5

1K 134 23
                                    

WARNING 19+ AREA
_______________________________________________

Madara menghentikan gerakannya dan kembali duduk.
Hal itu menghasilkan seringai puas di bibir Hashirama. Bukankah manusia di depannya ini mulai dapat diatur dengan mudah?

Madara menyilangkan tangannya di depan dada lalu dengan malas menatap Hashirama dengan ekspresi datar sebagai respon.

Hashirama mendadak terdiam, ia belum pernah di tatap dengan ekspresi demikian sekalipun oleh Raja atau selir terkutuk ayahnya.
Ia merasa ada yang berbeda dari aura Madara dan hal itu membuatnya sedikit terkesima. Ia tiba-tiba mengingat ibunya yang bahkan wajahnya mulai samar-samar di dalam kepalanya.
Sudah berpuluh-puluh tahun berlalu membuatnya semakin membenci hari-hari kelamnya tanpa ibu yang sangat ia cintai.

Madara menyadari perubahan ekspresi itu, walaupun karakter Hashirama sejauh ini meninggalkan kesan kuat padanya namun tidak di pungkiri naga itu juga punya sisi lemah yang ia rasa semua makhluk hidup miliki.
Ia mengerutkan keningnya, merasa aneh dengan Hashirama yang tiba-tiba menunjukan sisi lemah terhadapnya.
Apa terjadi sesuatu pada pangeran itu saat ke istana sebelumnya?
Terserah lah, sekarang ia benar-benar berniat mencari air untuk mandi.

“Persetan dengan apapun yang terjadi pada tubuhku. Aku ingin mandi!” Madara mendorong Hashirama ke samping kemudian bangkit dan berjalan melewati Hashirama keluar pondok.
Perasaan tertekan yang sebelumnya ia rasakan perlahan mulai terlupakan, hal itu mungkin karena ia mulai terbiasa dengan tempat itu walaupun masih sangat banyak hal yang belum ia ketahui.

Kedua pelayan pribadi Hashirama mengamati Madara dalam diam dan mengawasi kalau-kalau sesuatu terjadi pada satu-satunya manusia disana.

Hashirama mengikuti, Ia berjalan keluar kemudian bersandar di pohon yang berada persis di sisi pondok dan memperhatikan Madara.
Jika manusia ini bertindak gegabah ia sendiri yang akan mendapat efeknya maka tanpa mengatakan hal yang akan melukai harga dirinya ia lebih memilih untuk memastikan keadaan Madara dalam diam.

Madara melongok ke bawah lembah tempat terakhir kali Hashirama jatuh dan melihat tempat sekitar dengan seksama.
Tidak ada aliran sungai sama sekali, ia kembali mengeryit kemudian berbalik menatap dataran tinggi di belakang pondok yang berwarna hijau dan oranye.
Ia berdiri dari posisinya yang sebelumnya berjongkok seraya menepuk tangannya yang terkena tanah kemudian menatap lekat kedua pelayan Hashirama yang masih menatapnya dengan hening.

“Kalian!” Madara menunjuk keduanya dengan telunjuknya membuat kedua naga tersebut terlonjak pada tempatnya, terkejut dengan suara Madara yang lantang.

“Tunjukkan padaku dimana sungai, sumur, air pam, irigasi, danau, bendungan, laut, apapun itu yang memiliki air!” Madara memerintah dengan kesal, ia menggaruk tangannya yang terasa gatal dan lengket. Melupakan fakta sebenarnya mereka pelayan Hashirama bukan dirinya.

Pelayan Hashirama saling berpandangan kemudian meminta persetujuan Hashirama yang menatap tertarik pada mereka.
Melihat Hashirama mengangguk tanpa mengatakan apapun salah satu dari mereka kemudian maju dan sedikit membungkuk kemudian menjawab, “Di puncak gunung ada rumah kakek Hashirama-sama dan itu memiliki kolam mata air yang berasal dari gunung.”

“Bagus! Tunjukkan tempatnya!” Madara bersemangat mendengar kata kolam mata air dan ia sepertinya tidak mendengar kata kakek Hashirama.

Pelayan itu menatap Hashirama, ia tidak bisa menunjukkan pada Madara tempat itu tanpa persetujuan Hashirama karena sekarang tempat tersebut memang milik Hashirama.

Setelah terdiam beberapa saat Hashirama akhirnya menghampiri Madara yang dari beberapa hari yang lalu selalu ribut dengan kata mandi dan mandi.
Entah karena manusia itu lemah atau bagaimana ia tidak tahu namun sepertinya acara mandi itu tidak bisa di lewatkan.

Dragon of the EastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang