SHE | CH-08

11.5K 1.4K 94
                                    

Setelah turun dari motor, bukannya masuk untuk mengganti baju malah berlari menghampiri Pak Satya yang sedang mencuci motornya.

"Pak Satya, El bantu ya?" Kedua mata bulatnya menatap penuh binar kearah air itu.

"Nggak usah, Bapak tau kalo adek cuma mau main air aja."

"Enggak, mau bantuin."

"ADEK GANTI BAJU DULU," Teriak Regi.

"Iya Abang sebental, El mau liat pak Satya cuci motol dulu."

"Yaudah tapi cepet, makan siang."

Elbio kembali melihat Pak Satya. "Nanti ajak El jalan-jalan pake motol ini ya, pak."

"Boleh, mau kemana? Bapak siap anterin adek kemanapun."

"Emm ... Beli es klim yang kalo makan halus pake sendok," Seru Elbio semangat.

Pak Satya tersenyum. "Boleh, nanti bapak traktir."

"Asiiiikk~"

Dia, si anak baik itu melompat kegirangan. Pak Satya turut melebarkan senyumannya, mendapatkan es krim yang ada sendoknya seperti harta Karun paling berharga untuk Elbio. Ya, itu kan memang dunia Elbio.

Elbio berhenti melompat ketika matanya menangkap anak tetangganya yang tengah merokok dibawah pohon depan rumahnya sendiri. Rumah bintang bersebrangan dengan rumah Elbio.

"Pak, El titip tas sebental ... El mau ke lumahya Bintang sebental."

"Loh, kok kerumah bintang. Tadi Abang bilang apa?"

"Sebental, itu, Bintang dipohon itu," Telunjuknya menunjuk Bintang. Pak Satya mengikuti arah telunjuk Elbio, dan memang benar. Ada Bintang--anak tetangga yang lumayan dekat dengan Elbio.

"Yaudah, bapak bantu simpen tasnya," Mengambil tas Elbio dan menaruhnya dipos. "Tapi jangan lama-lama, adek belum makan siang."

"Siap! Pai-pai Pak Satya," Satya menggelengkan kepalanya melihat Elbio sudah berlari kesebrang rumahnya.

"BINTANG"

Bintang mendongak, menatap Elbio yang berteriak tapi berdiri tepat dihadapannya. Jadi, fungsinya berteriak apa?

"Jangan teriak kak, lagian mau bisik-bisik juga gue denger."

Duduk disamping bintang. "Bintang kan belum besal, kenapa udah ngelokok?"

"Udah gede, nggak keliatan?" Bibirnya kembali menyesal rokok itu sekali, lalu mematikannya ketanah. "Ngapain kesini?"

"Itu," Menunjuk sesuatu. "El boleh pinjem mobil-mobilan itu nggak?"

Bintang mengikuti arah yang ditunjuk Elbio, mobil-mobilan miliknya dulu. Bisa dibilang itu itu adalah truk yang selalu Bintang mainkan, dan mengisi bak belakangnya dengan batu kerikil, atau ranting kayu yang dipotong menjadi kecil.

"Trek itu?"

"Tlek?"

"Iya, itu namanya trek. Tapi itu udah jelek, beli yang baru aja."

"Nggak mau, mau pinjam itu."

Bintang beranjak, lalu meneliti mainannya dulu. Kotor, dan rodanya hilang satu.

"Rodanya ilang satu, nggak bisa jalan kalo nggak lengkap rodanya."

Si anak baik menunduk lesu. "Yah, yaudah deh."

"Tapi gue bisa buatin rodanya pakek kayu, gapapa?" Tanya Bintang ragu.

"Gapapa," Angguk Elbio cepat.

Akhirnya, Elbio terus mengikuti kemanapun Bintang pergi. Ia ingin melihat bagaimana proses pembuatan roda untuk trek yang mau dia pinjam. Bintang baik sekali. Elbio menatap bintang dengan senyuman tulus.

Say Hello, El [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang