Chapter 3: tired

6 1 0
                                    

Pagi ini, Adalah pagi yang paling mengesankan untuk bumi dengan sejuta ceritanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini, Adalah pagi yang paling mengesankan untuk bumi dengan sejuta ceritanya. Sebab wanita yang biasa menghabiskan paginya untuk bergulat dengan kasur dan selimutnya kini justru melakukan hal lain yang bahkan membuat sudut-sudut dari kamarnya menganga tak percaya.

Wanita itu telah terduduk dikursi belajarnya sejak pukul 4 dini hari tadi. Menghabiskan waktunya dengan mencoret kertas desain yang bahkan mungkin sebagian dari kertas itu mengisi tempat sampah sebab terus saja dilempar olehnya kala tak menemukan ide yang tepat untuk kinerja otaknya.

Sesekali menggaruk gatal kepalanya. Kakinya bahkan diangkat melipat ke atas kursi. Piama lusuh, rambut acak-acakan dan wajah lesu. Sebenarnya bagi Zea sendiri bukanlah hari produktif untuk dapat di sebut dengan benar olehnya. Sebab hari ini adalah hari terlampau menyebalkan saat ia harus menghadapi deadline akhir semester dari kuliahnya.

Benar, ia harus menyelesaikan laporan dan desain revisi untuk siang ini.

Ya.

Siang ini!

Lama-lama Zea akan botak jika sedari tadi ia terus saja menjambak akar rambutnya. Ia pening, apa lagi desain yang digambar olehnya sedari tadi terlihat kurang untuk ukuran tugas akhirnya.

Menyerah. Zea menyerah. Lantas ia meraih ponselnya. Mengetik nama sosok teman yang beberapa tahun ini sangat membantu kehidupannya.

"Yeobboseyo, nara-ah."

Sedangkan yang diseberang sana justru berdecak malas. "Aku tahu kau belum menyelesaikan tugasmu."

"Tidak. Tugasku kurang sedikit lagi dan hampir akan selesai." Katanya dengan satu poin dosa yang terhitung oleh mulut picisan itu.

"Lalu?"

"Hanya saja."

"Hanya saja apa?"

Zea nampak menyugar rambutnya lagi. Lihatlah, kepalanya akan benar-benar botak melihat beberapa helai dari rambutnya cukup tersangkut disela-sela jarinya.

"Sepertinya aku tidak bisa menyelesaikannya siang ini, aku-"

"Aku sudah menduganya. Kemarin kau bolos dan sekarang kau tidak bisa menyelesaikan tugasmu? Zea ini tugas akhir dari semester ini. Dan setelahnya kau akan lulus. Sedikit lagi. Bertahanlah. Aku yakin kau bisa melewatinya." Ujar Nara panjang lebar menyela perkataan Zea yang bagi nara merupakan kalimat retoris. Sebab dari kalimat Zea akan tetap sama. Tidak ada jawaban untuk kalimat Zea sendiri. sebab wanita itu sudah tahu menahu tentang jawabannya yang berarti bahwa ia harus menyelesaikan tugasnya dan tidak ada opsi lain untuk itu.

"Kau sedang apa sekarang?" Tanya Zea yang bagi Nara adalah sebuah pengalihan topik saja.

"Sedang siap-siap untuk ke rumahmu." Jawab Nara yang kini berhasil membuat kedua bola mata Zea membulat sempurna.

EGLANTINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang