Pagi ini Anjani agak malas-malasan pergi bekerja. Pasalnya semalam ia hanya tidur tidak sampai dua jam, sehingga pagi ini tubuhnya sangat lemas dan tidak bertenaga.
Sialnya, hari ini ia kebagian shift pagi, sehingga ia tidak memiliki waktu untuk mengecas energinya yang hilang.
"Mampus, Jan, safety shoes-ku basah. Hari ini aku pakai sepatu biasa. Gawat kalau sampai ketahuan Bos Angga." Begitu masuk ke gedung restoran, Anjani langsung disambut dengan keluh kesah Amelia.
Refleks Anjani langsung melihat ke bawah, ke arah kaki Amelia. Chef muda itu menggunakan sepatu biasa, bukan sepatu khusus di dapur.
"Nggak ada pilihan lain. Berdo'a aja semoga hari ini mata Bos Angga agak rabun," ucap Anjani seraya menepuk pundak Amelia pelan. "Yuk, ah, siap-siap," ajaknya dan di-angguki paksa oleh Amelia.
Anjani adalah chef di Restoran Hijau Zamrud yang didirikan oleh kakak beradik Angga dan Raga. Walaupun restoran tersebut baru berusia dua tahun, tapi pertumbuhan ekonominya sangat baik. Digadang-gadang dalam waktu dekat restoran tersebut akan membuka cabang di kota-kota besar lainnya.
Anjani Larasati, gadis blasteran India Jawa itu bisa bekerja di Restoran Hijau Zamrud berkat nepotisme. Salah satu gurunya di sekolah masak adalah teman baik Angga. Gadis itu memiliki nilai paling bagus di kelasnya, sehingga begitu lulus langsung direkomendasikan untuk bekerja di Restoran Hijau Zamrud tanpa seleksi.
Dulu Anjani selalu mengutuk nepotisme. Ia selalu membenci teman-temannya yang bekerja dengan jalur nepotisme, tapi faktanya ... sekarang malah ia yang menggunakan nepotisme. Sekarang Anjani belajar satu hal, bahwasanya dalam hidup ini kita tidak boleh terlalu membenci sesuatu.
"Jan, Langit belum ada kabar juga?" tanya Amelia yang sedang mengelap meja.
"Nggak ada, mati mungkin," jawab Anjani agak kesal. Ia ingin melupakan Langit minimal saat sedang bekerja, tapi Amelia malah membahas Langit.
"Jangan sembarang ngomong ah, ntar kalau Langit mati beneran baru nyesal."
"Bodo."
"Lah, kok sensi, Jan? Lagi dapet?"
"Au ah gelap."
Amelia terkekeh melihat kelakuan rekan kerjanya yang satu ini. Menurutnya Anjani lucu, sangat lucu malahan. Masa dia pacaran dengan Langit tapi tidak tahu alamat orang tua Langit? Dia hanya mengetahui alamat kosan Langit saja. Lucu sekali, bukan?
Kedua gadis yang sedang mengobrol itu seketika diam seribu bahasa tatkala melihat Angga memasuki gedung restoran. Bos mereka itu sangat galak dan selalu serius.
Selain dua sifat tadi, sifat Angga yang lainnnya adalah pelit. Bos muda itu tidak mau merekrut cleaning service karena tidak mau mengeluarkan lebih banyak uang. Kalau bersih-bersih bisa dilakukan oleh para tukang masak dan pramusaji, lantas mengapa harus merekrut cleaning service?
Dulu awal-awal Restoran Hijau Zamrud berdiri, Angga mempekerjakan karyawannya selama dua belas jam perhari. Sungguh tidak manusiawi sekali, bukan?
Bos pelit itu akhirnya taubat setelah karyawannya sering masuk rumah sakit akibat kelelahan. Semenjak itu, ia membuat jadwal kerja untuk para karyawannya.
Beruntung ia tidak dilaporkan oleh karyawannya karena melanggar UU Cipta Kerja, sehingga nama baiknya tidak rusak dan restorannya masih berdiri hingga saat ini.
Tepat pukul setengah delapan, seluruh karyawan yang masuk pagi ini melakukan briefing. Briefing adalah hal yang sangat ditakuti Amelia di pagi ini. Gadis itu menggenggam tangan Anjani dengan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengapa, Langit?
HorrorAnjani tidak menyangka jika Langit-nya ternyata telah pergi untuk selama-lamanya. Selama ini, ia pikir Langit pergi untuk mengindarinya. Melupakan janjinya. Nyatanya, pikirannya itu salah. Arwah Langit menemuinya dan meminta maaf. Maaf untuk apa? To...