09

16 3 0
                                    

Tasya membuka matanya,melihat tangan siapa yang berada di pinggang nya. Dan dia orang yang menangis kemarin,menghancurkan pintu kamarnya.

Tasya melihat setiap inci dari wajah orang itu,Tasya rindu bibir yang memberikan nya senyum manis,suara tawa yang membuat dirinya candu.

Saat hendak melepas pelukan itu,tangan tersebut mala memperat pelukannya.

"Biarkan seperti ini dulu." ucapnya.

"Dom! Aku terlambat ke kampus nanti."

"Kau bolos sehari tak apa kan?"

"Dan seharian berdua bersama mu disini?"

"Yaa."

"Tidak!"

"Syaa please."

"Apasih Dom,lepas aku harus siap siap ke kampus." ucap Tasya.

"Kalau kau terus memaksa aku akan membuat dirimu tak bisa bangun hari ini Tasya. Kau tau apa yang ku pikirkan kan,kau mau hal itu terjadi?" balasnya

"Apa kau bisa?" tantang Tasya.

Dan setelah itu terjadi lah sesuatu yang tak perna Tasya bayangkan,Dom benar benar melakukan hal itu

***
Tasya mengeluarkan rokoknya lalu membakar ujungnya dan menyelipkannya di antara bibirnya,menghisapnya nikmat dan menghembuskan asapnya perlahan. Tampak nikmatnya. Menikmati pemandangan kota di malam hari dan angin malam yang begitu menusuk tulang.

Malam makin larut tak membuat Tasya ingin pergi,merasakan intinya angin malam itu terasa nikmat baginya. Menyadari seseorang datang sempat membuat Tasya terkejut,namun tetap menghisap tokonya.

Dom datang dengan wine di tangannya,melakukan yang Tasya lakukan. Dom melihat Tasya yang tampak cantik dengan asap rokok yang terus dirinya hembuskan.

"Apa kau menyesal?" tanya Dom

"Untuk apa? Aku pun menikmatinya." jawab Tasya.

Dom mendekati Tasya mengambil rokok yang hampir habis menatap dalam Tasya,sialnya Tasya tak bisa berbuat apa-apa.

"Bernafas honey." ucap Dom. Tasya langsung membuang nafas nya dengan kasar.

"Apa yang kau lakukan Dom." tanya Tasya dengan tajam.

"Jangan tinggal aku." ucap Dom.

Tasya tersenyum smirk. "Aku suka mendengar mu memohon Dom."

"Akan aku lakukan apapun untukmu Sya,asal jangan tinggal aku lagi."

"Apapun?" Tasya memastikan.

"Ya."

"Matilah."

Dom terdiam. Mati?

"Apa dengan kematian ku,membuat senang?" tanya Dom

"Tidak."

"Lalu?"

"Penderitaan mu adalah kebahagianku dan kematian mu adalah sebuah hadiah untuk,lalu siap kah kau Dom.?" tanya Tasya

"Ya." jawab Dom

Tasya terdiam lalu tersenyum smirk. "Kalo begitu bersiap lah,hari ini aku akan ingin mendengar mu memohon seperti itu lagi." ucap Tasya pergi meninggalkan Dom.

Dom melihat kepergian Tasya lalu menatap gedung gedung tinggi. "Akulah yang akan membuat mu memohon Tasya." ucap Dom.

Love In The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang