:: 31 : EPILOGUE ::

159 17 15
                                    

Kedua matanya terbuka lebar berantuk dengan bulir-bulir keringat bercucuran melimpahi pelipis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kedua matanya terbuka lebar berantuk dengan bulir-bulir keringat bercucuran melimpahi pelipis. Jantungnya tahu-tahu berdegup lantang menyusul dengan anggapan yang mulai berkelana buruk sampai-sampai menimbulkan perasaan cemas. Gemerlap yang memancar di ruangan bercat putih tersebut sedikit menyilaukan pengelihatannya yang semula terbelit kegelapan pun dengan bau-bauan obat yang terasa menyengat penciuman.

Masih dengan anggapan yang berusaha memproses keberlangsungan, ia berupaya bangkit dari tidurnya. Sesaat kembali dibuat heran perihal tubuh yang terdapat beberapa alat medis, bahkan saat memaksa bangkit dari posisi kepalanya terasa berdenyut dengan tubuh yang hampir ambruk kembali.

Ia merintih pelan. Memegangi kepalanya dengan tubuh yang berusaha berbaring nyaman sampai jemarinya merasakan ada perban yang menempel, rasa pejar di tubuhnya menyerang. Saat mencoba mengingat yang sekiranya tercecer bersepah, kepalanya kembali berdenyut sampai-sampai meninggalkan memori buruk yang membekas hebat.

Sebenernya, apa yang terjadi?






Kreek!






Tahu-tahu pintu ruangan serba antiseptik itu terbuka menyusul kehadiran dua orang yang masing-masing mengenakan gaun protektif bewarna hijau. Sedikit mengalihkan perhatian yang semulanya berpusat pada rasa sakit, pandangan mereka bertemu beberapa detik sebelum salah satunya berteriak histeris sekali lalu memperburuk denyutan di kepala.

"Ya Tuhanku, Jay sadar!"

"Hah? Yang bener lo?"

Seseorang di belakang tubuhnya turut bersuara tinggi selepas teriakan tersebut diekspresikan. Ia tergesa mendorong tubuh di depan sebelum menerobos masuk guna meyakinkan yang sekiranya sulit termakbul tanpa menghiraukan selingkung ruangan.

"Eh iya anjirr! Kok bisa?!" Kejutnya sebelum melangkah lebar mendekati ranjang guna mendaratkan cengkraman di kedua lengan lelaki yang baru saja terjaga dari tidur panjangnya.

Perkara ini tentu memicu respons berlebihan tubuh yang bahkan belum sepenuhnya pulih. Ia bahkan hampir bungkas dari ranjang hanya karena sebuah cengkraman agresif, belum lagi dengan rasa sakit di bagian kiri dadanya imbas dari gerakan berlebihan tubuhnya.

"Sialan, lo lama banget tidurnya njir,"

Jay meringis, denyutan di kepalanya kembali melanda bahkan lengannya turut terbelit rasa sakit karena ulah lelaki dengan hidung besar sebelah tersebut.

Rintihan Jay meluas memadati penjuru ruangan sampai-sampai menyadarkan satu lelaki yang masih termangu di tempat bak orang kehilangan akal. Lekas ia menghampiri guna mendorong kasar agar cengkraman tersebut kunjung terlepas sebelum berakibat fatal, ia tak ingin risiko ini berakhir semakin meluas.

"Hey! Enggak gitu cara nyapa orang baru sadar, tolol!" Tuturnya murka sebelum bergeser pandangan pada Jay sekali lalu menjamah lembut kedua pundak serta merta mencetuskan kebaikan budi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[✓] ASRAMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang