heartbreak

445 59 9
                                    

siap siap deh ya.



mine🐱
| Mas kita putus aja ya
| Maaf
| Dan tolong jangan cari gue
| Maaf sekali lagi

Jiwa langsung terduduk ditempat tidurnya. Dia yang tadinya asik rebahan sambil membaca buku jelas kaget melihat pesan dari pacarnya itu. Jiwa buru buru menelpon Ricky, tapi gak tersambung. Bahkan chat yang jiwa kirim hanya ceklis satu.

"Gue di blok?" Pikirnya.

Gak habis pikir, Jiwa mencoba menghubungi beberapa teman Ricky yang dia kenal. Tapi mereka semua memberi jawaban serupa, yaitu gak tau. Nggak putus asa, Jiwa mencoba menghubungi Ricky melalui sosial medianya. Tapi hasilnya sama, dia diblokir.

Pikirannya Jiwa melayang, dia mengingat ingat apakah dia membuat kesalahaan yang nggak dia sadari. Tapi Jiwa sama sekali nggak mendapat jawaban, yang dia ingat terakhir kali dia bertemu Ricky adalah kemarin saat mereka makan dengan Handi.

"Ya Tuhan ini kenapa lagi" keluh Jiwa.

________

"Lo udah beneran yakin mau putus?" Tanya Gio.

Ricky mengangguk, "Gue gak bisa hidup sama bayang bayang masa lalu gue. Dan mas Jiwa, dia cuma bikin gue inget sama masa lalu gue." Jawabnya sebelum menghisap rokok ditangannya.

"Lo udah habis berapa batang itu Rick, udah."

Gio memang suka mengejek Ricky, tapi dia juga gak tega melihat keadaan temannya itu sekarang.

"Tapi lo tau itu bukan salah Jiwa, Rick" Jero yang daritadi diam, akhirnya buka suara.

Tau. Ricky tau dengan jelas tentang itu. Tapi dia takut. Dia takut kalau tetap bersama Jiwa, bayang-bayang masa lalunya akan datang lagi. Masa masa SMP yang ingin Ricky lupakan. Jadi Ricky memutuskan untuk egois sekarang.

"Jangan sampai lo ngambil keputusan yang bakal lo sesali nantinya" nasihat Hanif.

Gak menjawab, Ricky hanya menghela napas panjang.

________

Sudah sekitar satu minggu sejak statement putus sepihak dari Ricky. Jiwa masih berusaha menemui Ricky, bahkan dia mencari Ricky dikampus. Tapi kata Cello, Ricky mengambil jatah bolosnya. Jadi Jiwa sama sekali gak bisa ketemu Ricky. Cello juga setiap ditanya pasti menjawab 'gatau' atau 'tanya aja langsung ke Ricky, mas'. Padahal Jiwa tau kalau Cello tau alasan Ricky begini. Tapi Jiwa juga gak bisa marah ke Cello, karena dia cuma mencoba menjaga kepercayaan Ricky.

"Mas, lo sakit ya? Agak pucet gitu?"

"Hah?" Jiwa menoleh ke Marka, lalu menggeleng.

"Cuma kurang makan aja kayanya" tambah Jiwa.

Memang. Selama satu minggu ini jadwal Jliwa berantakan. Bahkan kadang dia lupa makan. Katakanlah jiwa lebay atau apapun. Tapi bagi Jiwa, selama dia belum tau alasan Ricky memutuskannya. Dia gak bisa tenang.

Tapi untungnya walau sedang kacau, Jiwa tetap profesional bekerja. Dia masih bekerja dengan benar dan bertanggung jawab.

_________

Motor Jiwa menyusuri jalanan rumahnya. Jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam, gang-gang dilingkungan rumah Jiwa sudah sepi. Hanya ada beberapa orang yang masih nongkrong-nongkrong di warkop atau depan rumah masing masing. Dan biasanya Jiwa bakalan ngebut disituasi begini. Tapi hari ini dia memilih memelankan motornya.

Selain karena pikirannya masih penuh dengan Ricky, Jiwa juga merasa agak pusing. Dia takut kalau ngebut malah membuat dirinya cel--

Ckiitt braaakk!!

--celaka.

"WOYY ADA YANG JATOH ADA YANG JATOH!!"

Jiwa melihat ke sekeliling, beberapa orang mulai menghampiri dan menolongnya. Dia dan motornya dipindahkan ke pinggir jalan.

"Mas, gapapa mas?" Tanya salah satu orang yang menolongnya.

Jiwa hanya diam dan menggeleng.

"Wah masih kaget ini kayanya" sahut orang lain.

"Bawa ke rumah sakit bawa kerumah sakit"

Jiwa masih diam saja saat orang orang memindahkan dia ke mobil dan membawanya ke rumah sakit. Dia sendiri gak merasa sakit sedikitpun, kenapa harus ke rumah sakit? Pikirnya. Tapi dia tetap menurut saja.

_______

"12 jahitan"

"Tapi gak kerasa sakit Bun" bela Jiwa.

"Tetep aja dijahit mas, berarti lukanya parah" ketus bundanya.

Jiwa menunduk. Gak berani menatap bundanya. Sementara bunda Jiwa masih berkacak pinggang didepan sang anak.

"Kamu tuh gimana bawa motornya sih, mas? Kok bisa jatoh?" Tegur sang bunda dengan suara pelan, takut mengganggu pasien lain diruangan itu.

"Iya maaf" jawab Jiwa singkat.

Menghela napas, bunda Jiwa duduk disamping sang anak.

"Mas, bunda sama Yuan sekarang cuma punya kamu. Kalo kamu kenapa napa, bunda gimana?" Ucap sang bunda.

Bukan nada marah yang kali ini keluar, tapi sedih.

"Maaf bunda"

Bunda mengangguk, lalu membawa anak sulungnya itu ke pelukannya. Cukup lama mereka berpelukan, sampai sang bunda merasakan bahunya basah. Jiwa menangis. Untuk pertama kalinya setelah sepuluh tahun, bunda melihat Jiwa menangis.

Gak banyak bicara, bunda hanya menepuk nepuk punggung Jiwa. Membiarkan anaknya yang selalu terlihat kuat, menjadi rapuh malam ini.

________

"Mas Jiwa kecelakaan" ucap Cello.

"Tiba tiba banget" sahut Gio.

"Ya mana ada kecelakaan direncanain dongo." balas Jero kesal.

"Kecelakaan gimana?" Tanya Hanif ke Cello, mengabaikan Jero dan Gio.

Cello menunjukkan hp-nya yang menampilkan room chat para pegawai cafe. Disitu terlihat Jiwa yang minta ijin gak masuk beberapa hari.

"Katanya sih kepleset pasir dijalan, sampe dapet 12 jahitan" jelas Cello.

"Ngebut itu?" Tanya Jero.

"Kata mas Jiwa sih ngga, dia bawa motornya santai. Cuma emang katanya dia lagi mikirin ric--

Cello nggak menyelesaikan kalimatnya. Dia melirik ke sosok yang sejak tadi cuma diam menyimak.

Dan gak cuma Cello, tiga orang lainnya juga kompak memandang orang itu. Ingin melihat reaksinya. Sampai Hanif menyenggol lengan orang itu dan bertanya,

"Lo gak mau tau kondisi mas Jiwa gitu?"

"Nggak" jawab Ricky.

Bohong. Ricky benar benar khawatir dan ingin tau keadaan Jiwa. Tapi dia gak boleh. Dia sudah memutuskan hubungan dengan Jiwa. Dia harus melupakan Jiwa. Dan masa lalunya.



Well, well. See yaaa

2023.06.13

Hi, My First.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang