5.

54 24 0
                                    

"Tuan, kita sampai di indonesia" ucap salah satu anak buahnya mengabari seorang pemuda yang sedang duduk di kursi Jet pribadinya.

Pemuda itu menaruh tablatnya, dia sudah membaca semua tentang keluarga Mahendra
"Sayang, aku akan balaskan dendamu pada keluarga Mahendra. Tapi untuk saat ini, aku harus harus merebut adikmu, Aluna dari tangan devano" pemuda itu menatap foto seorang gadis berdress pengantin di handphonenya.

●●●

Aluna mencicipi dalgona coffe buatan devano, tidak buruk.
"Hmmmm, lumayan" puji aluna.

"Benarkah?" Kini giliran devano yang mencoba dalgona coffe buatannya "aku memang berbakat dalam banyak hal" sombongnya.

"Yeuu, ini minuman ini mah gampang dibuat. Semua orang pasti bisa" ejek Aluna.

Devano hanya bisa tersenyum, dia tidak berniat untuk protes. Dia sedang menikmati saat-saat bersama Aluna sekarang.

"V-v-vano?" Tanya aluna, dia tidak mendengar suara devano.

Berniat ingin menjaili Aluna, akhirnya devano diam, dia menatap wajah aluna yang panik.

"V-vano, devano...k-kamu pergi ya?" Tanya Aluna.

Tidak ada jawaban, aluna tidak tau devano masih di dapur bersamanya atau tidak.

Perlahan Aluna menangis, dia ditinggal lagi oleh Devano.

"E-eh, l-luna. Kok nangis?" Tanya devano saat melihat aluna menangis.

"Kamu pergi ya tadi? Kenapa ga bilang aku, hiks...aku, aku takut sendirian vano. Aku gak mau sendiri" rengek Aluna.

Melihat Aluna yang menangis, devano langsung memeluk gadis yang ada didepannya
"Engga, aku akan terus sama kamu Luna" devano menenangkan Aluna.

"Janji ya" ujar aluna dalam pelukan devano.

"Iyaa"

"Janji gak akan pergi tanpa pamit dulu ke aku?" Tanya aluna lagi.

"Iya Aluna, aku janji" ujar devano.

●●●

Irene, gadis itu kini sedang ada di sebuah cafe. Dia menunggu seseorang.

Hingga seseorang pria bertopi duduk dihadapan irene.

"Aidan"

Pria itu melepas topinya, lalu tersenyum menatap gadis yang telah mencuri hatinya saat di paris dulu.
"Hai babe" ujar aidan lembut.

●●●

Pukul 7 malam, setelah makan malam tadi. Kini saatnya aluna meminum obatnya.

"Kepala kamu masih sering sakit aluna?" Tanya devano sembari memberikan obat ke tangan aluna.

"Kadang-kadang"

"Vano" panggil aluna.

"Ya"

"Sebenernya, aku kadang mimpi. Tapi mimpi itu terasa nyata, kaya aku mengalaminya sendiri" ujar lia.

"Mimpi? Mimpi apa?" Tanya devano.

"Aku ada disebuah rumah mewah, rumah itu terbakar, suara tembakan, ada banyak mayat di sekelilingku, ada orang yang bilang supaya aku pergi dari si-AKKH" aluna langsung memegang kepalanya, sakit kepalanya kembali kambuh.

Devano Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang