3

1.3K 182 83
                                    

Hashirama tidak berlebihan ketika mengatakan ia tidak akan kembali ke istana selama beberapa hari. Kenyataannya Putra Mahkota Negeri Naga Timur itu hanya berdiam diri di pondok pagi ini.

Madara tidak berani mengganggu atau sekedar menengoknya di dalam pondok.

Sekumpulan bangkai serangka yang terlihat seperti lalat besar bertebaran di sekitar pondok begitu ia keluar, Madara menahan mual ketika mencium bau menyengat yang dihasilkan dari cairan berwarna dari serangga-serangga tersebut.

Remaja itu berusaha menyingkirkan bangkai-bangkai dengan mendorongnya jatuh ke dasar lembah menggunakan sebuah tongkat yang ia temukan dari dahan pohon tua di dekat pondok.

Merasa lelah dengan kegiatan yang pagi ini ia lakukan, Madara kemudian duduk di bawah pohon besar seraya menengadah ke atas.
Cahaya dari matahari terhalang daun-daun di pohon akibatnya ia merasa sejuk dibawahnya.

“Lapar.” Gumam Madara, ia belum benar-benar mengerti dan mengetahui di dunia ini jenis tumbuhan apa yang bisa dikonsumsi lagipula ia tidak berani mencari hewan yang bisa dimakan.

Yang ada ia melarikan diri saat melihat hewan untuk dikonsumsi di dunia ini berbentuk tidak lazim, tapi tenang saja itu hanya ada di pikirannya.

...

Setengah hari berlalu Hashirama akhirnya keluar dari dalam pondok, entah apa yang ia lakukan didalam tadi, ia hanya memejamkan matanya dengan posisi duduk di atas ranjang.
Matanya memicing terhibur saat melihat manusia di dekatnya tengah berjongkok membelakanginya seraya bermain dengan sebuah tongkat, memukul-mukulnya ke tanah dibawahnya.

“Apa yang sedang kau lakukan?”
Suara Hashirama membuat Madara menoleh ke arahnya.

Walaupun enggan Madara tetap memberikan senyum kecil pada Hashirama.
Jika boleh ia lebih memilih untuk mengumpati naga merah itu sepuasnya alih-alih tersenyum bisnis seperti ini.

“Hashirama, dimana tempat yang bisa digunakan untuk mandi disini?” Madara akhirnya bertanya setelah beberapa saat memikirkannya, ia sudah tidak bisa menahannya.

Selain lapar, rasa tidak nyaman di badannya lebih penting untuk dihilangkan secepatnya.

“Kenapa?
Kau butuh mandi?” Diam-diam Hashirama memberikan tatapan mengejek pada manusia itu.

“Tentu saja!
Aku sudah tidak mandi sejak kemarin!” Madara tidak menyadari nada setengah mengejek yang ditujukan padanya.

“Apa manusia perlu mandi sesering itu?
Naga tidak perlu mandi setiap hari, lagipula aku tetap tidak terkalahkan walaupun hanya mandi satu minggu sekali.” Dengan bangga Hashirama berkata demikian.

Madara mengeryit seraya memberikan tatapan tercengang, “HAHAHAHAHA!
Kau benar-benar hanya mandi selama seminggu sekali?
Pangeran macam apa kau ini?
Aku baru tahu jika ada seorang pangeran yang seperti dirimu!”

Madara memegangi perutnya yang sakit karena tertawa.
Ia tidak habis pikir dengan Hashirama yang terlalu blak-blakan dengan kebiasaan pribadinya, apa hal ini tidak melanggar aturan di dunia ini?
Jika benar apa yang dikatakan Hashirama bahwa para naga tidak perlu mandi setiap hari tetapi baginya ini terdengar seperti lelucon yang mengocok perutnya.
Sekalipun ia kini berada di negeri dongeng, seingatnya naga-naga yang ada di dongeng yang sering dibacakan ibunya, mereka tetap mandi setiap hari.

Entah itu kenyataan atau bukan tetapi di kepala Madara, mandi adalah sesuatu yang harus dilakukan, burung saja suka mandi di genangan air.
Bagaimana bisa naga ini dengan bangga mengatakan hal yang membuatnya sebagai manusia biasa yang cinta kebersihan merasa lucu.
Ia tidak peduli walaupun mandi tidaknya naga ini tidak akan mempengaruhi penampilan bahkan kekuatannya, tapi siapapun yang ada di dekatnya wajib dalam keadaan yang bersih, tentu saja bersih dalam kamusnya.

Hashirama merasa sedikit tidak senang dengan respon Madara, apa manusia yang lemah ini sedang mengejeknya?
Tanpa sadar Hashirama menggeram rendah, mata berbeda warna miliknya memicing kepada dua naga berukuran lebih kecil yang datang mendekat kemudian.

Kedua naga yang adalah pelayan pribadi Hashirama segera merubah bentuk mereka ketika mendarat di atas tanah.

“Hashirama-sama!” Kedua naga itu memberi hormat bersamaan.

Madara secara tidak sadar beringsut mendekat ke Hashirama, ia tiba-tiba punya firasat buruk dengan kedatangan dua naga ini.

Salah satu pelayan itu menatap Madara heran karena manusia itu mempunyai banyak nyali untuk mendekati pangeran mereka. Sebelumnya belum pernah ada yang berani mendekati Hashirama kecuali kakek pangeran sendiri, bahkan Raja sendiri tidak sering terlihat dekat dengan Hashirama.

“Hashirama-sama, saat ini Ratu sedang mencoba menyelidiki anda dengan menyuruh seseorang dari kementrian untuk turun tangan langsung karena ratu curiga anda menyembunyikan sesuatu akhir-akhir ini.” Pelayan yang lain menatap Hashirama penuh raut khawatir.

Mereka sudah beberapa tahun terakhir melayani Hashirama maka mereka lebih mengerti sifat asli dari pangeran mereka, lebih banyak mereka juga tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada Hashirama.

Senyum sinis Hashirama terbentuk di bibirnya, “Oh? Jadi setelah beberapa waktu diam, ratu mulai menunjukkan kembali wajah busuknya itu?
Kita lihat apa yang bisa dia lakukan terhadapku.”

“Hashirama-sama.” Pelayan itu memanggil penuh rasa khawatir dalam suaranya.

“Kalian tidak perlu berlebihan, aku akan mengatasi makhluk busuk itu sendiri.” Kilatan dendam terlihat jelas di mata ungu-merah Hashirama.

Madara merasa seluruh tubuhnya bergidik merasakan emosi terpendam pangeran naga di dekatnya, ia tidak mengerti kenapa hal itu terjadi tetapi apapun yang dirasakan naga merah akan secara otomatis juga dirasakan olehnya.

Madara baru saja ingin mengatakan sesuatu tetapi gagal saat tiba-tiba seluruh tubuhnya terasa panas dan hal terakhir yang ia lihat sebelum penglihatannya menggelap adalah Hashirama yang dengan wajah terkejut meraih tangannya sebelum dirinya benar-benar terbanting ke atas tanah.





TBC

Dragon of the EastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang