7A - Menjenguk Ririn Indigo

3 1 0
                                    

Pukul dua siang, Anjani selesai dari shift paginya, perempuan itu akan langsung pulang lalu menjenguk Ririn. Ia menghembuskan napas lega saat kakinya sudah melangkah keluar dari dapur.

Restoran Hijau Zamrud terletak di sisi Jalan Raya Penolakan, Kintamani Bali. Restoran yang dibangun di tepi tebing itu terdiri dari tiga lantai dengan dua pilihan tempat makan, yaitu indoor dan outdoor di setiap lantainya. Restoran itu mampu menampung lebih kurang 150 tamu.

Resto tempat Anjani bekerja sangat instagramable. Dengan kaca-kaca raksasa yang membingkai indah, juga area outdoor yang menyajikan pemandangan kaldera Gunung Batur dan juga Danau Batur. Pada bagian outdoor, terdapat payung-payung yang bisa dipakai saat cuaca panas. Jika cuaca sedang tidak panas, payung-payung tersebut akan dikuncupkan.

Untuk weekday, restoran buka pukul setengah sembilan pagi hingga pukul sembilan malam. Sedangkan untuk weekend, buka pukul delapan pagi hingga lima sore.

Selama enam bulan bekerja di Restoran Hijau Zamrud, belum pernah sekalipun Anjani menikmati pemandangan restoran tersebut dengan santai dan tenang. Setiap kakinya menginjak restoran tersebut, maka kesibukan langsung menyerbunya.

Restoran tersebut cukup populer, selain karena menu dan pemandangannya, juga karena owner-nya adalah orang terkenal, salah satu peserta ajang pencarian bakat memasak yang tayang di televisi. Walaupun hanya sampai top 3, tapi Angga cukup populer. Banyak ibu-ibu dan gadis-gadis dewasa yang menyukai paras tampan bos Restoran Hijau Zamrud itu.

Anjani tersenyum kecil saat melihat para pengunjung tengah berfoto di bagian outdoor restoran. Selama enam bulan menjadi karyawan Hijau Zamrud, belum pernah sekalipun ia berfoto di sana. Ia selalu berada di bawah tekanan setia kali kakinya menginjak restoran, sehingga tidak memiliki waktu untuk berfoto-foto ria.

Perempuan itu membawa langkahnya keluar gedung restoran. Ia berdiri sebentar di dekat pintu masuk sambil mengecek gawainya, membaca nomor polisi ojek daring yang telah dipesannya.

Tak berapa lama ojek tersebut datang. Ia segera naik ke boncengan untuk menuju rumah sewanya. Sebenarnya, rumah sewanya tidak terlalu jauh, hanya lima belas menit saja jika ditempuh dengan menggunakan motor, yang artinya bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Tapi saat tubuhnya sudah lelah seharian bekerja di dapur, ia tidak memiliki banyak tenaga untuk berjalan. Selain itu, Jalan Raya Penelokan hanya memiliki satu jalur, dan itu tidak cukup besar, serta tidak memiliki trotoar. Ia tidak memiliki nyali untuk berjalan kaki di jalan tersebut, takut tertabrak atau terserempet kendaraan. Ya, dia memang takut terlalu berlebihan.

Anjani duduk manis di boncengan. Matanya bolak-balik melihat kanan dan kiri, menikmati pemandangan gunung dan danau Batur. Saat ia melewati restoran paling terkenal di sana, ia tersenyum kecil. Restoran itu sangat luas, bisa menampung sampai 500an tamu. Konsep penyajiannya secara prasmanan. Tamu yang datang selalu banyak. Kalau dibandingkan dengan Hijau Zamrud, jelas pamor Hijau Zamrud berada di bawah restoran tersebut.

Angga pernah memergoki salah satu karyawan Hijau Zamrud keluar dari restoran mewah itu, dan karyawan tersebut langsung disembur oleh sang bos galak. Angga cemburu, tidak terima karyawannya makan di restoran saingannya.

"Sudah sampai, Mbak."

Anjani diinterupsi oleh suara driver yang membawanya. "Terima kasih, Mas," ujarnya sopan. Sepengetahuannya, driver tersebut orang Jawa, kentara dari logatnya.

Setelah membayar, Anjani segera melangkah menuju rumahnya. Rumah minimalis yang terhimpit di kanan kiri oleh rumah lainnya.

Mengapa, Langit?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang