Tinggal bersama keluarga Aonung tidak seburuk yang Neteyam kira. Orang tua Aonung memperlakukan Neteyam dengan sangat baik seperti anak sendiri. Ronal juga memastikan kebutuhan Neteyam selalu terpenuhi.
Aonung setiap harinya pergi berburu di laut untuk mencari ikan yang bagus untuk kehamilan Neteyam. Karena itu kondisi Neteyam semakin membaik, berat tubuhnya pun bertambah.
"Aonung, apa menurutmu aku semakin gendut?" Tanya Neteyam dengan bibir sedikit cemberut. Keduanya sedang duduk di tepi pantai, menikmati semiliar angin sore.
Akhir-akhir ini ia banyak sekali makan, bayi dalam perutnya selalu lapar.
"Haha, bukankah itu artinya kau makan dengan baik?" Cengir Aonung sambil mencubit pipi Neteyam yang semakin tembem, lalu mengelus rambut Neteyam yang terurai indah.
(Info: Neteyam melepaskan semua kepangan rambutnya. Kecuali kepangan panjang yang melindungi Tsaheylu.)
"Tapi tetap saja, bagaimana jika kau tidak menyukaiku lagi..."
"Jangan bilang begitu, mau bagaimanapun keadaannya aku tidak akan meninggalkanmu." Aonung memaklumi kekhwatiran Neteyam. Hormon kehamilan membuat moodnya berubah-ubah, terkadang Neteyam akan sedih tanpa alasan yang jelas. Entah karena takut di tinggalkan atau tidak lagi di sukai. Itu sebabnya Aonung selalu meyakinkan Neteyam bahwa ia selalu mencintainya.
Aonung "Neteyam, ada tempat yang sangat ingin ku tunjukkan padamu. Bagaimana jika kita ke sana?"
"Benarkah, di mana tempatnya?" Senyuman manis menghiasi wajah Neteyam, selama di sini dia jarang sekali berpergian.
Aonung menggandeng tangan Neteyam menuju sisi lain dari pantai klan Metkayina. Kemudian membawanya berenang ke dalam laut di pantai itu.
Neteyam penasaran, tempat apa yang ingin di tunjukkan Aonung sampai-sampai mereka harus masuk ke dalam laut.
Semakin mereka ke dasar, ada banyak sekali terumbu karang dan bebatuan.
Aonung pergi ke bebatuan karang untuk menyingkirkan rimbunan tanaman rumput laut yang ternyata menutupi sebuah lubang besar. Aonung memberikan gesture pada Neteyam untuk masuk bersama.
Awalnya di dalam sangat gelap, tapi lama-kelamaan Neteyam melihat cahaya yang begitu terang yang merupakan permukaan air.
Mereka akhirnya tiba di tempat rahasia Aonung. Yaitu Gua bawah laut yang menyimpan pohon spirit rahasia di dalamnya.
Saat keluar dari air, Neteyam langsung menghirup udara sebanyak mungkin. Tempat ini tidak segelap yang Neteyam kira, ada area terbuka di bagian atas gua yang memperlihatkan langit dan sebuah pohon di bawahnya.
"Tempat apa ini?" Tanya Neteyam.
"Ini adalah gua pohon spirit yang ku temukan ketika masih kecil." Aonung membantu Neteyam untuk naik.
Gua itu sangat luas, ada rerumputan lembut ketika mereka berpijak. Selain itu ada tanaman buah-buahan dan masih banyak lagi. Tempat ini bagaikan tempat persembunyian.
"Ayo kita ke sana." Ajak Aonung.
Mereka mendekati Pohon spirit berukuran besar yang berada di tengah-tengah gua. Pohon ini tidak memiliki daun, tapi memiliki bunga yang mirip dengan wisteria dengan warna merah muda.
"Indah sekali." Tangan Neteyam menyentuh bunga-bunga itu. Tidak hanya indah, aromanya juga sangat wangi.
"Coba tautan tsaheylu milikmu pada bunganya."
Neteyam menarik kepangan rambut miliknya lalu di dekatakan pada ujung bunga. Perlahan ujung bunga itu mengeluarkan sulur yang mirip dengan milik Na'vi. Tautan pun terjadi, Neteyam merasakan sensasi aneh yang masuk ke dalam tubuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Waiting One (Aonung x Neteyam)
FanfictionSetelah kepergian Neteyam yang meninggalkan duka mendalam bagi Aonung. Hampir setiap hari Aonung pergi ke laut. Berharap pemuda itu akan hidup kembali. Waktu terus berlalu, hingga pada suatu hari Anoung melihat sosok itu mencul dari air. "Neteyam...