Chapter 4

209 17 1
                                    

Amarah

"Ugh..."

Aku memegangi kepalaku yang terasa sakit.

"Dimana aku..."

Aku beranjak duduk, masih dalam keadaan setengah sadar.

Saat aku membuka mataku, aku melihat diriku berada disebuah kurungan dengan jeruji besi. Sebuah cahaya berwarna biru seperti bola mengelilingi kurungan yang aku tempati.

"Eh..."

Aku tersadar saat melihat tempat ini bukanlah rumahku.

"Kakak...? Luna...?"

Aku akhirnya ingat. Aku di culik oleh seseorang...

"Kakak..."

Air mataku menetes. Aku menangis sambil memeluk lututku.

Hiks... Hiks...

"Berhentilah menangis. Menangis tidak akan membuatmu bebas dari sini."

Suara seorang perempuan yang sedang kesal.

Aku mendongak, melihat kearah suara. Wanita itu tepat berada di seberang ku. Dia juga berada di dalam kurungan. Sedang duduk, bersandar di jeruji besi.

Telinga perempuan itu runcing ke atas, rambutnya panjang berwarna merah. Kepalanya memiliki tanduk kecil. Tingginya mungkin seperti kakak Az, tapi lebih pendek.

"Kau pasti seorang bangsawan. Kau sangat tidak beruntung tertangkap oleh pedagang budak. Yah, aku juga tidak beruntung."

Aku menatapnya sambil bersembunyi di pelukan lututku yang kecil.

"Aku bukan budak... Kakak pasti akan menyelamatkanku..."

"Kakak? Menyelamatkanmu? Jangan bercanda. Pedagang budak yang menangkap kita adalah buronan paling dicari di seluruh negeri. Mau seberapa banyak pun kakakmu membawa pasukannya, si 'penjagal' pasti akan menghabisi semuanya dengan mudah."

"..."

"Tapi kakak pasti akan datang menyelamatkanku..."

"Ya ampun! Kau sangat keras kepala! Semua bangsawan selalu cerewet! Terserah apa yang kau katakan. Kakakmu atau siapalah, tidak akan datang untuk menyelamatkan mu!"

Aku terkejut saat dia berteriak kepadaku.

"Hey! Diamlah! Aku berusaha untuk tidur di sini!"

Suara teriakan dari kurungan lain terdengar. Tiba-tiba, basement menjadi gaduh.

Aku menutupi kedua telingaku menggunakan kedua tanganku, sambil memejamkan mata.

Aku takut... Aku ingin pulang...

***

"Kau hanya perlu melakukan hal seperti biasanya."

Ucap si "penjagal".

Saat ini sang penjagal sedang berada di ruangan yang penuh dengan perhiasan dan emas. Dia berdiri di depan meja yang di depannya sedang duduk seorang pria gendut yang mengenakan banyak perhiasan.

"Baiklah, kau akan mendapatkan setengah dari keuntungannya."

Ucap si pria gendut. Dia sedang menghitung koin emas.

"Tidak, aku ingin mendapatkan semua keuntungan."

"Apa!? Tidak mungkin aku melakukannya! Aku bisa rugi!"

Pria gendut marah, tidak setuju dengan apa yang diucapkan sang penjagal.

Sang penjagal mengacungkan belatinya ke arah pria gendut. Ujung belatinya bercahaya.

Direinkarnasi Sebagai Anak Dari Orang Yang TerkuatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang