7

574 74 0
                                    

"Lu ngapain dateng ke rumah gue?"

"Kalo lu lupa, gue temen lu."

Jeongwoo tertawa sinis, "Nggak lupa sih, lebih ke nggak di anggap aja."

Haruto memutar bola matanya, masuk tanpa permisi ke rumah Jeongwoo.

"Oh, lu masih nyimpen foto kita jaman dulu?"

"Sebenernya lu ngapain ke sini?"

"Bokap sama ibu tiri lu udah cerai kan ya?

"Maksud lu apaan?"

Haruto tersenyum, duduk di sofa sembari melihat foto keluarga Jeongwoo yang terpajang di sana.

"Setahu gue nyonya Park yang terhormat itu udah pergi ke Amerika. Kayaknya sekarang lu bebas dari istri bokap lu."

Jeongwoo duduk bersebrangan dengan Haruto, menatap Haruto tanpa minat.

"Terserahlah."

Haruto mengambil sebuah ponsel dari sakunya. Melemparkannya ke meja.

"Sama kayak apa yang terjadi setahun yang lalu. Gue harap, sekarang nggak ada lagi penyesalan apapun atas tindakan setahun yang lalu."

Jeongwoo menyunggingkan senyumnya. Menatap Haruto remeh.

"Kenapa? Lu masih ngerasa bersalah?"

"Gimana gue nggak ngerasa kayak gitu. Kalo lu setiap harinya ngingetin gue, kalo apa yang terjadi sama lu waktu itu. Adalah salah gue!"

"Emang itu salah lu kan? Salah karena lu ninggalin gue sendiri."

"Park Jeongwoo, kalo lu lupa. Lu tau apa yang terjadi saat itu."

Jeongwoo mengangkat bahunya tanda tak tau. "Apa ya? Gue nggak inget tuh."

Haruto meremas ujung bajunya. Menatap Jeongwoo nyalang.

"Apa? Lu mau bilang, kalo ortu lu mutusin buat cerai. Dan lu nggak terima. Lu mau bujuk keduanya. Huh. Haruto. Kenyataan kalo keluarga lu sekarang masih utuh, bahkan tanpa lu ngelakuin hal apapun. Itu masih nggak akan berubah. Lu tetep salah." Sambar Jeongwoo

"Salah gue dimana??" Bentak Haruto sembari berdiri.

Sudah cukup ia menahan sifat kekanak-kanakan Jeongwoo.

"Salah lu, karena saat gue butuhin lu. Lu memilih buat pergi."

Jeongwoo berdiri, "Kenapa? Kurang kah tonjokan gue waktu itu? Kenapa cuma ngilang selama 3 hari? Gue berharap lu nggak pernah kembali tau nggak?"

Haruto menutup matanya, menahan amarah yang sudah bergejolak di hatinya. Namun anehnya, air matanya keluar.

"Gue nggak minta lu buat ngertiin gue. Gue nggak pernah minta lu buat maafin gue. Gue tau gue salah. Tapi gue nggak yangka lu bakal seegois ini Woo. Gue datang hari ini, karena gue pikir lu bakal lupain segalanya. Dan berteman sama gue kayak dulu lagi. Gue salah, lu tetep Jeongwoo yang egois."

Haruto menghapus air matanya. "Mulai detik ini, kita adalah orang asing."

Jeongwoo menatap kepergian Haruto dengan diam. Tak ada ekspresi di wajahnya.

"Hanya terus seperti itu."

Jeongwoo mengambil ponsel yang tadi di lempar Haruto. Hadiah ulang tahun dari Jeongwoo saat mereka masih kelas 1 SMP. Hadiah yang membuat hubungan keduanya semakin dekat.

Jeongwoo menatap foto yang sempat Haruto singgung. Dimana Jeongwoo memberikan Haruto Ponsel, Dan Haruto memberikan Jeongwoo tiket liburan ke Singapura.

Dua anak orang kaya yang berteman. Atau lebih tepatnya, bersahabat.

WANT YOU (HARUKYU/KYUHARU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang