:: 08 : PLAYING DORMITORY PIANO ::

537 47 2
                                    

"Hai Jake, hihihihihihihihi."

Cagak tubuh lelaki tersebut konsisten melangkah tanpa berkemauan membalas sapa sosial Minhee.

Yang disapa memutar bola matanya malas, jujur ia tidak suka dengan si Minhee ini. Perangai lelaki tersebut cenderung silang selimpat sejak pertama kali Jake menapak di sini, belum lagi cekikikannya yang terasa memekakkan telinga tiap kali didengar. Ia benar-benar enggan dengan si Minhee.

Jake segera mendudukkan tubuhnya di atas kursi kelas. Sedikit melirik ke arah Minhee yang tengah asyik menghapus coretan acak di papan tulis setelah berhasil masuk ke dalam kelas. Uh, tumben sekali si Minhee ini?

"Jake, malam ini mau ikut gue nggak?"

Jake sedikit tersentak kala manusia di sampingnya bersuara. Ia memandang lelaki yang tidak salah bernama Yedam itu, entahlah Jake sedikit lupa dengan nama lelaki di sampingnya ini.

"Kemana?" Jake menyahut ringkas.

"Nyanyi. Lo suka nyanyi kan?"

Kedua alisnya bertaut heran. Bagaimana Yedam bisa tahu? Seingat Jake ia tidak pernah berkisah pada siapapun tentang minatnya yang satu ini bahkan kedua saudara kembarnya pun tidak tahu menahu bahwa Jake mahir dalam aspek bersenandung. Lantas kenapa Yedam yang notabene orang asing bisa tahu?

Baiklah Jake, berpikir positif saja itu hanya tebakan asal. Dirimu harus pintar bermain kata sedikit.

"Enggak. Tapi dulu, gue sering ikut paduan suara di gereja."

Jake si paling anak Tuhan sedikit mengekspos kebiasaan beragamanya. Mau bagaimana pun juga semua orang harus tahu kalau Jake ini rajin beribadah untuk mengindari hal yang tak diinginkan nantinya tapi, sebut saja Jake hanya ingin pamer.

Hanya satu kali saja, tidak lebih.

"Wah keren, berarti suara lo bagus dong Jake?"

Si pemilik nama nyaris saja terjungkal ke belakang kala suara itu kembali menerobos gendang telinganya. Ya Tuhan, makhluk ini benar-benar mengejutkan. Kapan dia datang? Kenapa tiba-tiba sudah di sini saja? Sudah begitu dengan santainya ikut menimbrung oborlan.

Minhee ini seperti diajak saja, padahal kan dia tidak diajak.

Meninggalkan Minhee yang masih menatap kagum, ia beralih berbisik pelan pada Yedam. "Nanti aja kita bahas."

"Di sini ada ruangan khusus buat nyanyi dan main alat musik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Di sini ada ruangan khusus buat nyanyi dan main alat musik. Sebut aja ruang musik."

Yedam membuka obrolan di tengah jalan menuju sudut asrama. Ditemani minimnya cahaya dan senyap nya suasana, mereka berjalan beriringan.

Jake menatap setiap jalan yang ia lewati, dalam hati berpikir, kenapa minim sekali cahaya di setiap langkahnya? Apa asrama ini kekurangan listrik? Menyeramkan sekali ketika cahaya semakin menghilang di setiap langkah, Jake seperti ditarik ke dunia kesuraman.

[✓] ASRAMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang