobrak!" Titah Yohan yang di angguki oleh yang lebih muda.

Brakk!!

"ASA?!"

Asa menatap khawatir pemuda-pemuda yang berniat menolong nya itu, gerakan mulut nya seolah mengatakan 'Tidak'

Arshaka dan Jingga sama sama tak perduli dengan apa yang di maksud Gadis itu, kedua pemuda itu berlari menghampiri Asa.

"JANGAN!"

DOR!!

Kedua nya refleks terdiam, saat melihat peluru yang di tembak tepat di depan langkah mereka.

"Jingga? you traitor."

Diandra berjalan mendekati Asa sambil membawa pistol di tangan nya, Ia sengaja bersembunyi tadi. Untuk memberikan Surprise Mungkin?

Yohan menatap tajam Diandra, yang mengelus lembut Rambut sang Adik.
Ia melangkah pelan berusaha tak membuat Diandra menyadari pergerakan nya.

"Sekali kamu bergerak, peluru ini bakal nembus kepala dia Yohanes." Asa meringis ketakutan.

Ia takut, ia juga berusaha memberi tahu sang Abang tentang jebakan yang akan di berikan Diandra untuk mereka.

Gadis itu berusaha berbicara, namun dia bisa tamat jika berbicara hal itu.

My Posesif brother-EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang