10

527 68 24
                                    

Beberapa naga terbang mengikuti naga kuning yang sudah terlebih dahulu melarikan diri diikuti Hashirama yang juga terbang menyusul.

Sadar ada yang mengikuti, naga kuning itu semakin mengepakkan sayapnya kencang.
Ia kemudian menghindari semburan api dari beberapa naga yang mengejar di belakang dengan gesit.
Naga kuning itu terbang semakin cepat namun tiba-tiba ia berbalik dan menghantamkan dirinya kepada tiga naga yang mengejar tepat di belakangnya.

Suara hantaman keras kemudian terdengar dan dua naga yang tertabrak jatuh kebawah disertai raungan kesakitan, namun satu naga pengikut Hashirama yang tersisa berhasil menghindar dengan terbang ke atas.
Ia menyemburkan api miliknya dan berhasil mengenai satu sayap naga kuning.

Naga kuning itupun berteriak namun dengan kesal ia mengibaskan ekornya untuk membalas dan naga pengikut Hashirama kembali berhasil menghindar.
Naga kuning itupun kembali terbang melarikan diri dan kembali di kejar naga di belakangnya.
Begitu merasa jarak mereka mulai menjauh ia kembali memutar secara tiba-tiba namun naga biru itu mengetahui niat naga kuning dan segera menghindar.
Ia kembali menyerang dengan mengibaskan ekornya dan berhasil menghantam sisi kepala naga kuning.

Suara raungan kembali terdengar, naga kuning itu membalas dengan menyemburkan api miliknya yang sekarang berhasil mengenai kaki naga biru.
Kedua naga itupun kembali saling memukul dengan ekor mereka hingga kedua tubuh mereka penuh dengan luka dan darah.


Hashirama dari jauh terbang cepat setelah menolong dua pengikutnya yang terjatuh sebelumnya.
Ia yang ukuran tubuhnya lebih besar dari para naga kebanyakan terbang lurus ke arah atas sangat jauh hingga tidak terlihat jika dilihat dari posisi kedua naga yang masih saling menyerang berada.
Saat merasa posisinya sudah sesuai dengan yang ia inginkan, Hashirama segera meluncur tajam ke arah naga kuning yang beberapa saat yang lalu berhasil memukul pengikutnya jatuh dengan ekornya.

“Aku tidak akan membiarkanmu melukai orang-orang ku seenaknya, boneka ratu!”
Setelah mengatakan itu sebuah cahaya api dengan petir yang berkilat dari tubuh Hashirama menyambar cepat ke bawah.


BLAARR

Naga kuning itu mendongak dengan mata terbelalak, ia terkena sambaran petir dari Hashirama dan jatuh kebawah dengan suara hantaman keras.

Tidak sampai disitu Hashirama kemudian berputar dan mengibaskan ekornya menghantam kuat naga kuning itu hingga terlempar beberapa ratus meter.
Kedua mata berbeda warna Hashirama bersinar dalam kegelapan hutan.
Begitu ia mendarat di atas tanah, wujudnya berubah menjadi manusia dan dengan cepat melesat ke arah naga kuning yang juga berubah bentuk menjadi manusia setelah jatuh ke tanah.

Ia mengayunkan pedang emas bernama Ranmaru miliknya dengan kilatan listrik yang menyelimuti pedang itu ke arah naga kuning yang masih berusaha berdiri.
Namun secara tidak terduga naga itu berhasil menangkis dengan pedangnya.


Naga kuning itu kemudian menyeringai dan memberi tatapan mengejek pada Hashirama.

“Rupanya pangeran benar-benar ingin naik takhta.
Kupikir kau tidak tertarik dengan hal-hal seperti ini.
Adik tersayangmu bahkan membual setiap hari akan menjadi raja selanjutnya.” Naga kuning itu menyeringai semakin lebar saat ia mengatakan hal itu.


Hashirama tidak merespon perkataan naga kuning itu. Ia ingat naga itu adalah naga yang dibawa masuk ratu kedalam istana karena masih saudara jauhnya.
Muncul seringai yang jauh lebih menakutkan  di bibir Hashirama.

“Siapa dirimu berani mengatakan hal seperti ini kepadaku.” Setelah kalimat itu Hashirama kembali menyerang, ia berputar di udara dan menghempaskan api merah dengan bentuk bulan sabit yang bersinar terang.


SPLASS BLARRR!


Naga kuning itu tidak sempat menghindar, tubuhnya kembali menghantam tanah di bawahnya dengan kuat dan luka sobekan dalam dari pedang Hashirama membuatnya batuk darah.
Dalam sekejap Hashirama berdiri di depan naga kuning itu lalu mengunuskan ujung pedang yang tajam.


“Kembalilah ke neraka.
Kembalilah bersama saudaramu yang membunuh ibuku.” Kalimat Hashirama datar, ia menusuk dada kiri naga kuning itu dengan pedangnya hingga tembus kebelakang.

“Aargggh!” Naga kuning itu mati seketika dengan mata melotot dan mulut yang terbuka.


Hashirama mendecih dan menendang naga itu agar pedangnya terlepas dari mayat naga di bawahnya.
Seluruh area tanah itu berubah warna menjadi merah karena darah.
Hashirama kemudian melirik pedangnya dan mengibaskannya agar sisa darah naga murahan itu menghilang.

Setelah itu ia menghampiri ketiga naga yang terluka dan kemudian kembali ke bangunan setelah memastikan bantuan datang untuk mengobati naga-naga itu dan sisanya mengurus mayat naga kuning yang mengenaskan.

..

Hashirama menggeser pintu ruangan miliknya dan mendapati Madara masih tertidur.
Ia menghela nafas lega.


‘Ayah kembali!’


Suara kecil yang tiba-tiba muncul itu membuat Hashirama mengedarkan pandangan ke sekitar, namun ia tersadar kemudian saat telurnya berkedip dengan cahaya lembut.
Ia tersenyum tipis lalu berlutut di samping Madara dan meraih telur miliknya.

“Kau sudah menjaga ibumu dengan baik. Terima-kasih.” Tatapan Hashirama melunak dan tersenyum.

Telur itu tidak lagi berbicara namun kedipan yang diterima Hashirama dari cahaya lembut telur itu membuatnya merasakan perasaan menenangkan dari telurnya.

...

Pagi harinya Madara terbangun dan tersentak kaget, ia tanpa sadar melihat sekeliling.
Merasa tidak menemukan yang ingin ia lihat, secara spontan ia berlari keluar dengan kaki telanjang yang tidak dipedulikan olehnya. Berlari kesana kemari dan mengabaikan bungkukan dari beberapa naga yang ia temui ia lalu berhenti dengan nafas tersenggal saat melihat Hashirama sedang berdiri memunggunginya di halaman samping bangunan.

“Hashirama!”


Begitu Hashirama menoleh, ia terkejut saat Madara melompat ke arahnya.

BRUUK

Hashirama meringis karena tertimpa Madara, tidak mempedulikan beberapa naga yang menutup mulut mereka melihat adegan tiba-tiba itu.


“Kau membuatku takut!” Madara memeluk Hashirama dengan erat.


Hashirama mengalihkan tatapannya ke kepala Madara lalu tertawa kecil.
Sejak semalam Madara menunjukkan kekhawatirannya secara terang-terangan, jadi ia cukup menikmati.

“Aku tidak akan mati semudah itu.” Hashirama memegang belakang kepala Madara lalu bangkit duduk.


Madara ikut memperbaiki posisinya dan menatap lekat pada Hashirama.

“Ehem.” Sadar banyak mata yang mengawasi mereka, Madara segera bangun dan mengulurkan tangannya pada Hashirama.

Hashirama menatap bingung namun tetap menerima uluran tangan itu dan berdiri.

Sadar mereka mungkin mengganggu, akhirnya para naga yang sebenarnya tadi ada di tengah-tengah sesi latihan bersama Hashirama membubarkan diri.


“Jadi, apa naga itu terbunuh?” Madara penasaran.


Hashirama mengangguk, ia membiarkan Madara memutari tubuhnya dan memeriksa luka di tubuhnya yang sebenarnya tidak ada.

“Aku lebih kuat darinya. Kau tidak perlu khawatir.” Menarik Madara mendekat, ia menangkup pipi Madara dengan kedua tangannya.

“Sudah ku katakan tidak ada seorangpun yang diijinkan mengetahui tempat ini selain aliansi.” Sambung Hashirama.
Madara akhirnya mengangguk, Hashirama tidak menjelaskan lebih jauh dengan nasib selanjutnya naga kuning itu dan apa yang mereka lakukan pada mayatnya.


Mereka masih berbincang seperti biasa begitu Madara memastikan Hashirama baik-baik saja sebelum telur mereka menggelinding menghampiri mereka dan berhenti di dekat kaki Madara.
Hashirama dan Madara saling tatap sebelum kemudian Madara mengambil telur itu dan memeluknya.

“Ngomong-ngomong Hashirama.
Aku tidak pernah melihatmu mencium telurmu. Apa kau tidak menyukainya?” Madara menaikkan sebelah alisnya dan menatap Hashirama dengan ekspresi sedikit tersinggung.


Hashirama memiringkan kepalanya, “Haruskah aku melakukan itu?” Hashirama bertanya aneh. Ia tidak pernah melihat sama sekali ayah dari telur naga mencium telur mereka.


Madara mengerutkan alisnya.


“Baik, baik.” Hashirama tiba-tiba mengecup pipi Madara.


Madara terdiam lalu memukul lengan Hashirama saat wajahnya merona. “Bukan aku, telur ini!”


Hashirama terkekeh saat melihat tatapan mematikan dari Madara, mengambil alih telur dalam gendongan tangannya.
Ia mengecup telur miiliknya, membuat telur itu berkedip senang.

Hashirama menyentuh sisi wajah Madara dengan jarinya dan tangan satu lagi yang memeluk telur.
Mereka kemudian kembali masuk ke ruangan Hashirama setelah Taka mengatakan sarapan sudah siap.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 17, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dragon of the EastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang