🖋:17

720 68 5
                                    

Arshaka memejamkan kedua matanya, menikmati hembusan angin malam yang menerpa wajah nya dari  balkon kamar nya.

"Gue emang selalu Egois ya?" Ia terkekeh miris, selama ini ia menyembunyikan masalah nya sendiri.

Langit malam yang gelap tanpa hamparan bintang itu seolah menggambarkan perasaan Arshaka saat ini.

"Bahkan setelah mereka ngomong kaya gitu ke Gue, mereka gak ada niatan buat minta maaf."

Ia berdiri memegang pagar balkon.

Ceklek

"Abang udah tidur?"

Cepat cepat Arshaka kembali masuk ke kamar nya, menatap datar Asa yang masuk ke kamar nya tanpa Izin.
"Kenapa Gak ngetok? Gak sopan masuk kamar orang Gak izin"

Asa menunduk merasa bersalah, padahal dia sudah tahu jika ini Arshaka. Abang nya yang paling benci jika kamar nya, di masuki orang lain.

"Maaf, tadi Asa ngeliat di balkon Abang belum tidur. Jadi Asa ke sini deh"

Pemuda itu tak menanggapi ucapan Asa, ia memilih menidurkan tubuh nya di atas ranjang sembari menatap langit langit kamar nya.

Asa ikut merebahkan diri nya di samping sang Abang, jangan kalian fikir jika Asa tak peka jika sang Abang nya itu tengah ada masalah.

Gadis itu memiring kan sedikit tubuh nya, menatap dalam wajah sang Abang dari samping.
"Abang Capek Ya? Mau Asa peluk?"

Arshaka menggeleng, namun bukan Asa nama nya jika langsung menyerah. Ia langsung memeluk posesif Arshaka dari samping.

Tak perduli sang empu yang berkata minta di lepas. "Sa.. Abang capek, jangan di glendotin ih"

"Shttt Abang kalau ada masalah tuh cerita kek sama Asa. Jangan gini, Asa jadi ngerasa gak bisa jadi adek yang baik buat Abang"

Arshaka ikut memiring kan tubuh nya, menghadap ke Asa. Menatap serius sang adik yang juga menatap nya.

Ia menangkup wajah Asa, mata nya memanas karna melihat tatapan tulus sang adik.

"Nangis aja, Nangis gak bikin Abang keliatan lemah kok. Kita nangis karna memang terkadang kita butuh meluapkan rasa sakit yang selama ini kita pendam"

Tes!

Satu bulir air mata lolos dari manik damai milik Arshaka, siapa sangka seseorang yang selama ini pendiam ternyata menyimpan segala luka batin di hati nya?

Asa menarik kepala Arshaka untuk di peluk nya, biarkan saja malam ini ia yang menjadi tempat bersandar untuk sang Abang.

"Abang gak sendirian di dunia ini, ada Asa yang selalu siap buat nampung segala keluh kesah Abang"

Tangis pemuda itu semakin pecah, hati nya terasa porak poranda malam ini. Asa berhasil membuat nya mengeluarkan tangisan yang selama ini ia pendam.

Benar, Asa memang benar-benar berlian berharga di hidup nya.

Di elus nya lembut rambut Blonde milik Arshaka yang mulai kembali ke warna asal nya itu.

"Abang sayang Kamu" itu, kalimat terakhir yang ia ucapkan.

Sebelum kantuk menyerang dan membuat pandangan nya membuyar.

Asa tersenyum lega saat mendengar dengkuran halus dari sang empu, melihat Arshaka yang selalu kuat di hadapan nya membuat ia bersyukur, karna Abang nya yang satu ini mau terbuka pada nya.

"Asa juga sayang Abang"

Cup!

Ia mencium singkat kening pemuda itu, sambil sesekali menepuk nepuk pelan punggung belakang nya.

My Posesif brother-EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang