вαɢιαɴ 5|| 2006 ĸeмвαlι тαɴpα ɴyαwα

32 5 0
                                    

Jangan lupa tekan tombol bintang di bawah sebelum membaca
........

Setahun setelah menghilangnya tujuh orang dengan dna psikopat, semua orang dihebohkan dengan kemunculan para mayat yang berada di tempat hilangnya tujuh orang tersebut. Yang lebih mengejutkan adalah mayat-mayat tersebut merupakan para psikopat yang telah hilang satu tahun lalu.

"Jadi apakah ada delapan psikopat? Lalu satu psikopat ini membunuh mereka bertujuh?"

"Jika memang ada delapan, siapa korban yang dibunuhnya? Semua korban telah ditemukan para pembunuhnya"

"Apa tujuannya membunuh para psikopat?"

Berbagai pertanyaan muncul pada para Detektif dan Jaksa yang saat ini tengah berkumpul mendiskusikan permasalahan ini.

"Mungkinkah tujuh orang itu bukan psikopat?--" cicit salah seorang Detektif membuat perhatian tertuju padanya.

"TAK MUNGKIN! Kalian lihat sendiri hasilnya bukan? Hasilnya mengatakan bahwa mereka psikopat. Hasil itu akurat. Kita berhasil menangkap satu pembunuh berantai karena tes itu sebelum menangkap enam lainnya," sanggah Dayat tak menerima perkataan juniornya.

Para Jaksa dan Detektif berdehem pelan, berusaha membuat suasana agar tak menjadi pertengkaran pendapat.

"Apapun itu kita harus bersyukur karena para psikopat telah mati," ucap salah seorang Jaksa berusaha menengahi.

Roni yang sejak tadi diam saat mereka membicarakan para psikopat membuat beberapa perhatian tertuju padanya.

"Roni_" tegur salah seorang Jaksa membuat Roni tersentak.

"Ah ya?"

"Kau baik-baik saja?"

"Iya," jawab kaku Roni.

Mereka mengangguk lalu kembali menyesap kopi ataupun memakan makanan di atas meja.

Melihat mereka terlihat bersenang-senang, sedangkan dirinya tak nyaman membuat Roni memberanikan diri untuk berdiri.

"Aku ada urusan penting. Aku pamit pulang duluan," ijinnya langsung berlari keluar tanpa mendengar jawaban mereka.

Roni menaiki motornya dan mengendarainya dengan kecepatan lumayan tinggi untuk sampai ke suatu tempat dengan tepat waktu.

Begitu sampai di tempat yang menjadi tujuannya, Roni turun dari motor. Pria itu mencari sosok yang kemungkinan besar akan ia temukan di samping gundukan tanah basah yang baru saja digali hari ini.

"Kak Raka?" tegur Roni begitu menemukan sosok yang dicarinya tengah menunduk, memandang dalam gundukan di hadapannya dengan rasa bersalah.

Mendapat teguran dari juniornya membuat Raka buru-buru mengusap air matanya sebelum memberikan senyum palsu di hadapan pemuda itu.

Mendekat ke arah Raka, Roni memberikan tepukan pelan di pundak sosok yang sudah dianggapnya sebagai Kakak sendiri.

"Jangan menangis, Kak Jena tak akan menyukainya," kata Roni mendapatkan gelengan pelan dari Raka.

"Dia sudah membenciku"

"Membencipun dia tak mau melihatmu menangis Kak. Jangan menangis dimakamnya. Biarkan dia istirahat dengan tenang dan membawa pergi segala rasa kecewa bersamanya"

Raka mengangguk, pria itu tak mampu melakukan apapun. Dirinya sangat brengsek dan pengecut sebagai seorang Ayah ataupun Suami.

Raka hanya diam saat anaknya yang menangis kencang langsung diberikan suntikan mati, bahkan disaat Istrinya digeret paksa untuk masuk mobil lalu kembali dalam keadaan sudah tak bernyawa tapi tetap mendapat cacian pun dirinya hanya diam tanpa melakukan apapun.

|EGO| know yourself [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang