Malam harinya, Gani disibukkan menata cemilan dan minuman diatas meja. Ia dan sang ayah berencana untuk menonton pertandingan sepak bola.
"Cemilannnya kurang nggak? Apa mau beli lagi?" Henry menawari. Berjalan mendekati si bungsu yang tampak sibuk, lalu mendudukkan dirinya disofa. "Abang mana, dek?"
"Katanya mau nginep dirumah bang Ferel, ngerayain ulang tahun adeknya."
Kepala Henry manggut-manggut. "Mungkin karna papa belum buka hape."
"Papa."
Elbio berjalan kearahnya. Membawa botol dot yang sudah terisi susu putih penuh, anak itu sudah memakai piama. Seperti biasa, karena piama itu milik Gani dulu, piama itu kebesaran untuk Elbio. Bahkan pundak anak itu terlihat karena merosotnya bagian leher.
"Mau puk-puk," Pintanya sambil merentangkan kedua tangannya.
"Papa mau nemenin adek nonton bola. Kamu mau ikut nonton?"
Menggeleng. Kini kedua tangannya memegang botol dotnya didepan perut. "Mau puk-puk."
"Papa nggak bisa."
"Kenapa?"
"Mau nemenin adek."
"Mau puk-puk sebental," Katanya lesu.
Henry tak berniat menjawab. Ia sudah megatakan alasannya, tapi Elbio saja yang tidak mau mendengarkan. Ia tak mau harus mengulang-ulang ucapannya.
"Papa... "
"Sama pak satya dulu, ya? Nanti kalo papa udah selesai nemenin adek nonton bola, papa jemput El diposnya pak Satya."
"Sama papa?"
"El ... Nanti papa jemput, sekarang keluar."
"Mau papa, dipuk-puk."
Menghela nafasnya. "El, mau papa marah?"
Spontan kepala Elbio menggeleng cepat. Kalau papa marah, berarti besok tidak ada puk-puk lagi, tidak ada tidur dengan papa lagi. Malam ini sepertinya Elbio harus mengikhlaskan tidak dipuk-puk papa. Kan, nanti bisa tidur bersama.
"El sebel sama papa!" Teriaknya sambil menghentakkan kakinya. Anak itu lari keluar menuju pos Satya bertugas.
"Pak Satya."
Satya yang baru saja akan menyeruput kopi hitamnya pun menoleh. "Loh? Aden ngapain disini?"
Merentangkan kedua tangannya. "Mau puk-puk."
"Papa nemenin adek nonton bola, nggak mau puk-puk El."
Satya membawa tubuh mungil itu kegendongannya. Sebelum duduk, Satya mengambil selimut kecil yang selalu ia kenakan saat rasa dingin menusuk kulitnya.
Mendudukkan dirinya, Satya memposisikan kepala Elbio ditangan kirinya. Menyelimuti tubuh El, lalu menepuk pelan pantatnya.
"Udah, sekarang bobok. Pak Satya yang puk-puk adek."
Memasukkan ujung botol kemulutnya, menyedot pelan dan memejamkan kedua matanya. Pelukan Satya terasa hangat.
Satya menatap wajah Elbio. Membenarkan selimut yang membungkus tubuh mungil itu dan kembali menepuk pantat Elbio. Wajahnya manis sama seperti sang ibu.
***
Pukul dua belas malam Henry menyudahi acara menonton sepak bola itu. Nyatanya, Gani malah tertidur sejak tadi karena terlalu banyak makan.
Henry membangunkan Gani agar si bungsu berpindah kekamarnya. Henry tidak akan kuat kalau mengangkat Gani, badannya bongsor sudah menyamai dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say Hello, El [Completed]
RandomDia anak tengah yang menggemaskan Elbio namanya. Anak menggemaskan yang rajin menabung untuk membeli apapun yang ia inginkan. Anak selugu Elbio harus merasakan ketidakadilan sang Papa. Padahal, Elbio tidak seperti saudaranya yang lain, meminta bara...