7

440 67 10
                                    

Madara kembali mengerami telurnya setelah lebih dari setengah jam berendam di sungai. Senyum puas di wajahnya tak pernah surut karena tidak harus menunggu beberapa hari untuk bisa mandi seperti awal-awal ia pindah ke dimensi ini.
Telur di dekapannya terus menerus memancarkan cahaya jingga lembut yang akan lebih terang jika telur itu menyerap panas lebih banyak.

Madara belum pernah merasakan perasaan bersemangat seperti ini sejak ibunya meninggal, hanya dengan mengerami telur saja perasaannya terasa lebih baik dan bibirnya terus menerus menyunggingkan senyum.

Hashirama bahkan bertanya-tanya alasan tingkah laku Madara lebih tenang dari sebelumnya. Namun ia lebih memilih untuk diam tanpa berniat bertanya alasannya kepada yang bersangkutan.
Ia masih menantikan kabar baik yang akan dibawa kedua pelayan setianya jadi ia tidak punya waktu untuk memulai keributan dengan Madara.

Madara menyadari Hashirama memiliki banyak pertanyaan di benaknya, setelah memiliki telur ini entah kenapa ia makin dapat merasakan apa yang dipikirkan hashirama daripada sebelumnya.
Memikirkan itu pipi Madara memanas.  Ayolah nak, kau bahkan belum menetas tapi sudah mencoba menyatukan diriku dan ayahmu.
Madara bergidik membayangkan penyiksaan yang akan dilakukan Hashirama padanya di masa depan yang entah kenapa terpikirkan olehnya.

Telur di dekapan Madara berkedip mengetahui isi hati ibunya yang terlalu random.

Madara terkekeh kemudian merasa diperhatikan oleh telur itu.

Sementara Madara asik dengan dunianya sendiri, Hashirama menaikkan sebelah alisnya. Tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya dipikirkan Madara.

“Madara. Ada sesuatu yang ingin kuberitahukan padamu.” Hashirama mendudukkan dirinya di samping kiri Madara yang sedang memunggunginya.

“Hm?” Madara menyahut tanpa menoleh masih menciumi telur di dekapannya.

“Karena kau sudah pernah berhubungan denganku secara tidak langsung kau sudah menjadi istriku.”

Perkataan Hashirama membuat Madara tersedak ludahnya sendiri, ia menepuk dadanya dan dengan cepat menoleh ke arah Hashirama, mencoba melihat ekspresi bercanda di wajah manusia naga merah itu namun tidak dapat menemukannya.
Akhirnya Madara hanya bisa menghela nafas, ia tetap memeluk telur dengan tangannya walaupun kini ia duduk. “Ya sudah. Lagipula telur ini juga milikku. Aku tidak akan membiarkan kau menyakiti anak dalam telur ini jadi akan lebih baik jika aku bisa mengawasimu.” Madara mengibaskan rambut dengan tangan kanannya serta wajah angkuh yang juga terpasang.

Hashirama sedikit terkejut dengan respon Madara yang ia pikir akan menolak habis-habisan namun ternyata dugaannya salah.
Hashirama mendengus lalu dengan ekspresi acuh meraih dagu Madara dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya menyentuh bagian atas telur di dekapan Madara dan tanpa mengatakan apapun mencium dan menghisap bibir bawah remaja di depannya.

Madara terbelalak namun tidak menolak. Biarlah Hashirama mengklaim dirinya  seorang istri asal ia bisa melakukan apapun yang dia mau di dunia ini.

Madara menyeringai dalam hati dan memeluk bahu Hashirama dengan patuh hingga mereka hampir melanjutkan adegan itu sebelum suara salah satu pelayan Hashirama memanggil dari pintu masuk gua dan membuat kegiatan mereka terhenti.

Hashirama mendecih terganggu namun tetap melepas ciumannya dan sekarang sibuk memberikan death glare yang sebenarnya tidak dapat di rasakan kedua pelannya karena terhalang dinding gua, sementara Madara juga mengeryit dan ikut menoleh ke arah suara.

Madara kembali sibuk memeluk telurnya dengan senyum riang di bibirnya sementara Hashirama keluar untuk menemui kedua pelayannya.

Salah satu pelayan hashirama yang bernama Taka maju selangkah dari Rui setelah mereka berdua membungkuk pada Hashirama.

Dragon of the EastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang