16

6 1 0
                                    

Sejak kejadian dimana Dom melihat orang tersiksa seperti itu,pikirannya sangat berantakan dirinya tak pernah fokus memperhatikan berkas bahkan ketika meeting tengah berlangsung.

"Bos apa kau baik-baik saja." Tanya Jhon

"Aku sangat pusing Jhon,pikiran ku penuh tentang Tasya."balas Dom

"Aku bahkan tidak mengenali dirinya. Dia berubah bahkan sangat berubah."lanjut Dom

"Lalu apa yang harus saya lakukan Tuan?" tanya Jhon

"Bisakah kau mencari informasi tentang Tasya,aku yakin banyak hal yang telah merubah dirinya." suruh Dom dan Jhon langsung membungku dan pergi.

***
Tasya tengah menyaksikan sosok yang tengah pingsan itu dengan pandangan jijik,bahkan dirinya ingin sekali muntah.

"Sampai kapan aku harus menunggu mu sadar?" tanya Tasya

Dan orang yang di tanya tetap diam,hingga akhirnya orang itu sadar.
"Tolong bunuh saja aku jangan siksa aku seperti ini." ucapnya.

"Ah,aku sangat menyukai kau memohon seperti itu "ucap Tasya angkuh.

"Jangan siksa aku seperti ini." ucapnya lagi.

"Lalu aku harus menyiksa mu seperti apa?"tanya Tasya

"Bunuh saja aku."

"Aku sangat menyukai orang-orang yang memohon kematian padaku,tapi sayangnya aku masih ingin melihat mu seperti ini."

"Tolong maafkan aku."

"Memaafkan mu? Lalu kau bebas? Dan hidup dengan tenang? begitu maksudmu?" tanya Tasya

Orang itu terdiam

"Aku bisa saja melakukan itu,tapi sayangnya aku sudah tidak mampu melakukan itu. Sakit di balas maaf itu tidak adil! Kau membunuh orang tua ku dengan sejumlah uang yang bahkan aku bisa memberi lebih." ical Tasya

"Dan liat sekarang,apa mereka menolong mu saat seperti ini? Mereka bahkan tidak peduli kau mati atau pun tidak,karna apa yang mereka inginkan sudah terwujud dan itu berkat siapa? Berkat dirimu!" lanjut Tasya

"Mati sekali tembak tidak adil bagi ku.  Kau meminta apa tadi? Mati? Aku akan mengambulkan permintaan mu."

"Frans singa itu sudah siap?" tanya Tasya pada pelayan.

"Sudah nyonya."

"Tunggu 2 hari lagi,aku yakin sing itu sudah sangat kelaparan pasti,dan dalam 2 hari lagi kau akan menemui ajal mu."

"Biarkan sajaa seperti itu,sekalipun yang keluar nanti adalah darah biarkan saja." Tasya langsung meninggalkan ruangan itu.

Tasya langsung menuju dapur,mencari air dingin kepalanya sangat panas bahkan dirinya seperti akan muntah.

"Kau kenapa?" ucap Dom mendekat

Dengan cepat Tasya langsung menghindar dan menjauh dari Dom
"Selagi kita belum sah di mata Tuhan jangan perna kau menyentuh ku Dom!" Ucap Tasya memperingati Dom

"Tapi kenapa?"

"Apa aku terlihat seperti jalang mu yang haus sentuhan Dom?"tanya Tasya

"Ingat batasan mu Dom." ucap Tasya lalu pergi

Dom terdiam dan dia merecanakan sesuatu. 

Tasya menuju kolam ikan melihat ikan itu berenang dengan tenang mendengarkan air yang tenang itu membuat nya sedikit rileks dan sedikit lebih tenang.

"Nyonya"

Tasya berbalik melihat siapa memanggil dirinya "Kenapa?"

"Tuan memanggil anda di ruang kerjanya" ucapnya

Tasya mengangguk dan pelayan itu pergi dengan nafas berat Tasya langsung menuju ruang kerja Dom sesampai di lantai dua dan menuju sebuah pintu coklat itu Tasya mengetok terlebih dahulu.

"Masuk"

Tasya langung membuka pintu dan mendapati Dom dengan semua berkas-berkas di depannya. "Ada apa Dom katanya kau memanggil ku."

"Duduk dulu Aku belum selesai."

Tasya duduk di sofa sambil melihat setiap sudut ruangan kerja Dom begitu elegan rapi dan tentunya bersih, ini baru pertama kalinya dirinya ke ruang kerja Dom dan ternyata senyaman ini dan setelah itu Tasya memperhatikan Dom yang tengah sibuk dengan semua berkas nya. Ah Dom begitu tampan ketika serius pahatan yang begitu sempurna wanita mana yang akan menolak bahkan untuk di ajak one night stand  mereka tidak akan menolak bahkan akan meberikan dengan suka rela.

"Sudah puas melihat ku?" tanya Dom yang sedang melihat ke arahnya

"Sejak kapan aku memperhatikan mu?"

"sejak tadi."

"Ada apa kau memanggilku?" tanya Tasya

"Aku hanya ingin di temani kerja." 

"Dom! Apa-apaan kau ini." 

"Apa aku salah?" 

"Pertanyaan apa itu."

"Aku hanya ingin di temani Sya." Dom berjalan ke arah Tasya mengunci mata indah Tasya hingga sampai dimana Dom berada di depan Tasya. 

mereka saling berpandangan Tasya terpesona dengan Dom begitu pun Dom yang terpesona dengan Tasya. Dom mendekat hingga dapat merasakan napas Tasya dan detik selanjutnya Dom melumat lembut bibir mungil itu. 

Tasya yang sadar langsung mendorong Dom. "Dom apa kau ini!" 

Dom tak menjawab tapi langsung kembalu melumat kembali bibir itu membiarka Tasya kehabisan nafas dan setelah mendapat pukulan Dom langsung melihat Tasya yang sedang menghirup udara dengan rakus. 

Dom mendekati leher Tasya memberi kecupan. "Tidak perna sekali pun aku menikahi mu karna dendam Sya, aku mencintai mu karna aku benar mencintai mu. dendam yang kau punya hanya perlu kau balaskan pada orang tua ku Sya bukan padaku. jangan seperti ini Sya kumohon." ucap Dom lirih

Tasya terdiam mendengar suara lirih itu. setelah itu Tasya memeluk Dom dengan erat mengusap pelan punggung itu. 

"Istirahat Dom."

"Aku ingin bersamamu." Tasya mengangguk dan mereka keluar bersama dari ruangan kerja itu menuju kamar setelah sampai Dom langsung menarik Tasya dalam pelukannya memeluk erat tubuh kecil itu dan mereka bermimpi indah bersama

***

Love In The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang