"Jadi gue harus nembak Ricky?"
Dua orang didepan Jiwa kompak mengangguk.
"Lagian nunggu apa lagi sih mas?" Tanya Shavin, "menurut gue udah jelas kalian saling suka. Iya kan, Ka?" Shavin menyenggol lengan Marka disampingnya.
Marka yang tadinya cuma menyimak langsung mengangguk.
Jadi berhubung cafe sedang sepi, Jiwa meminta pendapat dari Marka dan Shavin tentang hubungannya dan Ricky.
Sebenarnya Jiwa sudah yakin dengan perasaannya sendiri, tapi dia gak yakin dengan Ricky. Dia takut kalau dia nembak Ricky, malah terkesan buru-buru dan membuat Ricky gak nyaman.
Kling
"Permisi"
Ketiga orang dimeja kasir menoleh, mendapati seseorang berjalan kearah mereka.
"Oh, Esa. Hai" sapa Jiwa duluan.
"Mau pesen apa kak?" Tanya Marka.
"Oh ngga kok. Gue cuma mau balikin barangnya kak Jiwa."
Esa berjalan kearah Jiwa lalu memberikan paper bag yang dia pegang.
"Jaket lo kemaren ketinggalan kak."
"Oh iya ya? Wah makasih Sa"
Jiwa mengambil paper bag yang dari Esa dan mengecek isinya. Dan memang benar, itu jaket yang Jiwa cari cari kemarin.
Kling
"Hello bitches Cello he-eh? Kak Esa? Ngapain disini?"
Cello yang baru datang langsung menghampiri Esa.
"Balikin jaketnya kak Jiwa nih."
Orang yang disebut-Jiwa, hanya diam. Fokusnya berpusat pada dua orang yang datang bersama Cello. Ah, lebih tepatnya satu orang. Si pirang yang sejak kemarin mengabaikan Jiwa.
"Kalian duluan deh. Gue mau ambil barang gue ketinggalan."
Ricky berbalik dan keluar dari cafe. Mengabaikan teriakan Gio yang memanggilnya.
"Vin, Ka, gue keluar sebentar ya."
Tanpa menunggu jawaban, Jiwa sudah berlari keluar mengejar Ricky.
"Mereka tuh kenapa sih" bingung Marka.
Shavin ketawa lalu menepuk bahu Marka, "Mereka tuh terlalu sibuk jatuh cinta, jadinya bego."
_________
Sementara dua orang yang dibahas, malah cuma saling diam.
Setelah Jiwa tadi berhasil menyusul Ricky, dia mengajak yang lebih muda ke indoapril disebelah cafe. Jadilah mereka berdua duduk didepan indoapril sambil makan eskrim yang tadi dibeli Jiwa.
Sebenarnya Ricky juga gatau kenapa dia kabur dari Jiwa. Tapi karena sudah terlanjur, dia memilih tetap diam.
"Lo marah sama gue?" Tanya Jiwa setelah mereka diam cukup lama.
Ricky menggeleng.
"Kok chat gue gak dibales? Telpon gue juga gak diangkat."
Untuk yang satu ini, Ricky harus mengakui dia memang sengaja mengabaikan Jiwa.
"Lo gak suka gue deket deket sama Esa? Cemburu?" Tanya Jiwa to the point.
Tepat sasaran. Tapi--
"Tapi apa hak gue cemburu mas? Gue bukan siapa siapa lo" ucap Ricky, "Iya gue cemburu, gue tau ini childish banget. Tapi gue gak suka, gue takut kalo ternyata lo masih suka sama mantan lo" jujurnya.
Dan yang dia dapat ada ekspresi kaget Jiwa. Dia tau Ricky memang tipe orang yang terus terang. Tapi Jiwa sama sekali nggak menyangka kalau Ricky akan jujur bilang cemburu.
Ricky sendiri nggak menyesal. Dia lebih baik mengungkapkan yang dia rasakan daripada dipendam sendiri.
"Oke bentar Rick, gue kaget" Jiwa memegang dadanya, "Gue deg degan"
"Apasih lebay ah!! Gue serius" Jawab Ricky.
"Ya gue juga loh"
Jiwa membawa tangan Ricky menyentuh dadanya, dan memang benar. Jantung yang lebih tua berdebar sangat kencang.
"Lo tuh punya hak buat cemburu, Ricky. Karena gue suka sama elo, dan lo spe--
"Oke, stop mas" Ricky menghentikan Jiwa.
"Kenapa?" Bingung Jiwa.
"Gue gamau jadian didepan indoapril ya, bisa diledekin seumur hidup gue sama Gio."
Jiwa ketawa, lalu menggenggam tangan Ricky.
"Yaudah nanti gue tembak ulang, mau kapan? Sabtu nanti? Gue nemu tempat baru. Mau?"
"Yaudah oke"
"Oke, yaudah gue balik kerja dulu ya."
Jiwa berdiri. Dan sebelum pergi cowok itu sempat sempatnya mengusak rambut Ricky dan bilang,
"Bye, cat"
CAT KATANYA?!! CAT?!! Berantakan sudah rambut dan hati Ricky.
_________
"Jadi gue harus gimana?"
"GIMANA APANYA ANJING?! YA KALO LO DITEMBAK NANTI TERIMA LAH!!" Balas Hanif ngegas dari seberang telepon.
Sebenarnya Ricky tadi telpon Jero untuk minta pendapat, tapi dia lupa. Jero dan Hanif satu paket:) otomatis pasti ada Hanif karena Jero ngapel kerumah Hanif. Tapi gapapa, Hanif masih lebih baik daripada Gio dalam hal memberi nasehat.
"Kalo lo beneran suka ya terima aja sih, repot banget." Sahut Jero.
"Lagian lo tuh ragu kenapa? Udah jelas jelas saling suka."
Ricky diam. Dia sendiri bingung, apa yang membuat dia sebingung ini. Padahal perasaannya berbalas, harusnya dia senang.
"Mantannya mas Jiwa cakep. Terus yang deket sama dia, Marka juga cakep, Bin." Akhirnya dia asal mengucapkan apa yang ada dipikirannya.
"Lo juga cakep, makanya gue dulu sempet naksir elo kan" balas Jero enteng.
Sementara itu Hanif berdecak, "Lo insecure karena keinget lo dulu belum glow up?"
"Yah, itu gabisa dilupain gitu aja kan?"
Hanif mengangguk setuju karena dia sendiri saksi bagaimana keadaan Ricky dulu.
"Tapi sekarang udah beda, kan?" Tanya Ricky kemudian.
__________
"Dok tolong anak saya dok!!"
"Ricky, jangan tidur ya. Mami disini, ayo bangun"
Ricky cuma bisa diam memandangi langit langit lorong rumah sakit sambil merasakan bahwa dirinya digendong papinya yang berlari. Badannya terlalu lemah, bahkan bersuara saja dia gak mampu.
Ricky bangun. Badannya basah karena keringat dingin. Dilihatnya sekeliling, dan dia masih dikamarnya.
"Mimpi apaan barusan, gila" gumamnya.
Ada yang sebentar lagi jadian. Btw siap siap ombaknya udah mulai hehe.
2023.05.30
![](https://img.wattpad.com/cover/341408524-288-k842359.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, My First.
Fanfiction[ Kim Jiwoong x Ricky Shen ] "They're too busy fallin' in love" Cuma sedikit cerita tentang Jiwa dan Ricky. TW‼️ bxb & lgbt+ content, harsh words, lokal, ooc Start : 15-05-2023 End : -