Ketiga tubuh itu langsung berlabuh setelah tiba di kamar yang di sudut ruangannya terdapat lukisan Hubert van Eyck berjudul Adoration of the Lamb.
Jake sedikit terkejut dibuatnya, ia pernah melihat lukisan tersebut di gereja Santo Bavon, Ghent. Lalu tiba-tiba saja dirinya melihat lukisan tersebut di sini? Tunggu, apa lukisan ini versi tiruan? Tapi kenapa harus diletakkan di sini? Kenapa tidak di ruang utama saja untuk memberikan kesan elok?
Ah sudahlah, Jake memilih acuh, ia memutuskan merilekskan tubuh dan melepas penat. Walaupun hanya ada dua ranjang di kamar ini tapi, tidak menjadi masalah karena mereka bisa berbagi. Yang terpenting mata bisa terpejam guna menjemput mimpi kendatipun ranjangnya jauh dari kata nyaman.
"Nggak mau, gue nggak mau makan malam. Ngantuk." Rengek Jay seraya kembali merebahkan tubuhnya ke atas ranjang.
"Tapi gue juga laper." Keluh Jake mengusap pelan perutnya.
Jujur saja Jake memang mengantuk namun, rasa itu bisa dikalahkan dengan rasa lapar. Jake benar-benar tidak bisa tidur dengan kondisi perut keroncongan, minimal maksimal harus ada beberapa suap makanan yang masuk guna memperlancar proses beristirahat.
"Ya udah sih, kita turun buat makan terus tidur lagi. Gampang kan?" Sahut Sunghoon sembari memirsa dinding bercat putih yang ada bercak merah samar.
Tunggu─apa?
"Ayo Jay turun, makan dulu."
Jay kembali merengek ketika bantal yang bersemayam apik ditarik paksa oleh Jake. Lantas saja ia menatap kesal sang adik.
"Nggak mau."
"Nggak usah kayak anak kecil, gue pukul lo."
"Nantang? Ya udah ayo."
Jake langsung tersentak kecil. "Bercanda doang kok. Udah ayo turun, jangan buat yang lain nunggu."
Baru saja Jay ingin bersuara kembali, tiba-tiba pintu kamar tersebut terbuka disusul dengan kemunculan wanita yang sama seperti tadi tapi dengan pakaian berbeda.
Ia tersenyum lebar, menatap mereka satu persatu sebelum akhirnya bersuara lirih.
"Maaf menganggu waktu kalian istirahat tapi, saya lupa mau bilang kalau setiap kamar maksimal diisi dua orang. Nggak boleh lebih dari itu."
Oh pantas saja ranjang di sini hanya ada dua, ternyata begitu peraturannya. Jadi, apa setelah ini salah satu dari mereka akan dipindahkan ke kamar lain? Atau lebih buruknya lagi mereka akan disuruh berunding?
"Di antara kalian bertiga siapa yang mau pindah kamar? Satu orang aja."
Sial, sesuai dugaan sekali. Isi kepala mereka satu persatu spontan berlabuh ke masa lampau.
"Kalian mau ikut ayah atau bunda?"
Sial, sial, seribu sial. Lagi-lagi mereka harus memilih, sungguh mereka sangat membenci yang satu ini selepas peristiwa susah hati itu terjadi.
"Saya aja." Tidak ingin semakin pusing, akhirnya Jay menyerahkan diri. "Biar mereka sekamar, saya yang ke kamar lain."
Kepalanya langsung berdenyut sesaat setelah kembali meninjau sesuatu yang sudah seharusnya ditimbun. Jay merenggut.
"Waduh bray, lo serius?" Tanya Sunghoon terkejut.
"Serius."
"Bertiga aja gapapa anjir." Bisik Jake pelan di sebelahnya membuat Jay mendelik.
"Nggak boleh katanya. Lagian badan gue sakit tidur di ranjang sempit kek gitu, apalagi dibagi sama lo."
Diam-diam Jake dan Sunghoon menatap Jay sulit. Memang si sulung ini hanya akan pindah kamar dan nantinya mereka masih bisa bertemu tapi, kenapa kedua adiknya tersebut tidak rela?
Mengejut, tahu-tahu wanita itu terkekeh kecil. Sunghoon langsung meremang dibuatnya karena demi Tuhan tidak ada yang lucu di sini!
"Ya sudah Jay, kamu bisa pindah besok." Katanya membuat Jay mengangguk mengiakan.
"Oh iya satu lagi, di kamar itu kamu punya temen loh." Lagi-lagi Jay mengangguk.
Suka-suka dia saja lah, Jay tidak masalah. Yang terpenting teman sekamarnya tidak menganggu waktu tidurnya saja, Jay tentram.
"Namanya Hueningkai."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] ASRAMA
Terror【 ft. 02l 】 Pemberontakan si kembar untuk menggagalkan ambisi sang bunda supaya tidak memindahkan mereka ke asrama yang berlokasi di tengah hutan harus sirna tergiring pusaran berawai. Alasan kesibukan bundanya sehingga tak bisa merawat m...