4.

79 25 1
                                    

"A-apa maksudmu ayah mengawasi, jadi saat tadi aku menelfon..."

"Aku sudah mematikan penyadap di handphonemu, rahasia soal penyadap dan pelacak yang dipasang di semua handphone anggota...hanya dipegang olehku, orang lain tidak ada yang tau selain aku" jelas Lisa.

Devano menatap Lisa, jadi selama ini Lisa mengawasinya.
"Ka, kau tidak menyukai putri bungsu keluarga Jefri kan. Katakan kau tidak akan meninggalkan keluarga Mahendra hanya karena dia" ucap Lisa khawatir.

Devano diam, dia tidak bisa menjawab Lisa. Dia juga bingung dengan perasaannya.
"Untuk sekarang, aku masih belum yakin dengan perasaanku Lisa. Namun, jika akhirnya aku memutuskan meninggalkan keluarga Mahendra demi Aluna...tolong rahasiakan ini dari yang lain" ujar devano.

Lisa hanya diam, jujur dia khawatir dengan devano. Devano dan Lisa memang dekat, Love-hate mereka juga sangat terasa layaknya kaka beradik yang tak pernah akur tapi saling menjaga satu sama lain.

Lisa semakin mendekati devano lalu memeluknya
"Jangan bodoh, jika kau pergi. Aku akan berkelahi dengan siapa nanti" ujar lisa saat memeluk devano.

Devano tertawa pelan, adiknya ini.
"Bukankah itu bagus, hidupmu akan jauh lebih seenaknya nanti"

Lisa melepas pelukannya lalu mendongkak kepalanya menatap devano
"Apa maksudmu seenaknya?"

"Lihat bungkus makanan yang ada dikamar ini, kau memakannya lalu membuangnya sembarangan. Kasihan yang membersihakan kamar ini" devano menunjuk sampah cemilan yang ada di lantai.

"Dih, biar. Orang aku sudah membeli hotel ini, aku pemilik hotel ini sekarang. Lihat" lisa memamerkan layar handphonenya, terlihat nama kepemilikan hotel ini berubah menjadi nama Lisa.

"Dih, pamer" ejek devano.

"Dih biar, wleee" Lisa menjulurkan lidahnya dihadapan devano, lalu kembali duduk di depan layar komputernya.

Devano tersenyum tipis melihat Lisa, dia memang menyebalkan namun kedepannya devano berharap Lisa tetap menjadi adiknya. walau mereka tak sedarah, Devano tetap menyayangi Lisa layaknya seorang kaka menyayangi adiknya.

●●●

"Permisi nona"

Aluna menoleh ke sumber suara
"Ya"

"Waktunya minum obat"

Aluna mengangguk paham.
"Apa kau perawat baru? Aku baru mendengar suaramu" tanya aluna.

"Ya saya perawat baru, namaku Ren" ucap Ren(sean) memperkenalkan diri.

"Hai Ren, aku Aluna Quenbyanza. Panggil saya Luna atau Aluna"

Sean terenyum, menatap Aluna. Aluna benar-benar melupakannya, mungkin efek dari ekperimen yang terjadi padanya. Itu bagus, dia bisa dengan mudahnya mendekati Aluna nanti.

"Hai Luna, nama yang bagus"

"Trimakasih" jawab Aluna senang.

"Oh ya Luna, bisakah kita jadi teman? Aku...masih orang baru dirumah sakit ini, dan aku masih belum punya teman disini" tawar Sean.

"Tentu, aku bisa menjadi teman pertamamu disini. Aku senang punya teman bercerita" jawab Aluna antusias.

"Oke, mulai hari ini kita berteman" ujar Sean di akhiri anggukan setuju Aluna.

Devano Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang