Kata orang tentang perihal rumah. Presensi tersebut tak selalu berbentuk bangunan. Sebab presensi itu terbentuk bukan hanya dari sanak orang terdekat.
Rumah yang dimiliki oleh Zea sebelum itu telah hancur. Namun, ada sosok asing yang justru menerob...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Gwaenchana?"
Pria itu menyemburkan tanya sedari tadi yang bahkan entah ke berapa kalinya. Keadaan Zea memang cukup mengkhawatirkan. Namun wanita itu sudah nampak baik-baik saja dengan bantuan pernapasan miliknya tadi.
"Diamlah. Kau bahkan sudah bertanya ke seratus kali." Cicit Zea kesal.
Jungkook mendudukkan dirinya di sofa ruang inap milik Zea. "Aku hanya takut kau pingsan seperti tadi."
"Permisi tuan Jungkook-shi. Asal kau tau aku tidak pingsan tadi."
"Lalu apa?" Tanya Jungkook yang membuat Zea terdiam.
Wanita itu nampak memutar ingatannya pada situasi sebelum-sebelumnya. Kini, ada berbagai pertanyaan yang nampak berkumpul di kepalanya.
"Katakan padaku. Tadi itu apa?" Tanya Zea yang nampak ia jeda sembari berpikir.
"Seperti suara tembakan?" Lanjutnya.
"Kau benar"
"Mwooo??!!"
Jungkook nampak menghembuskan nafasnya. Zea ini benar-benar. Tidakkah ia sadar tadi? Tidakkah ia mengenali kendati suara tadi adalah suara tembakan?
"Itu sebabnya aku khawatir padamu tadi? Kau terluka atau tidak. Aku takut tembakan itu mengenai mu atau bahkan aku." Kata Jungkook
Zea terdiam. Wanita itu lantas menatap Jungkook. Jelas saja, raut wajahnya benar-benar menunjukkan kekhawatiran. Tapi mengapa ia harus khawatir pada sosok Zea? Bukanlah Zea hanya orang asing?
Jungkook adalah manusia
Itulah jawabannya.
Jelas saja pria itu masih memiliki hati nurani sama seperti manusia pada umumnya.
"Kau dalam bahaya?" Tanya Zea kemudian, setelah gagal menyembunyikan gelombang pertanyaan di kepalanya.
"Kurasa iya."
Apa katanya? Pria itu hanya menjawab dengan nada enteng? Tidakkah dia tahu kendati nyawanya ada dalam bahaya?
"Yakhhh. Jungkook-shi, kau dalam bahaya. Dan kau tenang-tenang saja? Kau bisa mati."
Lihatlah sekarang. Pria itu bahkan tertawa. Apakah ada yang salah dengan Zea? Ia rasa tidak, sebab sepertinya otak Jungkook lah yang tengah bermasalah.
"Baiklah baiklah. Aku akan pulang." Kata Jungkook disusul dengan kebangkitan pria itu.
Zea yang mendapati itu lantas ikut bangkit sengaja mengantar pria itu hingga ke pintu.
"Jungkook-shi."
"Hmm?"
"Jangan beri tahu bibi Song."
Jungkook nampak mengangkat sebelah alisnya sembari melipat kedua tangannya di dada.