Terkadang milik orang lain jauh lebih menarik ya-Archakra Jonathan
Setelah sekian purnama akhirnya ada titik dimana Archakra dan Lavanya berdua. Archakra memberi isyarat agar Lavanya menghampirinya yang sudah berdiri di dekat motornya.
Archakra memberikan jaket miliknya pada Lavanya.
"Enggak usah." tolak Lavanya.
"Pake apa susahnya sih!" decak Archakra.
"Gue bilang enggak, ya enggak. Lo tuli?!"
Archakra hanya tersenyum kemudian memasangkan jaketnya pada bahu gadis menyebalkannya. "Untuk hari ini, nurut apa kata gue ya." Kemudian mengusap kepalanya dan memakaikan helm.
"Ayok naik." ucap Archakra.
Lavanya hanya menghela napas kemudian naik ke motor Archakra. Motor Vario biru, motor ini bahkan masih sama seperti dulu tidak ada yang berubah sedikitpun.
"Pegangan Vanya." Archakra menarik lengan Lavanya agar memeluknya.
"Motornya enggak pernah ganti?" Pertanyaannya Lavanya membuat Archakra melirik gadis itu dari kaca spion.
"Iya. Terlalu banyak kenangan, sayang kalo di ganti." ucap Archakra.
"Bilang aja Lo enggak punya duit buat ganti."
Archakra menahan tawa. "Duit gue banyak kali, Lo liat aja mobil gue berjejer sekarang."
"Terus kenapa sekarang malah bawa motor coba?!" Kesal Lavanya.
"Karena biar kita keliatan romantis hari ini." ucap Archakra asal.
"Dihhh, najis banget!!!"
"Lo udah biasa di mobil ya?! Kalo di motor enggak akan ada orang ketiga." ucap Archakra.
"Felycia bukan orang ketiga dalam hubungan gue."
"Gue tau. Tapi Lo orang ketiganya." Perkataan Archakra barusan membuat gadis itu terdiam.
"Sorry."
"Kenapa Lo minta maaf?" tanya Lavanya.
"Gue tau Lo tersinggung sama ucapan gue." ucap Archakra.
"Enggak, itu emang fakta."
Selama perjalanan menuju pulang. Archakra terus saja tersenyum. Pasalnya setelah sekian lama akhirnya ada masa dimana mereka pergi hanya berdua dan itu sangat membuat Archakra bahagia.
"Gue seneng kita bisa kayak gini. Gue kangen Lo." perkataan samar Archakra masih terdengar jelas di telinga Lavanya namun gadis itu memilih diam tidak merespon apapun.
Archakra menatap wajah manis Lavanya di kaca spion. Gadis ini sudah banyak berubah, baik sikap maupun penampilannya. Kini dia sering berpenampilan feminim dengan rambut panjangnya yang menambah kesan cantik.
Bahkan Lavanya kini sering menggunakan dress, baju crop atau rok tidak seperti dulu yang berpenampilan apa adanya. Kini gafis itu terlihat mau berdandan dengan riasan natural.
"Ngapain Lo liatin gue?!" Lavanya memutar bola matanya jengah.
"Lo cantikan ya." balas Archakra.
"Oohh, jadi dulu gue jelek?!"
"Dulu cantik, tapi kalo udah jadi milik orang lain, kecantikannya makin bertambah." ucap Archakra.
"Dasar buaya." decak Lavanya.
"Gue kangen Lo yang dulu. Enggak bisa ya Lo balik ke gue aja, jangan sama Sagara." ungkap Archakra.
"Dari dulu gue enggak pernah larang Lo mau Deket sama siapa. Kita cuma temen, Arca!!! Lo yang selalu bilang itu kan?!"
Archakra tersenyum. "Gue tau, tapi Lo juga tau, kalo gue cuma Deket sama Lo. Enggak ada yang lain! Dan faktanya, Lo yang Deket sama cowok lain."
