Chapter 29

1.8K 75 0
                                    

Para pria tampak bingung akan ungkapan para wanita, mereka mengode-ngode sesuatu, dan pria-pria itu sepertinya tak menyadari suatu perubahan dari Widya. Dia memakai gaun V neck, meski tak terlalu terbuka, tapi itu memperlihatkan sesuatu yang tak biasa.

"Ini ...." Widya dengan senyum malu-malu memegang liontin dari kalung yang dihadiahkan oleh Farhaz. "Ini hadiah dari Farhaz."

"Uuuu cieeee ...." Mendengar penuturan itu, semua mencie-i. Farhaz ikut malu-malu karenanya.

"Nanti Tante Widya sama Om Farhaz nikah ya, Mom?" tanya Tanaya spontan.

"Oh, hehe, nanti. Rencananya, pas Tante Widya ulang tahun sebulan lagi, Oom mau ngasih cincin, lamarannya pas ulang tahun."

Mata Eko membulat sempurna akan ungkapan itu, begitupun yang lain, segera dia tarik muridnya itu. "Heh, muridku, itu harusnya jadi kejutan! Bukan asal jeblak."

Namun sepertinya sia-sia, semuanya sudah kaget akan ungkapan Farhaz, dan Farhaz sendiri ....

"Eh, eng-enggak ada, gak jadi, eh jadi, eh jadi tapi gak anu itu." Dia kelabakan, bingung menjelaskan.

Dan setelahnya, Widya tertawa geli. "Aku bakalan pura-pura gak denger, deh. Kasih kejutan nanti di pesta ultahku, atau mungkin ... aku yang bakalan kasih kejutan ke kamu."

Farhaz menunduk malu-malu. "Maaf, ya, hehe."

"Gak papa, kok." Lagi, Widya tertawa, jujur saja dia bahagia, sangat. Bahkan ini saja sudah dihitung kejutan paling menakjubkan baginya.

Akan tetapi, sesuai ungkapannya, entah dianggap serius atau tidak oleh Farhaz, Widya ingin memberikan kejutan ke Farhaz.

"Oom Farhaz payah bikin kejutan, kalau udah ketahuan gini mending langsung nikah aja, buuuuu huuuu." Banyu menyoraki, Tanaya pun ikut-ikutan, dua bocil itu kompak mengejek Farhaz.

Farhaz manyun diejek begitu.

"Anak-anak, udah udah, kalian gak boleh ikut-ikutan orang dewasa. Ayo, daripada itu, mari kita makan malam bersama. Rencananya kan kita ke sini buat makan malam." Adnan menegur mereka.

Dan acara makan malam berlanjut, Farhaz masih agak merasa bersalah karena keemberan mulutnya secara tak sengaja, itu terlihat jelas di wajahnya. Bahkan, sampai acara selesai dan kini mereka menuju pulang.

"Farhaz, kamu gak usah ngerasa bersalah, aku justru seneng kok, hari ini kamu ... kayak ngasih kejutan ke aku." Widya menghibur prianya. "Lagipula, kejutan kejutan begitu, agak klise deh, iya gak? Aku lebih suka terus terang."

"Yah ...." Sebenarnya, Farhaz senang kalau Widya bahagia. "Tapi aku keknya gak bisa romantis."

"Kamu gak harus jadi romantis, kamu jadi diri kamu sendiri aja." Widya tertawa pelan. "Aku suka kamu apa adanya, selayaknya kamu ... yang suka aku dengan kekuranganku."

Farhaz tersenyum manis.

Akhirnya, mereka sampai di apartemen Widya guna beristirahat, karena besok pagi Farhaz akan kembali ke kampungnya.

Malam berlalu dengan cepat, pagi menjelang, perpisahan tak terelakan, Widya mengantarkan Farhaz untuk ke terminal dan mereka saling mengucapkan salam. Tapi, bukan berarti, mereka tak berjumpa lagi.

"Sampai jumpa lagi nanti, ya, Farhaz."

"Sampai jumpa lagi, Widya."

Saling melempar senyum, Farhaz menghilang di antara kerumunan di kereta api, ia terus memperhatikannya hingga akhirnya kereta berjalan menjauh.

Baik Farhaz dan Widya, merasakan sebagian diri mereka menghilang saat itu juga.

Namun, Widya kemudian tersenyum, dia kembali ke apartemennya dan sudah mempersiapkan banyak hal. Hal yang sudah banyak dia bicarakan dengan Rachita, Adnan, serta atasannya yang lain. Mereka merasa setuju dengan keputusan itu karena memang, keduanya, sepertinya tak seharusnya dipisahkan.

Asal sebuah janji ditepati, itu saja.

Di tangan Widya, terdapat surat resign di sana.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

Bos Gemoy Gue ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang