syukur deh

495 79 1
                                    

Sebelum mulai,

HAPPY BIRTHDAY SEOK MATTHEW KESAYANGAN AKUUU:V






Selesai nonton, Jiwa dan Ricky nggak langsung pulang. Mereka mampir makan dulu.

"Maaf ya tadi gue main bilang lo pacar gue gitu aja, refleks soalnya" ucap Jiwa.

"Eh gapapa, gue maklum kok mas hehe" jawab Ricky, "Gue malah harusnya ngomong makasih karena udah lo belain kaya gitu tadi."

Jiwa jadi ingat mas mas tadi, lalu dia mendengus.

"Orang kaya gitu kok ya masih ada aja" ucapnya.

"Udahlah mas"

"Jangan udahlah udahlah aja, merasa tinggi nanti orang kaya gitu."

Ricky mengelus punggung tangan Jiwa, "sabar sabar"

"Tapi jangan asal ngomong gitu lagi lah mas. Nanti kalo pacar lo cemburu kan bahaya" tambah Ricky. Ngetes aja sebenernya.

"Gue jomblo Rick"

Wahh!! Berarti si Marka Marka itu bukan pacarnya Jiwa?

"Syukur deh" ucapnya tanpa sadar.

"Eh gimana?" Bingung Jiwa.

Ingatkan Ricky untuk belajar menjaga mulutnya, karena sekarang dia malu setengah mati karena ulah mulutnya sendiri. Kedua telinga Ricky memerah. Tanda dia malu.

"Ah anu itu mas" Ricky salah tingkah.

"Lo seneng kalau gue jomblo?" Jiwa malah menambahi, "Syukur deh" ucapnya kemudian.

"Hah gimana?"

Gantian Ricky yang bingung.

"Berarti ini lampu hijau kan kalau gue boleh deketin lo?" Tanya Jiwa.

Nyawa Ricky mau keluar dari badan rasanya. Ini dia mimpi gak sih?

"Ini gue mimpi ya?"

Jiwa tertawa lalu mencubit pipi Ricky, membuat si empunya mengaduh.

"Nah menurut lo ini mimpi atau bukan?"

Ricky menggeleng.

"Jadi lo suka sama gue kak?"

Jiwa mengangguk.

Ricky speechless.

__________

Hari hari selanjutnya berjalan kaya biasa. Gak ada yang spesial. Jiwa dan Ricky juga gak langsung jadian setelah pengakuan mendadak waktu itu. Mereka sama sama memutuskan untuk mengenal satu sama lain lebih dulu.

Walaupun gitu, bukan berarti mereka jadi intens ketemu dan jalan setia hari. Semuanya normal. Mereka ketemu mungkin seminggu dua atau tiga kali, kadang jalan bareng, kadang juga cuma Ricky mampir ke cafe sebentar.

Kaya sekarang ini.

Kling

Ricky masuk ke cafe dengan gengnya.

"Baru selesai kelas kalian?" Tanya Shavin.

Iya, saking seringnya Ricky mampir ke cafe. Geng dia dan para pegawai cafe ini malah jadi akrab.

"Gue yang abis kelas kak, mereka mah udah daritadi" jawab Jero.

Sementara teman temannya ngobrol, Ricky malah celingak celinguk mencari Jiwa. Jiwa bilang hari ini dia shift pagi, jadi harusnya cowok itu masih disini karena shift-nya baru selesai setengah jam lagi.

"Nyari mas jiwa ya?"

Ricky kaget, tiba tiba Awan ada disampingnya.

"Iya, mas Jiwa-nya kemana ya? Apa di belakang?" Tanya Ricky.

"Oh nggak. Dia tadi pamit pulang duluan." Jawab Awan.

"Pulang duluan?"

Awan mengangguk, "Iya tadi pamit katanya ada urusan, mau ketemu kak Esa."

"Esa?"

Awan kembali mengangguk, "Iya, kak Esa. Mantannya mas Jiwa."

"Mantan?"

"Iya. Oh lo gak tau ya?" Awan baru sadar, "Aduh maaf. Lo kalo mau tau tanya Cello aja deh ya, dia temennya Cello hehe bye"

Awan langsung pamit ke belakang.

"Kenapa tuh si Awan?" Bingung Cello yang baru dari belakang, ganti baju.

Bukan mendapat jawaban, Cello justru mendapatkan tatapan maut dari Ricky.

"Waduh gue bikin salah apa nih?" Bingung Cello.

__________

Jiwa mencoba menghubungi Ricky untuk yang kesekian kalinya, tapi masih gak bisa. Teleponnya gak diangkat, dan chat nya gak dibalas. Padahal selama dua bulan ini yang Jiwa tau Ricky bukan tipe yang slow respon.

Takk

"Heh fokus dulu kalo goreng goreng tuh!!" Tegur bunda Jiwa sambil memukul tangan kanan sang anak yang memegang sutil.

"Ampun iya bunda"

Jiwa kembali fokus ke wajan berisi kulit ayam di dihadapannya.

Tapi dia masih kepikiran Ricky.

Awalnya Jiwa mau berpositive thinking mungkin Ricky sibuk nugas atau hal lain. Tapi setelah Awan chat dia, minta maaf--yang awalnya Jiwa gak tau kenapa tiba tiba bocah itu minta maaf sampai Cello juga nge-chat dan bilang Ricky nanya-nanya tentang Esa. Usut punya usut, ternyata Awan keceplosan didepan Ricky.

Nggak. Jiwa gak nyalahin Awan kok. Salah dia sendiri sih nggak bilang apa apa juga ke Ricky.

Plakk

"Awas gosong loh itu mas" tegur bundanya lagi.

Buru-buru Jiwa mematikan kompor dan mengangkat kulit ayamnya.

"Mikirin apa sih? Kayanya banyak pikiran kamu."

"Nggak kok bun, bukan apa apa."

"Ga pinter bohong kamu tuh, ada apa? Mau cerita?"

Jiwa menggaruk tengkuknya, "Nih misal ya, aku lagi deket sama orang. Nah terus aku tiba tiba dimintain tolong sama Esa--

"Esa mantan kamu?" Tanya Bunda Jiwa.

Jiwa mengangguk, "iya. Nah terus orang yang deket sama aku tau aku nolongin mantan aku--

"Dia tau Esa mantan kamu?"

"Bunda denger dulu dong."

"Haha maaf maaf, yaudah lanjut"

"Iya dia gak sengaja tau Esa mantanku, sebelum aku ngasih tau. Terus habis itu orang yang aku suka ini gabisa dihubungi, menurut bunda kenapa?"

"Ohh. Cemburu itu mah" balas bunda Jiwa santai.

"Cemburu?"

Bunda Jiwa mengangguk.

"Yakin bunda?"

"Iya mas yakin"

Ricky cemburu? Jiwa boleh geer gak sih ini? Kalau benar Ricky cemburu, berarti Ricky benar benar suka ke dia kan?

"Dek, ijin masnya dulu"

Suara sang bunda membuyarkan pikiran Jiwa, dilihatnya Yuan mengambil kulit ayam yang tadi digoreng Jiwa. Sementara si tersangka cuma tersenyum lalu kabur membawa sepiring kulit ayam.

"Dek balikin!!" Jiwa berlari mengejar adiknya.

"AKKK BUNDA TOLONG MASNYA CIUM CIUM ADEK!!"




Kulit ayam>>>>

2023.05.27

Hi, My First.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang