:: 10 : FINGER MEAT SOUP ::

561 50 5
                                    

Layaknya partisipan lomba lari yang tengah berlari guna mencapai garis finish untuk mendapatkan kemenangan, Sunghoon selalu ingin melakukan hal tersebut tapi dengan tujuan menghindarkan diri dari makan malam.

Betapa ia enggan untuk berperan serta dalam acara tersebut, Sunghoon hanya tidak suka dengan menu makan malam setelah kejadian tempo hari itu.

Beruntungnya roti eliopsomo dan bubur kacang merah bisa menentramkannya di pagi dan siang hari. Ya sekurang-kurangnya perut Sunghoon bisa terisi dengan makanan tersebut kendati ia harus mangkir dari makan malam.

Kembali mendudukkan diri di kursi ruang makan, lagi-lagi helaan napas yang bisa Sunghoon ekspresi kan.

Ya Tuhan, sup ini lagi? Haruskah ia melakukan drama dengan menyenggol makanan di hadapannya ini hingga berserak di lantai? Sunghoon hanya belajar dari pengalaman kemarin, takut-takut kembali terulang.

Ia harus sedikit waspada.

"Kenapa lo ngajak dia sih? Kalau buat onar lagi gimana? Lo mau tanggung jawab?"

Si Minhee dengan lantang berucap menyangkak hati ketika dengan santainya Taehyun kembali membawa Kai makan bersama. Tilikan Minhee bertukar sengit, solah-olah siap meluluh lantakkan kapasitas asrama karena tindakan mengejut Taehyun.

Sedangkan Kai hanya bisa merundukkan kepala. Dalam hati merutuk, kenapa bahana pembeberan harus bersembunyi? Terlebih di kondisi seperti ini.

"Kenapa emangnya? Dia kan temen kita juga Minhee, lo nggak boleh kayak gitu."

Minhee berdecak mengikuti gelitik jenaka. "Temen lo, gue nggak sudi punya temen kayak dia. Udah bisu nggak bisa bertindak."

Oh itu terlalu kasar, benar-benar si Minhee ini. Jake semakin tidak suka dengannya.

Jisung yang posisinya berada di samping Minhee menyenggol lengan lelaki itu pelan dengan gelengan kepala. Sedang sang empu hanya memutar bola matanya malas.

"Gara-gara lo ngajak dia, selera makan gue jadi ilang anjir."

"Minhee." Taehyun memperingatkan gamblang.

Yedam yang perutnya sudah tak bisa diajak kompromi lagi menghela napas. Mengelus perutnya pelan ketika cacing-cacing di dalam sudah mengamuk karena ia terpaksa mengundur waktu makan malam hanya untuk memirsa kontroversi sengit.

Oh betapa muaknya Yedam, kenapa si Minhee begitu membenci Kai? Punya kekhilafan apa lelaki tersebut pada Minhee? Kenapa tutur kata dan pembawaannya selalu brutal?

Memori Yedam beroperasi, mengorek kekeliruan Kai pada Minhee selama ini hingga membuat lelaki tersebut teramat membenci. Akan tetapi untuk sesaat Yedam mengerti, Kai bahkan selalu diam selama diperlakukan kelewat batas oleh Minhee.

Jadi kenapa Minhee sangat membenci Hueningkai? Ah, Yedam tidak suka berpikir di saat perutnya keroncongan.

"Stop deh, jangan berisik. Gue laper."

"Nah satu temennya nimbrung. Belain aja, belain aja terus."



BRAK!!



Jake yang diam-diam ingin menjejalkan makanan ke dalam mulut tersentak, nyaris terjungkal ke belakang jika kursinya tidak ditahan oleh Jay. Sedangkan Sunghoon spontan menangkap gelas air yang hampir saja tumpah karena meja digebrak Taehyun.

Sangat berbeda dengan yang lain, raut wajah mereka terlihat bersahaja. Seakan lumrah dengan kejadian ini, pandangan mereka bahkan terbilang biasa-biasa saja.

Sepertinya keadaan ini bukan kali pertama.

"Lo bisa nggak sih nggak mancing keributan terus? Tinggal makan doang, nggak perlu ngeluarin daging. Bersyukur dong." Tukas Taehyun nyaris naik pitam karena tingkah laku Minhee.

"Daging gue alot." Minhee menjawab santai.

Weitss─tunggu dulu, apa maksudnya?

Sembari mengelus punggung Taehyun guna mendatangkan ketenteraman lelaki tersebut, Yedam berbisik. "Udah Taehyun udah, jangan diperpanjang nanti nggak selesai-selesai. Sekarang, kita makan malem aja."

Taehyun mendengus. Nasib baik Yedam mencegahnya, jikalau tidak, oh sudah dipastikan ruang makan ini berujung remuk-redam karena bahan pertikaian berlanjut antara Taehyun dan Minhee.

"Ayo Kai dimakan, nanti keburu dingin loh." Kata Jisung pada Kai yang sedari tadi diam menundukkan kepalanya.

Angan-angan Sunghoon lenyap terteguk dalam esofagus berakhir melebur begitu saja. Ia pikir pertikaian ini akan berlanjut sampai tahap serius, melihat raut wajah bengis yang sudah saling ditunjukkan. Namun melihat tatapan itu bisa hilang hanya karena bisikan kata membuat Sunghoon mengumpat.

Sial, kalau begini kesudahannya mau tidak mau Sunghoon harus menyertakan diri dalam acara. Ya ampun, kenapa dewi Fortuna lagi-lagi tidak ada dipihaknya?

Dengan berat hati Sunghoon mengambil sendok, mengaduk-aduk sup untuk menyelisik takut-takut ada helaian rambut lagi. Sepasang matanya mendalam, mencoba melacak helaian rambut di dalam sup nya yang ternyata tidak ada.

Tunggu dulu─tidak ada? Hei yang benar saja?

Sunghoon mengejap-ngejap buncah, mencoba menyelisik kembali takut-takut pengelihatannya salah. Namun untuk beberapa saat terbukti benar, tidak ada rambut di dalam sup nya.

Wow! Kenapa bisa?

Baiklah Sunghoon, yakinlah juru masak di asrama ini belajar dari kesalahan kemarin. Tidak ada helaian rambut di dalam sup, itu berarti juru masak di asrama lebih memperhatikan kebersihan. Jadi... Sunghoon bisa memakan sup ini.

Ia mengulum bibir, berusaha meyakinkan diri sendiri. Perutnya lapar, untuk mengharap waktu esok rasanya Sunghoon tak bisa. Seharian ini bimbingan cukup melalap stamina, ia harus memuat kembali stamina paling-paling untuk bisa tidur pulas dan siap menghadapi hari esok.

Kalau begitu Sunghoon harus makan.

Kembali menyelisik sup sekali lagi sebelum akhirnya menjejalkan ke dalam mulut, Sunghoon memulai makan malamnya.

Meluncurkan gerakan memecah makanan sampai teksturnya lebih halus untuk dikirim ke pencernaan, Sunghoon mencoba menikmati makanan meski dengan mata tertutup dan hati berdebar.

Sepersekian detik kemudian sepasang matanya terbuka dengan pupil membesar dan kerutan di dahi, Sunghoon terheran-heran.

Oh ternyata hidangan ini boleh juga. Tampangnya saja yang meragukan, namun rasanya ternyata jempolan. Ya bisa di bilang, hampir mirip dengan masakan bundanya. Sepertinya Sunghoon harus berhenti mengira-ngira sesuatu dari luarnya saja.

Lambat laun Sunghoon mulai menikmati makanannya, menyuap beberapa kali kedalam mulut sampai mendarat ke pencernaannya untuk mewujudkan rasa puas serta memperlancar waktu beristirahat.

Sampai akhirnya kunyahan itu mendadak terhenti tatkala netranya tidak sengaja menangkap sesuatu yang mengejutkan di dalam mangkuk sup. Ia membelalak serta merta tubuh menegang saat mendapati potongan jari manusia di dalam sup.

Demi Tuhan Sunghoon tidak salah lihat, itu benar-benar jari manusia. Jari manusia yang masih lengkap dengan kukunya dan bercampur menjadi satu dengan bumbu sup.

Ia bertaruh kalau jari itu dimasak bersamaan dengan wortel serta daging karena warna dan teksturnya sudah berbeda dari jari manusia pada umumnya. Bahkan jika memungkinkan untuk dimakan, bumbu sup pasti sudah meresap ke dalam jari tersebut.

Ya Tuhan, betapa gilanya, perut Sunghoon memilin mual. Dengan segara ia memuntahkan seluruh makanan yang sudah bersemayam apik sembari memukul-mukul perutnya berharap benda yang ia kunyah tadi bisa keluar.

Ternyata Sunghoon masih harus berhati-hati karena sup sialan itu belum selesai berulah. Ini bahkan lebih buruk dari yang kemarin.

[✓] ASRAMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang