3. Kepercayaan

891 83 4
                                    

"Neteyam! Kau di mana!" Teriak Aonung memanggil Neteyam.

Sudah seharian ia mencari, namun ia belum menemukan nya di manapun.

Saat Anoung melangkah semakin jauh ke dalam hutan, ia menemukan jejak kaki berbentuk acak di atas pasir. Jumlahnya ada banyak, jelas sekali ada sekelompok Na'vi yang melewati jalan ini.

Mata Aonung terbelalak saat menemukan manik-manik dari kalung milik Neteyam berceceran di pasir beserta bercak darah.

Tanpa basa-basi Aonung langsung berlari mengikuti jejak darah itu. Semakin ia masuk ke dalam hutan, terdengar suara rintihan yang ia yakini berasal dari Neteyam.

"Ayo cepat! Bagaimana jika ada yang melihat!"

"Sabar! Kau tidak lihat sejak tadi dia terus memberontak"

"Lepaskan aku! Hiks..."

Ketika para Na'vi itu hendak membuka kain yang menutupi bagian privasi Neteyam, tiba-tiba dari arah belakang Aonung muncul dan menghantam kepala para Na'vi itu dengan pukulan.

"Bajingan! Akan ku habisi kalian!!!" Marah Aonung

Melihat kondisi Neteyam yang memprihatinkan, membuat Aonung semakin murka.

Tanpa ampun Aonung menghajar mereka secara membabi-buta. Sekelompok Na'vi yang tadinya hendak melecehkan Neteyam di buat ketakutan dengan keganasan Aonung.

Siapapun yang mencoba mengusiknya akan habis di tangannya.

Setelah selesai menghajar sekelompok Na'vi itu hingga babak belur. Aonung menghampiri Neteyam yang meringkuk ketakutan, mengabaikan sekolompok Na'vi yang melarikan diri di belakangnya.

"T-tidak.. jangan sentuh aku!" Teriak Neteyam.

"Neteyam, ini aku Aonung! Mereka sudah pergi"

Neteyam dengan takut-takut membuka matanya.

"Aonung...hiks.." Neteyam langsung memeluk Aonung, tubuhnya masih bergetar ketakutan akibat kejadian tadi.

"Tenanglah, sekarang aku ada di sini. Aku akan melindungimu" ucap Aonung untuk menenangkan Neteyam.

...

Sesampainya di rumah, Aonung langsung mengobati luka-luka di tubuh Neteyam.

Beberapa kali Neteyam meringis saat Aonung menempelkan obat-obatan itu di lukanya.

"Akh..sakit.."

"Tahanlah sebentar, ini tidak akan lama"

Selesai mengobati dan memberikan perban, Aonung membaringkan tubuh Neteyam agar pemuda itu bisa beristirahat.

Rasa sakit menjalar di hati Aonung saat melihat luka dan lebam di beberapa bagian tubuh Neteyam. Tak henti-hentinya ia menyalahkan dirinya sendiri karena meninggalkan nya.

Entah apa yang akan terjadi jika dia tidak datang tepat waktu. Bisa saja sesuatu yang lebih buruk terjadi.

"Seharusnya aku tidak meninggalkanmu" sesal Aonung.

Mata Aonung tertuju pada bekas luka di dada Neteyam, ia ingat itu adalah bekas tembakan dari RDA. Tangannya terulur untuk meraba bekas luka itu.

Ingatannya kembali ke saat di mana ayah Neteyam, Jake Sully membawa Neteyam yang sudah tak bernyawa ke tepi pantai. Semua orang terkejut, termasuk dirinya yang masih tak percaya bahwa Neteyam telah mati di tangan RDA.

"Neteyam, maafkan aku. Seandainya waktu itu aku ikut denganmu. Hal ini pasti tidak akan terjadi" ucap Aonung ke Neteyam yang sudah tertidur.

...

The Waiting One (Aonung x Neteyam)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang