Chapter 23

1.8K 98 0
                                    

"Loh, Widya gak ada di sini?" tanya Valerie ketika melihat di meja makan, Widya tak ada.

"Eh, bukannya dia sama kalian tadi?" Adnan malah bertanya balik.

"Enggak, gak ada, kami tadi nyariin dan ternyata dia gak ada, kirain duluan." Rachita menjawab suaminya. Mendengarnya, semua menatap khawatir.

Lalu tak lama, Jek dan Jo datang.

"Jek, Jo, lo berdua ada liat Widya?" tanya Farhaz khawatir.

"Eh, kami gak liat Wiwid." Keduanya menggeleng tak tahu.

"Kita cari dia kalau gitu." Adnan berdiri. "Farhaz, kita cari dia berdua, yang lain di sini aja nunggu."

Farhaz mengangguk setuju dan mulai, ia dan Adnan mencari Widya, pertama menuju toilet restoran yang agak jauh di belakang. Tak ada siapa pun di sana. Keduanya terus mencari ke sekitaran sampai akhirnya, ke bagian belakang restoran yang sepi senyap.

"Lepasin!" pekik seseorang, suara perempuan ....

Segera, keduanya menuju ke sana.

Sementara di satu sisi ....

"Eh, Widya, kamu dari mana aja?" Nyatanya, Widya datang di meja makan. "Farhaz dan Adnan barusan pergi nyariin kamu."

Widya membulat sempurna mendengarnya. "A-aku abis dari depan tadi, ngambil tas yang ketinggalan di mobil, ma-maaf gak bilang-bilang. Terus mereka ke mana?"

Dan kembali ke Adnan dan Farhaz, Farhaz tanpa pikir panjang menerjang pria yang ingin melakukan hal senonoh pada seorang wanita itu. Bahkan mudah sekali dia mencengkeram kerahnya, kemudian mengangkatnya ke udara.

"Haz, ini bukan Widya ...."

"Eh?" Farhaz tanpa pikir menjatuhkan pria tersebut, dan menoleh ke arah sang wanita.

Benar, bukan Widya.

"Ma-makasih, ya, udah nolongin aku." Cewek itu berkata dengan wajah ketakutan.

"Mas Adnan, keknya tetep harus dikasih pelajaran ni orang, Mas. Mau ngelecehin cewek!" Kembali, Farhaz memegang kerah si pria hidung belang itu lagi, yang tampak ketakutan setengah mati. "Panggil polisi aja kalau gini!"

Tak lama, yang lain ternyata datang menyusul. Widya ternganga melihat Farhaz yang masih menahan seorang pria entah karena apa, dengan kekuatan supernya yang ngeri tersebut.

"Jek, Jo, pegangin ni orang cabul!" Cabul?

Dan Widya sadar, ada seorang wanita lagi di sana, tengah menangis sendu. Lagi dan lagi, Farhaz melakukan tugas kepahlawanannya untuk orang lain, apa mungkin Farhaz itu superhero?

Setelah si pria itu dipegangi Jek dan Jo, Farhaz menatap ke yang lain, menemukan Widya ... matanya berbinar bahagia.

"Wiwid, kamu gak papa, kan, Wid?" Tanpa disangka, Farhaz berlari dan tanpa pikir panjang pula, memeluk Widya.

Awalnya, Widya sempat panik takut, tetapi lama-kelamaan dia sadar, pelukan Farhaz tak seperti dulu. Pelukan ini hangat dan lembut, sama sekali tak menyakitinya, Farhaz benar-benar berubah.

Dan sejenak, Farhaz tersentak, ia melepaskan pelukannya dengan wajah takut. "Ma-maaf, aku gak bermaksud, kamu gak papa? Maaf aku nyakitin kamu, Widya."

Widya menggeleng. "Enggak, Farhaz ...."

Mendengarnya, Farhaz tersenyum hangat. "Syukurlah, kalau begitu." Dan keduanya merasa canggung.

Lalu, siapa sangka berikutnya, Widya memeluk Farhaz. "Wi-Widya ...." Semua yang melihatnya terharu bahagia.

Sementara Farhaz, kedua pipinya memerah, kaget, sekaligus suka tapi malu-malu. Ia terkejut Widya ... memeluknya. Dan kemudian dia teringat, masa lalu mereka, masa kecil awal di mana pertemuan mereka.

"Awas kabur, ada anak gorila!" teriak anak-anak, berlari berhamburan kala Farhaz kecil, anak berpenampilan bak anak hutan, datang.

Niatnya untuk bermain, tetapi malah mereka lari terbirit ketakutan, karena Farhaz kecil memang sangat kuat.

Namun, mata Farhaz menatap ke arah anak kecil berbadan gembul tak jauh dari dia berdiri, anak itu tengah bermain masak-masak sendirian, Farhaz tanpa ragu mendekatinya.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

Bos Gemoy Gue ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang