Karena sejak awal kehadiranku hanyalah penghalang dalam hubungan kalian
-Felycia
Sagara memeluk erat sahabatnya setelah melihatnya menangis begitu sedu. Seperti biasa Felycia akan menangis setelah menerima telpon dari Sang mamah karena perdebatan dan keinginan mamahnya yang harus selalu Felycia lakukan.
"Fel, udah ya. Ada aku disini." Ucap Sagara menenangkan.
"Saga, aku cape harus kayak gini terus. Aku juga pengen ngelakuin apa yang aku mau, aku cape jadi boneka mamah." Ungkap Felycia di sela tangisnya.
Sagara terus memeluk Felycia dan mencoba menenangkannya. Laura adalah single parent yang sangat tegas pada anaknya. Kerap kali dia membuat Felycia merasa terktekan.
Laura selalu melarang apapun yang Felycia inginkan, bahkan dia selalu menyuruh putrinya mengikuti kemauan dirinya dengan alasan agar tidak menjadi perempuan lemah. Bisa dibilang trauma yang dialaminya membuat Laura bersikap seperti itu pada Felycia.
Felycia menyukai dunia seni terutama fotografi namun Laura melarang keras putrinya untuk menekuni hobi itu. Bahkan dia sudah merancang masa depan putrinya yang nanti harus menjadi seorang public relation meskipun dilubuk hati kecil Felycia dia tidak ingin karena memang tidak menyukai jika harus berbicara di depan umum.
Lavanya berdiam menatap dua sahabat yang sedang berpelukan. Jika ditanya hatinya terluka melihat itu? Tentu saja jawabannya iya, namun dia juga tidak ingin egois. Pasalnya Felycia membutuhkan Sagara kekasihnya dan Sagarapun sudah sayang pada gadis itu. Namun yang Lavanya tidak tau ada kah perasaan cinta dari Sagara untuk Felycia?!
"Mereka Deket ya?" Pertanyaan yang dilontarkan Archakra membuat Lavanya tersenyum tenang.
"Iya, jauh sebelum Saga kenal gue." jawab Lavanya.
"Are you okay?" Kini Archakra benar-benar menatap gadisnya lekat. Melihat Lavanya sedih adalah hal yang paling Archakra benci.
"I'm okay!! Gue udah tau resikonya kok." ucap Lavanya santai.
Archakra menggenggam tangan gadis dihadapannya agar menatapnya balik. "Gue datang buat Lo! Comeback for me gadis menyebalkan." ucapnya.
"Perasaan gue buat Lo udah jadi masalalu. Dan yang lalu gaakan gue tengok lagi kebelakang." perkataan tegas Lavanya membuat Archakra semakin mendekatkan wajahnya.
"Come on!!! Sekarang Lo lagi natap masalalu, karena Lo enggak mau nengok ke belakang maka masalalu Lo ini akan datang di hadapan Lo." Ungkap Archakra. "Genggam tangan Lo, dan peluk Lo ketika hati Lo sakit." Archakra memeluk Lavanya erat.
Dengan cepat Lavanya mendorong Archakra. "Stop Arca!!! Lo tuh batu banget sih, gue udah ambil keputusan buat lupai perasaan itu dan coba hidup gue yang baru."
"Gue Arca prasasti, dan prasasti akan selalu diingat bukan? Lo yang kasih label itu buat gue."
"Gue udah bahagia sama Sagara." Ungkap Lavanya.
"Bahagia? Lo datang diantara mereka Vanya!! Lo sama Sagara itu beda."
"Gue tau, gue sama Saga enggak mungkin bisa bersatu. Gue enggak mau ambil dia dari Tuhannya dan gue enggak mau ninggalin kepercayaan gue." jelas Lavanya.
Archakra kembali menggenggam tangan gadis itu. "kalo Lo tau betul, kenapa masih bertahan dalam rasa sakit ini?"
"Lo yang ngajarin gue untuk bertahan meski hati gue terluka." ucap Lavanya kemudian meninggalkan Archakra begitu saja.
Felycia melepas pelukan hangat Sagara karena melihat Lavanya pergi.
"Kamu udah tenang kan?" Tanya Sagara lembut.
"Aku harus jelasin sama Lava." Perkataan Felycia membuat Sagara sontak menengok kebelakang dan melihat kekasihnya sudah pergi, dan Archakra masih terdiam melihat kearah mereka.
Felycia berlari menyusul Lavanya yang kini berada di taman bascame Infinity. Taman kecil dengan bunga matahari serta kursi yang sengaja disimpan dibawah pohon besar mengarah ke sungai belakang basecame.
"Lava, aku bisa jelasin." Felycia duduk disamping Lavanya.
"Jelasin tentang apa?" sahut Lavanya lembut.
"Soal yang tadi kamu lihat. Sagara peluk aku karena..."
"Aku tau kamu lagi butuh dia. Aku enggak cemburu kok, Fel kamu itu sangat berarti dihidup Sagara." Potong Lavanya.
"Kamu jauh lebih berarti bagi dia Lava. Aku minta maaf karena ada diantara hubungan kalian." Kini Felycia menundukkan kepalanya.
Lavanya mengangkat dagu gadis itu. "Kamu sahabatku, kamu orang yang berarti buat Sagara, kamu enggak perlu minta maaf. Aku enggak mempermasalahkan hubungan kalian."
"Aku sama Saga akan tetap menjadi sahabat sampai kapanpun." tegas Felycia.
"Jangan ngomong gitu, aku berharap kamu selalu ada buat Saga. Karena kamu tau kan aku dan Saga itu..."
"Pasti ada jalan keluarnya Lava." ucap Felycia penuh keyakinan.
"No!! Sebenarnya aku hanya menunda perpisahan aja. Karena ujungnya memang aku dan Saga harus berpisah."
"Please, kamu..."
"Fel, berbeda keyakinan itu sulit. Aku bahkan enggak tau hubungan ini mau dibawa kemana, dan kamu juga tau kalo orang tua Saga enggak setuju."
Bukan hanya berbeda keyakinan tapi Lavanya dan Sagara memang tidak direstui oleh orang tua Sagara. Jelas kedua orang tua kekasihnya itu tidak memberi restu karena Lavanya berbeda dengan mereka, mulai dari keyakinan dan status sosial.
Bahkan Lavanya tau betul, dengan menjalin hubungan seperti ini pasti akan berakhir dengan perpisahan. Untuk saat ini dia hanya ingin menikmati kebahagiaannya bersama laki-laki itu sebelum benar-benar berpisah.
"Sayang!!!" Sagara tampak ngos-ngosan dan menghampiri kekasihnya itu.
"Kenapa Ga?" tanya Lavanya lembut.
"Aku bisa jelasin. Tadi..."
Lavanya menggenggam tangan kekasihnya. "Aku ngerti kok, enggak perlu ada yang dibahas lagi ya. Fely udah jelasin ke aku kok." ucapnya.
"Makasih ya sayang, selalu ngertiin posisiku." ucap Sagara dengan senyum manisnya.
Sagara bersyukur karena memiliki Lavanya yang selalu memahami semua tentangnya. Gadis itu sangat berarti sekali untuk hidupnya. Bahkan dia takut jika kehilangan gadis yang sangat dia cintai ini.
Archakra menatap gadisnya yang dia kira kini sudah sangat bahagia tanpa dirinya, ternyata kehidupan gadis ini semakin rumit dan bersikap seolah baik-baik saja.
"Aku mau antar Fely pulang dulu, kamu mau pulang sekarang?"
"Kamu duluan aja. aku masih mau disini," ucap Lavanya.
Sagara mengangguk. "tapi nanti aku balik lagi buat anter kamu pulang."
"Aku pulang bareng Arca ya, kebetulan aku mau ke rumah bang Okta."
"Okay. hati-hati ya."
Archakra hanya menatap gadis itu bingung, entah kenapa dia ingin pulang bersamanya.
"Gue bisa pulang sendiri." ucap Lavanya.
"Enggak. lo harus balik bareng gue." ucap Archakra dengan tegas.
Lavanya hanya bisa pasrah saja, kemudian mereka berdua bergegas untuk pulang.
Note :
Setelah baca beberapa part menurut kalian ceritanya gimana?

KAMU SEDANG MEMBACA
Limit (Infinity 2)
Romance"Ada batas diantara kita yang tidak bisa aku robohkan sampai kapanpun." -Lavanya Carolyn. "Kalo cari imam di masjid. Jangan ngelirik yang di gereja," sindir Archakra pada gadis yang tengah duduk menunggu kekasihnya selesai beribadah. Lavanya terdia...