"Dia kakak gue Archakra!"
"Kakak tiri Lo kan?!"
"Tetep aja bang Okta kakak gue!"
"Gue cemburu disaat Lo deket sama orang lain. Apalagi jadi milik orang lain." ungkap Archakra dari lubuk hatinya yang paling dalam.
"Arca!! Lo bisa kan anggap kita enggak pernah dekat."
Dengan cepat Archakra menjawab. "Enggak bisa!"
"Kenapa?" tanya Lavanya.
"Cerita kita terlalu indah untuk dilupakan begitu saja, Lavanya Carolyn." bisa Lavanya lihat kini laki-laki yang sedang memboncengnya tersenyum sangat manis.
"Kita?! Bukannya enggak pernah ada kita ya."
"Pernah, Lo dan gue adalah kita. Yaa, kita dulu sahabatan kan?!" ucap Archakra.
"Dari dulu sampai kapanpun Lo akan tetap jadi temen gue. Enggak akan pernah berubah." Jelas Lavanya.
"Gue tau, gue dulu telat menyadari rasa gue buat Lo. Maaf, karena gue enggak peka sama perasaan Lo. Vanya, kita bisa mulai dari awal."
"Archakra Jonathan, Lo adalah teman gue dan akan selalu begitu. Sorry harusnya enggak perlu ada perasaan ditengah pertemanan kita. Gue tolol banget dengan mudahnya kebawa perasaan sama Lo. Dan harusnya itu enggak terjadi." Lavanya kini menghembuskan nafasnya berat. Kenapa semesta mempermainkannya?
"Lavanya..."
"Pleas, jangan bahas perasaan gue yang dulu. Gue udah move on dari semua rasa sakit itu."
"Sorry."
Archakra memarkirkan motornya di halaman rumah Lavanya. Gadis itu turun dan memberikan helm pada Archakra.
"Makasih."
"Lo enggak nawarin gue masuk dulu?!" tanya Archakra.
"Enggak. Mending Lo langsung balik aja gih." Usir Lavanya.
"Galak banget sih, tapi enggak bikin takut, malah bikin gemesh." ucap Archakra.
"Sana balik."
"Gue balik ya. Bye gadis menyebalkan." Archakra mengacak-acak rambut Lavanya gemas.
Perlakuan itu membuat Lavanya teringat kembali ketika dirinya dengan Archakra dulu. Tentu saja dia masih ada ruang rindu dihatinya hanya untuk Archakra seorang.
"Bye." Archakra meninggalkan rumah Lavanya.
Di sebrang jalan terlihat Sagara sedang memperhatikan gadisnya dengan Archakra. Terlihat jelas keduanya begitu dekat, dan pertemanan mereka sangat menyenangkan. Wajar saja jika Lavanya menyukai Archakra saat itu.
Sagara tidak takut jika kekasihnya ini kembali menyukai Archakra. Karena sudah jelas keduanya sama dan akan jauh lebih bahagia jika Lavanya bersama dengan Archakra. Sagara tau betul dia tidak mungkin bisa bersama dengan kekasihnya. Restu orang tua dan restu Tuhannya tidak berpihak pada hubungan mereka.
"Gue seneng kalo Lo bahagia sama Archakra." ucap Sagara sambil memperhatikan gadisnya yang tengah masuk ke dalam rumah.
Kemudian Sagara memilih untuk kembali melajukan mobilnya untuk pulang ke rumah.
Note :
Gimana-gimana? Seru gak sih kelanjutan ceritanya?

KAMU SEDANG MEMBACA
Limit (Infinity 2)
Romantika"Ada batas diantara kita yang tidak bisa aku robohkan sampai kapanpun." -Lavanya Carolyn. "Kalo cari imam di masjid. Jangan ngelirik yang di gereja," sindir Archakra pada gadis yang tengah duduk menunggu kekasihnya selesai beribadah. Lavanya terdia...