Menyusun memori bersama Basmalah dan Rakha yang saling menyempurnakan, tentang Afan yang begitu overprotective terhadap adik perempuannya, juga gengsi nya terhadap Devi yang terang-terangan menunjukkan rasa sukanya, serta Eby Rizta sang cute boy ya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"la naek apa kesekolah? sepeda mala kan masih di Pak Maman. Kemarin gw kesorean bawa kebengkelnya pas banget mau tutup jadi kata Pak Maman dikerjain besok, maaf ya la," Afan benar-benar merasa bersalah karena telah membuat ban sepeda adik nya bocor.
Minggu pagi kemarin dirinya berinisiatif meminjam sepeda mala untuk menuju tempat nya bermain futsal yang tidak terlalu jauh, tapi saat perjalanan pulang dirinya memilih untuk melewati jalan pintas yang masih bebatuan membuat ban sepeda adiknya malah terkena paku dan berakhir di bengkel Pak Maman.
"yailah santai bang, muka Lo gausah melas gitu bisak," dengan malas mala menarik kursi makan didepan abangnya untuk sarapan bersama. Meja makan berbentuk persegi yang memiliki 4 kursi disetiap sisinya kini hanya diduduki oleh kakak beradik untuk saling melengkapi. Ayah mereka yang biasa dipanggil papay itu kini sedang melakukan perjalanan bisnis sejak 3 hari yang lalu, dan berjanji akan pulang setelah 1 minggu berada di negeri Paman Sam.
"kalo gitu mala bareng abang aja ya berangkatnya," kata afan sambil terus menatap adiknya.
"ga ahh gw naik angkot aja, lagian ga searah nanti yang ada lo malah telat," tolak mala secara halus.
"yailah sekali-kali la."
"ga perlu abang, lo harus jadi anak yang baik buat menutupi kekurangan gw. Kasian dong papay kalo kedua anaknya badung semua."
"tapi mala kan tau gw ada Rakha, dia pasti bakal bantuin gw. atau ga nanti gw minta tolong sama dia buat nungguin gw didepan gerbang jadi walaupun telat gw sama dia bisa masuk cuma-cuma," kata Afan yang masih kekeh membujuk adik nya.
Sebagai anak dari donatur terbesar di sekolah Rakha memang kerap menggunakan kekuasaan ayah nya, bahkan Afan pun ikut andil tanpa sepengetahuan adiknya.
"gausah gw tabok nih," jawab Mala dengan cepat sebelum abang nya menghubungi Rakha.
"gw udah selesai, gw duluan ya brother," lanjut Mala sambil memakai tas ranselnya dengan mulut yang penuh mengunyah roti dan berjalan cepat meninggalkan Afan.
"la mala," Afan yang melihat adiknya pergi otomatis berdiri, tapi sayang Mala sudah berlari keluar rumah dan bisa dipastikan jika Mala menaiki angkot sebagai transportasinya kesekolah.
"tuh anak bener-bener ye, dikasih enak tinggal bonceng milih yang panas, belum lagi kalo tuh angkot ngetem dulu,"
"wah gabisa ini taktik ini mah, kalo dia telah pasti jadi alesan biar bisa bolos,"
"MALA...," ketika sadar telah diakalin oleh adik nya, Afan dengan cepat mengambil tas dan kunci motor lalu berlari keluar rumah.
"tunggu gw harus telfon Rakha dulu," belum juga hitungan detik panggilannya telah diterima.