TYPO
Hana memandangi wajah tertidur Miko dan Marvin disamping bayi itu
Katakan Hana aneh karena membandingkan wajah keduanya, jujur saja Hana sangat berharap jika memang Marvin adalah ayah biologis Miko, namun jika tidak bagaimana?
Hana yakin, malam itu bukan hanya Marvin yang menidurinya, ada teman lelaki itu yang Hana tidak tau siapa. Sebelum kesadarannya hilang malam itu, Hana bisa mengingat jika seseorang masuk kedalam kamar setelah Marvin meninggalkan kamar.
Mengingat masa-masa kelam itu membuat Hana merasa jijik pada dirinya sendiri, rasa khawatir yang besar juga membuatnya takut suatu saat jika Miko mengetahui semuanya, pasti anaknya itu membencinya, Miko pasti malu punya ibu seperti dirinya.
Hana mengelus pipi Miko dengan punggung tangannya, "Bunda sayang sekali sama Koko" ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
Hana mengubah posisinya menjadi berbaring memandang langit-langit kamarnya, mengingat bagaimana hancurnya dirinya dulu.
Awalnya Hana sudah hampir putus asa, saat mengetahui dirinya hamil Hana sudah bertekat akan menggugurkan kandungannya, namun sebelum itu terjadi, orangtua Hana mengetahui hal itu, Hana tau orangtuanya pasti sangat kecewa mengetahui hal itu, walaupun memang sebelumnya Hana sudah sering mengecewakan mereka dengan perilaku buruknya, Hana pikir kedua orangtuanya akan mengusir dan membuangnya, namun apa yang Hana dapatkan? Pelukan hangat dan kata penenang dari kedua orangtuanya.
Dahulu Hana memang sangat membenci kehamilannya, namun seiring berjalannya waktu dirinya sadar, bayi dalam perutnya itu membawanya ke kehidupan yang lebih baik, setelah hamil dirinya sudah jarang atau bisa dikatakan hampir tidak pernah lagi keluar malam, menyentuh alkohol maupun rokok, Hana benar-benar memulai hidup sehat berkat bantuan orangtuanya juga. Dirinya merasa jauh lebih baik setelah hamil, cinta dan kasih sayang terhadap bayi dalam perutnya berlahan tumbuh, saat itu Hana berjanji akan membesarkan anaknya dengan baik walaupun dirinya sendiri.
Sendiri, dulu Hana pikir dirinya benar-benar akan membesarkan Miko sendiri, sebelum pertemuan tidak sengajanya dengan Marvin dirumah sakit, Hana akan check-up kandungannya, sedangkan Marvin mengantarkan adiknya yang baru saja terlibat kecelakaan kecil.
Lelaki itu awalnya bersikap biasa saja, menanyainya mengapa sudah jarang terlihat dan berkumpul bersama teman-teman sepermainannya, waktu itu Hana berharap jika Marvin tidak menyadari perutnya yang besar, namun Hana salah, Marvin sudah mengetahui dirinya hamil bahkan sebelum mereka bertemu hari itu.
Flash back
"Lo udah nikah ya Han?"
"Hm? Ah..eng..gak, kenapa?"
Pandangan Marvin berlahan turun pada perutnya, padahal sedari tadi Hana sudah coba menutupi
Dirasa tidak bisa mengelak lagi, Hana hanya tersenyum
"Gitu lah Mar" ucap wanita itu
Marvin terdiam sebentar, "Berapa usianya?"
"Masuk dua puluh minggu, sekitar lima bulan"
Marvin terlihat berfikir, "Lo sama gue kan lima bulan lalu? Pas ulang tahunnya Lutfi"
Yah harusnya Hana tidak usah terlalu kaget jika Marvin mengingatnya, mereka sebenarnya sama-sama sadar waktu itu, hanya saja Hana sedikit lebih mabuk dan lelah sampai tak sadarkan diri.
"Gak usah dibawa pikiran Mar, bukan anak lo kok" ucap Hana dibarengi dengan sedikit kekehan agar suasana tidak canggung.
"Itu pasti anak gue Han"
KAMU SEDANG MEMBACA
EVALUASI
FanfictionBilas muka, gosok gigi, evaluasi. Ku masih ingin melihatmu esok pagi.