"Bunda...bunda...bunda."
Si kakak yang tengah membebaskan almamater bimbingan pada tubuhnya memutar bola mata malas. Semenjak memasuki kamar seusai rampung bimbingan, kedua telinganya langsung disambut dengan bibir sang adik yang tiada henti menggumam.
Timbul sensasi tidak menyenangkan di kulit telinga sampai mendatangkan keinginan untuk menggaruk atau menyumpal.
Ya, telinga Jake sedikit sensitif jika sudah berkaitan dengan sang bunda.
Kepalanya menengok sang adik, memirsa pelik pada lelaki tersebut karena saat ini seluruh tubuhnya tertutupi selimut tanpa celah.
Jake mengerutkan dahi pelik, memangnya ada oksigen yang bisa masuk ke dalam pernapasan? Sudahlah ruangan ini tidak ada ventilasi, ditambah sekarang Sunghoon semakin memperburuknya dengan mendindingi tubuh.
Oh, pernapasan Sunghoon yang malang, mereka sekarang pasti sedang berlomba-lomba mencari oksigen.
Sembari menggulung lengan kemeja sebatas siku sekaligus melepas dua kancingnya, Jake bergerak ke sisi ranjang Sunghoon. Menempatkan roti pemberian Kai teman baik sang kakak di atas meja baik-baik sebelum menilik Sunghoon betul-betul.
"Hoon, makan ya? Lo seharian belum makan kan?" Jake bersoal ringan saat tidak mendapati sang adik ikut serta di sarapan dan makan siang.
"Kalau nggak mau makan nasi, ini gue bawain roti dari Kai. Itu loh temen sekamarnya Jay."
Beberapa saat menanti...Jake tidak kunjung memperoleh tanggapan dari sang adik. Alih-alih tanggapan tanda tanya, bahana yang mengemuka dari bibirnya pun tidak. Sunghoon melantas senyap seusai Jake bertutur.
"Bangun dulu isi perut. Kalau nggak mau gue aduin Jay, biar lo dipukul sampai bonyok." Ancam Jake berbarengan dengan tangan yang menyibak selimut sang adik.
"Bang─bjir!"
Kedua matanya serentak membelalak. Spontan ia jatuhkan selimut itu saat mendapati kondisi sang adik. Tubuh meringkuk, baju terlihat lembab, wajahnya pucat dengan bibir sedikit bergetar, Jake terheran-heran.
"Hoon, lo kenapa Hoon?" Tanya sang kakak sembari menyentuh lengan Sunghoon.
Menjumpai ada yang tak beres, Jake berinisiatif menyentuh badan serta dahi Sunghoon yang saat ini berkeringat. Langsung saja Jake memperoleh hasilnya...badan Sunghoon panas.
"Jesus Christ! Kenapa nggak bilang sih kalau lo demam?!"
Afeksi Jake secuil meruap, alhasil ia menampar pelan dahi Sunghoon. Kelanjutannya sang adik menggeliat di kegiatan tidurnya karena kelakuan rusuh si kakak.
Bergeser pada Jake, lelaki tersebut kini mengigit kukunya buncah, merenung harus beraksi bagaimana sebagai bentuk pertolongan pertama. Oh sial, Jake tidak ada keterampilan untuk merawat orang sakit.
Biasanya jika dalam kondisi seperti ini sang bunda yang akan jadi penyelamat namun, kondisi kali ini berlainan, tidak mungkin ia harus memanggil Jennifer ke sini. Itu akan memakan berlimpah durasi.
"Nyet, badan lo panas banget. Bisa bangun nggak? Gue bantu ke ruang kesehatan deh."
Bibir Sunghoon kukuh terkatup tanpa berniat membalas pertanyaan genting Jake. Badannya semakin meringkuk, berupaya melacak kehangatan karena selimut yang melekat pada tubuhnya tadi diambil paksa sang kakak.
Untung saja Jake tanggap, ia segera menutup kembali seluruh tubuh Sunghoon dengan selimut, setelah itu si kakak semakin belingsatan.
"Nyet bangun dong. Bangun."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] ASRAMA
Horor【 ft. 02l 】 Pemberontakan si kembar untuk menggagalkan ambisi sang bunda supaya tidak memindahkan mereka ke asrama yang berlokasi di tengah hutan harus sirna tergiring pusaran berawai. Alasan kesibukan bundanya sehingga tak bisa merawat m...