Farhaz memang anak seorang pemilik ladang nan luar biasa besar, dan sekarang warisan itu menurun padanya. Meski agak nyeleneh, faktanya Farhaz atasan yang sangat baik bagi semua orang di desa, itu kenapa desa Farhaz begitu makmur sejahtera, apalagi seisi desa rata-rata dihuni para pria gagah yang seakan siap perang kalau ada yang menantang.
Ya, rata-rata memang kayak preman, hingga nama lain desa itu desa preman.
Farhaz juga peduli sesama, beberapa waktu lalu dia menolong warga dari pungli preman tukang palak, mengusut sampai akarnya, dia juga membantu tanpa pamrih orang-orang malang tak berdaya, contohnya karyawan Widya yang kini dipecat karena ketahuan membawa kabur uang hingga berakhir di penjara.
Dari segi latar belakang itu, tampaknya Farhaz memang pria baik-baik, dan kegigihannya mengejar Widya, kesetiaannya sampai saat ini, Farhaz memang amat laki.
"Guru, kok diem, mau ladangnya ya?"
"Eh, uh, gak, gak usah, kami nolong kamu juga karena kamu berhak ditolong," kata Eko, sadar dari lamunannya. "Kamu pria baik, Farhaz."
"Makasih, Guru. Tapi aku gak ada apa-apanya dibanding Guru."
Eko tertawa. "Aku manusia, Haz. Gak ada manusia yang perfect. Aku pun banyak kekurangan. Kita semua punya banyak kekurangan."
Farhaz yang mendengarnya, mengangguk setuju.
"Tapi, sebagai seorang pria sejati, kita bisa berjuang, menjadi versi terbaik diri kita, pokoknya jangan patah semangat!"
"Siap, Guru!"
"Boooos!" Teriakan itu mengagetkan Farhaz, ia spontan menoleh ke depan dan berlari ke sana karena kenal suara tersebut.
Eko juga ikut mengekori, dan keduanya spontan terkejut melihat apa yang ada di depan mata. Tampak, dua anak buah Farhaz, babak belur, bahkan Jo harus membopong Jek yang lemah.
"Lho, kalian berdua kenapa?!" teriak Farhaz mengecek keadaan dua anak buahnya. "Siapa yang lakuin ini?! Siapa?!"
"Bos, itu ...." Namun akhirnya, Jek tak bertahan.
Farhaz langsung memanggil ambulans untuk mereka berdua, wajahnya sendu penuh ketakutan kalau dua sobatnya paling dekat itu kenapa-kenapa. Mereka babak belur parah ....
Dan tanpa disangka, Jo membuka mata.
"Jo, Jo, lo denger gue? Siapa yang bikin lo babak belur begini, Jo? Siapa?" tanya Farhaz dengan emosi.
"Bos, kami ...." Jo terbatuk, mulutnya keluar darah. "Kami digebukin massa."
"Hah?! Ke-kenapa?!"
"Kami tadi ... nolongin orang ... dari copet ... tapi, tapi malah dituduh ...."
"Jo!" Jo tak sadarkan diri lagi, dan Farhaz meneteskan air mata melihat keadaannya. "Jo ... tega banget, Bang***! Hobi banget main hakim sendiri tanpa liat keadaan!"
Setelah mengantarkan Jo dan Jek ke rumah sakit, Farhaz segera ke lokasi biasa keduanya nongkrong, yaitu di depan jualan jus. Nyatanya ada pihak kepolisian juga di sana, tengah berbicara dengan seorang wanita, dengan penuh amarah Farhaz berteriak.
"Siapa yang berani gebukin temen-temen gua, hah?! Bangga lu pada main hakim sendiri!" Farhaz seketika jadi pusat perhatian karena hal tersebut. "Bangga lu pada, Bang***?!" teriaknya tanpa takut. "Siapa?! Ngaku, Sat! Ngaku!" Farhaz tanpa disangka, mengangkat sebuah motor dan melemparkannya ke depan.
Semua ternganga akan kekuatan Farhaz itu.
"Pak Farhaz tenangkan diri Anda! Pak!" Sang polwan maju mendekati Farhaz, ia menahan yang lain agar tak mengeluarkan senjata mereka. "Pak, tenang."
"Bu, gimana saya bisa tenang? Dua temen saya sekarang di rumah sakit, babak belur parah karena warga main hakim sendiri! Ketahuilah, mereka berdua bisa aja ngelawan kalian, tapi mereka gak lakuin karena mereka tau kalian warga biasa! Gue genjreng sekali lu pada juga bakalan mati!"
"Pak, tenang, kami sudah menahan orang yang bertanggung jawab akan pengeroyokan itu. Kesalahpahaman ini, akan segera kami tangani."
"Kalau gitu, saya minta hukuman teradil, untuk mereka, Bu."
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
Bos Gemoy Gue ✅
Romansa"Weeheeee!" Tiba-tiba, si pria sangar tetapi memang berkharisma itu, berteriak dengan senyum lebar, semua kaget. Dan si karyawan yang tadi dia pegangi kerah, kini dia keteki lehernya. "Lu Wiwid, kan?" Widya terkejut akan hal tersebut, Wiwid katanya...