05

21 2 0
                                    

"Kenapa diam terus,gak mau ngomong apa emang gak bisa ngomong?"

"Apa pentingnya?" balas Tasya

"Mungkin dengan kamu ngomong aku bisa tau apaa yang kamu rasain." ucapnya

Tasya tertawa sumbang "kamu adalah orang sekian yang berbicara seperti itu." balas Tasya.

"Apa semeyedihkan itukah hidup mu Sya?

"Menurut mu?" tanya balik Tasya.

"Sepertinya iyaa."

"Kalo begitu,seperti itulah aku yang dipikiranmu."

"Bukan kah tidak baik seperti itu Sya?" tanyanya lagi

"Aku gak perna meminta seperti ini,tapi inilah takdir ku." jawab Tasya

Orang itu meninggal Tasya sendiri dan membuat dirinya kembali merenung dan memikirkan apa yang terjadi pada dirinya.

Trauma yang membuat dirinya seperti ini,sakit kemarin yang membuatnya seperti ini dan dendam yang terus di pendam yang membuat dirinya seperti orang gila. Lalu dirinya harus kemana?

"Apakah gw harus ke psikiater?"

"Gw gak gila,gw hanya butuh obat untuk melupakan semua."

"Yaa gw harus kesana." ucap Tasya berdiri lalu kembali ke kelas.

Seseorang memperhatikan apa yang Tasya bicara,dengan mata yang penuh dengan amarah menatap kepergian Tasya.

***
Tasya sedang berada di sebuah kafe menatap lurus ke arah luar jendela memandang langit yang mendung,menurut nya hujan akan sebentar lagi turun, namun enggan membuat dirinya bangkit dari duduknya.

"Kamu hanya perlu menerima semua luka yaang di dalam dirimu lalu kamu melewati itu semua."

"Yang jadi masalah tak semua orang mampu seperti itu,tak semua orang berlapang dada untuk memaafkan."

"Lalu sampai kapan akan seperti itu?"

"Aku pun tak tau,ini terlalu menyakitkan aku belum bisa menerima semua ini,masih terlalu berat buat diriku." begitulah kira-kira percakapan Tasya dan bayangan dirinya.

Terdengar aneh bukan? Tapi itulah yang sering terjadi,selalu sendiri membuat dirinya membuat sosok bayangan dirinya untuk jadi teman cerita.

Tak semua orang paham apa yang kita rasakan,tak semua mengerti apa yang kita rasa itu mengapa banyak orang memilih diam ketika mereka terluka karna menceritakan pun tak akan membuat mereka tenang karna jawaban jawaban yang mereka mau bukan seperti itu.

"Terima lah luka luka itu,dan kamu akan bahagia."

"Tapi sampai kapan,aku bukanlah orang kuat yang bisa menerima itu."

"Lagi pun tak ada orang juga yang mampu menerima itu."

"Ada."

"Siapa?"

"Aku. aku bisa nemenin semua sakit dan lukanya,makanya aku dengan berani mengatakan itu karna aku merasakan sendiri setelah aku menerima itu semua apa yang aku rasakan jauh lebih baik."

"Tidak! Tidak Tasya belum mampu! Aku gak bisa!"

Love In The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang