Angin laut serta ombak membawa aroma garam ke tepi pantai. Terlihat beberapa Na'vi laut dewasa baru selesai berburu ikan di sore yang indah itu.
Neteyam memandangi matahari yang mulai tenggelam dari jendela kamar rumah gantung sambil merangkai kalung yang terbuat dari permata dan kerang. Kalung itu akan ia berikan untuk kedua putranya sebagai hadiah.
Begitu matahari menghilang dari garis batas laut, neteyam menghela nafas sedih.
"Kapan dia kembali." Keluhnya.
Akhir-akhir ini Aonung di sibukkan dengan tugas-tugas pemimpin klan yang akan segera di serahkan padanya. Jadi Aonung tidak memiliki banyak waktu untuk keluarga kecilnya.
Di sela-sela kegiatan merangkai kalung, terdengar suara langkah dari belakang. Segera Neteyam berbalik dan menemukan pemuda yang ia cintai akhirnya pulang ke rumah.
"Aonung!" Senang Neteyam begitu melihat Aonung berdiri di ambang pintu.
"Maaf membuatmu menunggu, ada banyak hal yang-" Belum selesai menyatakan alasan, Aonung di kejutkan oleh Neteyam yang tiba-tiba memeluknya.
"Aku sangat mengkhawatirkanmu..." Adu Neteyam.
"Haha, apa kau sebegitu khawatir? Kau tau aku sangat kuat, bukan?" Ejek Aonung sambil mencubit lembut pipi Neteyam, namun candaan Aonung malah membuat Neteyam menangis.
"Hiks...."
"Neteyam, kenapa kau menangis!" Panik Aonung, ah sepertinya dia baru saja mengatakan hal yang salah.
"Kau bilang hanya akan pergi selama 3 hari. Tapi Ini sudah lewat seminggu!" Marah Neteyam .
Sudah seminggu lebih Aonung pergi untuk mengurus permasalahan Bangsa Langit. Neteyam bahkan tidak bisa tidur nyenyak karena terus memikirkan keadaan pemuda di hadapannya ini.
Menyadari kesalahannya, segera Aonung membalas pelukan Neteyam dan membiarkan wajah cantik itu tenggelam di dadanya.
"Maafkan aku Neteyam, aku tidak bermaksud meninggalkanmu selama itu. Hanya saja ada banyak hal yang harus kulakukan untuk melindungi kita semua." Ungkap Aonung, Neteyam langsung menatap wajah Aonung dengan mata yang masih berkaca-kaca.
Apa yang Aonung katakan benar. Sekarang Aonung bukan lagi pemuda nakal yang bebas, sekarang dia adalah penerus Klan Metkayina. Dia pasti memiliki banyak tugas dan tanggung jawab yang harus ia pikul seorang diri di usianya yang masih sangat muda.
"Kau benar, maafkan aku Aonung."
"Tidak, akulah yang seharusnya meminta maaf di sini. Aku meninggalkan mu dan anak-anak kita tanpa kabar. Kau pasti sangat khawatir." Tangan Aonung mengelus lembut wajah Neteyam.
Aonung tau Neteyam kurang tidur selama ia pergi, di tambah ia harus mengurus anak-anak mereka.
"Aonung...?" Panggil Neteyam, menyadarkan Aonung.
"Ya?" Jawab Aonung.
Sesuatu yang lembut menyapu bibir Aonung. Ia sedikit terkejut karena tidak biasanya Neteyam menciumnya lebih dulu.
"Hmph ah~"
Meski gerakannya kurang lihai, bagi Aonung ini merupakan ciuman termanis yang pernah ada.
Neteyam agak kesulitan menyeimbangkan ciumannya karena harus berjinjit, Aonung sekarang jauh lebih tinggi karena faktor pertumbuhannya yang cepat.
Aonung tersenyum di sela ciuman tersebut. Tanpa basa-basi ia langsung mengangkat tubuh Neteyam untuk ia gedong seperti koala dan menghimpitnya ke dinding.
"Ah Aonung, tunggu! Bagaimana jika anak-anak mendengar kita!" Panik Neteyam sambil mengalungkan kedua tangannya pada leher kekar Aonung.
Aonung melirik ke arah anak kembarnya yang tertidur lelap di atas tempat tidur jerami di kejauhan. Seketika senyuman licik terukir di bibirnya.
"Mereka tidak akan dengar asal kau tidak membuat suara." Goda Aonung seraya menjilat leher Neteyam.
Neteyam menggeleng, ini adalah ide buruk!
Pemuda cantik itu hanya bisa menahan suara erangannya dengan menggigit bibir setiap Aonung mulai menyentuh bagian-bagian sensitifnya.
Mungkin karena sudah seminggu tidak bertemu, Aonung tidak bisa menahan diri untuk tidak menyentuh Neteyam.
Tapi sebelum Aonung beraksi lebih jauh, suara tangis dari salah satu anak kembar mengejutkan mereka berdua.
Buru-buru Neteyam melepaskan pelukan Aonung untuk menghampiri dan menggendong putranya yang menangis.
"Ada apa sayang? Apa anak ibu haus." Tanya Neteyam lembut.
"Oweeee"
Aonung yang masih berada di belakang hanya bisa menghela nafas karena ulah salah satu anaknya. Mungkin anak itu tau ayahnya akan melakukan sesuatu pada ibu mereka.
Lagipula Aonung bisa melakukan itu kapan-kapan. Pemuda laut itu akhirnya ikut menghampiri Neteyam dan kedua putranya, duduk tepat di belakang Neteyam sambil memeluk pinggang ramping sang pasangan.
"Hanya perasaanku atau mereka semakin bertambah gendut?" Tanya Aonung menguyel pipi putranya yang sedang meminum susu dari dada Neteyam.
"Haha, begitulah. Semakin bertambahnya bulan, bayi cenderung lebih banyak meminum susu." Senyum Neteyam.
Hal mengejutkan lain dari tubuh Neteyam selain bisa melahirkan, ia juga bisa menghasilkan susu untuk anak-anaknya seperti Na'vi wanita. Jadi kebutuhan anak mereka terpenuhi tanpa perlu asupan pengganti.
Namun sayangnya tubuh Neteyam masih sangat lemah. Apalagi pasca melahirkan.
Efek samping dari obat yang di suntikan RDA sebelumnya melumpuhkan beberapa saraf penting dari tubuh seorang Na'vi. Membuat Neteyam tidak sekuat saat ia menjadi prajurit muda di klan Ometicaya. Beruntung hal itu tidak mempengaruhi masa kehamilan Neteyam hingga bayinya lahir dengan sangat sehat.
Aonung menyadarkan dagunya ke bahu Neteyam, menghirup aroma manis pemuda hutan yang sangat ia rindukan.
"Aku sangat merindukanmu, Neteyam." Ucap Aonung memberikan beberapa ciuman ke leher pasangan.
"Aku juga. Ngomong-ngomong apa saja yang kalian lakukan selama menjalankan misi?" Tanya Neteyam.
"Kamu menyelidiki markas-markas Bangsa Langit yang tersebar di beberapa pulau di Pandora. Mereka sepertinya tidak memiliki niatan untuk berperang dalam waktu dekat, dan lebih menyibukkan diri dengan penelitian mereka terhadap perkembangan di planet ini." Jelas Aonung.
Selama satu Minggu, Aonung dan kelompok Na'vi melakukan pengawasan terhadap Markas manusia yang ada di tanah Pandora.
Dari pengamatan mereka, tidak ada pergerakan senjata atau penelitian terhadap bangsa Na'vi. Mereka sepertinya di sibukkan oleh sesuatu dari planet asal mereka, yaitu bumi.
Lo'ak yang memiliki alat penyadap berhasil mendapatkan informasi bahwa terjadi keributan antara Miles Quaritch dan Presiden Amerika terkait penyalah gunaan wewenang Avatar.
Quaritch secara diam-diam memperbanyak jumlah Avatar untuk memperkuat militer di Pandora dengan memaksa para ilmuwan. Namun biaya yang dikeluarkan tentu tidak murah. Menyebabkan data pengeluaran kas militer melebihi jumlah tahun-tahun sebelumnya.
Hal itu memicu kemarahan presiden karena uang negara mereka di pergunakan tanpa perizinan, di tambah uang itu berasal dari pajak rakyat Amerika.
Butuh waktu lama untuk menyelesaikan masalah tersebut. Jadi saat ini bangsa Na'vi memiliki banyak waktu menyiapkan perencanaan perang untuk melawan balik dan mengumpulkan kekuatan dari berbagai wilayah sebanyak mungkin.
Neteyam mengelus kepala Aonung, pasti berat menjadi seorang pemimpin dan memikirkan cara untuk melindungi klannya.
TBC
Jeng Jeng
I'm back! Don't forget to give Comment for my Work!
See ya~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Waiting One (Aonung x Neteyam)
FanficSetelah kepergian Neteyam yang meninggalkan duka mendalam bagi Aonung. Hampir setiap hari Aonung pergi ke laut. Berharap pemuda itu akan hidup kembali. Waktu terus berlalu, hingga pada suatu hari Anoung melihat sosok itu mencul dari air. "Neteyam...