04

573 36 4
                                    

Beberapa minggu setelah Ajun pindah, Heza merasakan kehidupan yang berbeda. Yang biasanya ia bangun, makan, dan tidur. Kini lebih beragam. Ajun selalu membangunkannya untuk sarapan di pantry asrama, mengingatkannya untuk mengerjakan tugas, atau bahkan sekedar mengobrol saja.

Heza seperti memiliki kehidupan yang teratur. Ia sebelumnya memang seorang perokok aktif, yang bahkan sehari bisa menghabiskan setengah bungkus rokok. Semenjak Ajun datang, ia mencoba untuk mengurangi kebiasaan buruknya tersebut. Sebab, Ajun sendiri mengatakan secara terang-terangan bahwa ia tidak suka dengan asap rokok. "Aku ga suka sama asap rokok, bikin sesek. Tapi kalo kamu mau ngerokok, di balkon aja. Aku bisa di pantry sampe kamu selesai." ujar Ajun sebelumnya.

Heza juga sempat berdiskusi dengan grupnya, ia juga menanyakan beberapa hal yang disukai dan yang tidak disukai oleh Ajun kepada Leo. Tetapi Leo tidak mau memberitahu secara mudah begitu saja. Ia membiarkan Heza yang mengetahui hal itu dengan sendirinya. Kalau kata Leo, "Minimal effort lah, bro."

Saat ini, kedua roommate tersebut sedang mengelilingi kota, untuk sekedar menikmati makanan yang sudah mereka beli di pedagang kaki lima. "Ini mau berhenti di mana?" tanya Ajun. "Gatau, aku juga bingung." jawab Heza, ia juga tidak tahu tempat yang disukai oleh Ajun yang seperti apa dan bagaimana. Jika diajak ke tempat biasa ia kunjungi, terlalu banyak asap rokok.

Ajun yang sudah tak bisa menahan rasa laparnya membuka satu kotak lukumades coklat dan krim keju. "Za, aku makan duluan gapapa ya? Aku udah laper banget." Heza mengangguk. Ajun makan dengan lahapnya, sesekali berkomentar di setiap gigitannya, juga sesekali menyuapi Heza yang tetap menanggapi semua komentarnya pada donat khas Yunani tersebut.

Hingga setelah keputusan bersama, mereka memilih untuk kembali ke asrama saja dengan semua makanan yang sudah mereka beli. "Za, tolong dong, baksonya dibuka dituangin ke mangkok. Terus kalo ada yang mau dimakan sekarang bukain aja semua, dan sama yang ga pengen kamu makan sekarang bisa disimpen di kulkas aja!" Teriak Ajun dari kamar mandi untuk membersihkan kakinya, serta membasuh mukanya agar segar.

Heza tanpa sahutan langsung melakukan apa yang dititahkan oleh Ajun. Dimulai dari bakso, es cendol, martabak manis, pecel, dan beberapa cemilan yang ia beli di Indoalfa.

Ajun datang setelah mengganti pakaiannya dengan piyama yang baru ia beli dengan Heza saat pertama kali pindah kemari. "Udah yang pengen dimakan aja 'kan, yang dikeluarin?" Kenapa hanya yang Heza inginkan? Karena sebagian makanan yang diinginkan oleh Ajun sudah habis di jalan. "Udah kok, Jun. Kamu mau makan sekarang?"

"Iya, kamu gimana?" tanya Ajun kembali, "Aku mau cuci muka dulu sama ganti baju. Kamu kalo mau makan duluan, makan aja." Ajun kembali berpikir, "Yaudah deh, aku nungguin kamu aja."

Setelahnya, Heza langsung menuju kamar mandi. Dan tak lama kemudian, Heza kembali dengan setelan yang sama dengan Ajun. Tidak ada alasan lain, hanya ingin menghargai pemberian dari Ajun.

Yang memberi pun tersipu, entah perasaan apa yang muncul.

"Jun, aku mau makan baksonya, kamu mau makan yang mana?" Heza sudah duduk manis di hadapannya, dengan mangkok yang sudah tersedia. "Samain deh. Lagi males makan nasi." Heza dengan segala kepekaannya pun menuangkan bakso ke mangkok milik Ajun.

Lagi-lagi Ajun tersipu. Menahan senyum manisnya yang ingin terbit.

Makan malam tidak ada obrolan, hening, mereka menikmati makanan yang ada di depan mereka.

****

Hari ini jadwal mereka untuk ke kampus bersamaan. Ajun yang jadwal tidurnya memang teratur, bangunnya lebih awal dari pada Heza.

Waktu sudah menunjukan pukul sepuluh, namun Heza masih juga belum bangun. Ajun lelah untuk sekedar membangunkannya. Akhirnya, dengan terpaksa, Ajun akan membangunkannya dengan cara .... menyiramnya. Meski akan berantakan, ini menjadi salah satu jalan yang terakhir.

Ajun sudah menyiapkan satu gayung air, ia merapalkan doa agar tidak memunculkan rasa bersalah setelah ini. Byur! Air sudah disiramkan kepada si korban. Akhirnya Heza bangun dengan mata yang setengah melek. "Aduh, Jun, bisa ga sih kalo bangunin pake cara yang halus dikit.." Heza menatap Ajun dengan mata sayunya menahan kantuk. Wajar saja, karena setelahnya mereka makan malam kemaren, Heza tidak langsung tidur, melainkan mengerjakan thesis yang akan dikumpulkan hari ini.

"Ya maaf, kamu tuh udah aku bangunin dari tadi, udah pake cara yang paling halus lagi. Tapi kamu minta nambah waktu lima menit terus!" Ajun mendumal, melihat Ajun yang sedang mendumal, Heza gemas. Dan kegemasan itu berlanjut hingga Ajun menyentuh ujung hidungnya dengan bibirnya, istilahnya manyun.

Heza tak kuasa menahan rasa gemas tersebut, kemudiam mengigit pipi Ajun yang duduk di sebelah kakinya. "Heza! Kamu tuh bener-bener ya!udahlah, aku tinggal aja!" Nahkan ... Heza sudah menebak bahwa hal ini akan terjadi, Ajun yang merajuk dengannya adalah suatu kepuasan tersendiri, dan lucu.


.
.
.
.

HALOOOO NUNGGUIN YH, MFFFF BGT SIE

GIMANAAA. CHAPTER INI?!!! Kasih komentar yahhhh

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 06, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

we're just roommates!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang