8.

54 23 0
                                    

Gio menatap Raka yang terkapar di hadapannya.
"Ck, kau pikir aku akan membunuhmu? Panggil suster dan dokter, jika ditangani sekarang, mungkin dia masih bisa selamat" pinta Gio pada salah satu anak buahnya untuk membawa Raka ke Rumah sakit lain.







Gio masuk kedalam ruangan Aluna, dan melihat adik Iparnya sedang tidur terlelap di brankar rumah sakit.

"Hai manis, ka Gio datang untuk menjemputmu sekarang" ucap Gio sembari mengelus surai rambut adik iparnya.

"P-p-permisi, s-s-siapa anda. J-jangan menyentuh nona A-a-aluna" ucap salah satu perawat memberanikan berbicara dengan Gio.

"Oh hai, kenalkan aku Gio Adijaya. Kaka Ipar Aluna" Gio memperkenalkan diri.

"I-ipar?" 2 perawat yang berjaga di kamar Aluna saling tatap tak percaya.

"Tenang saja, aku tidak punya urusan dengan kalian. Jadi aku tidak akan menyakiti kalian, jika kalian patuh dengan perintahku" tambah Gio.

"Oh ya, sebaiknya kalian obati orang-orang diluar. Mereka terluka parah" kata Gio mengingatkan. Kedua perawat diruangan Aluna langsung keluar untuk mengecek kondisi Lobi ruang Rawat inap, dan benar saja. Banyak orang terluka disana.

"Ayok sayang, kita pulang sekarang" Gio menggendong tubuh Aluna ala bridal style keluar dari ruang rawat inap.

"T-tuan, anda mau membawa nona aluna kemana?" Tanya kepala perawat panik saat melihat Aluna dibawa pergi Gio.

"Membawanya pulang" jawab Gio santai.

"T-tapi tuan deva—"

"Dia akan menemuiku nanti, Bye" ucap Gio meninggalkan kepala perawat.

"T-tuan" saat Kepala perawat hendak mengejar Gio, anak buah Gio langsung menghadangnya sembari menunjukan senapan mereka.

●●●

Devano dan Javin sama-sama sudah babak belur karena saling tinju, namun Jevin enggan untuk mengakhiri pertandingannya dengan Devano malam ini.

"Astaga, si bodoh itu masih saja meladeni Jevin" ujar Noah melihat devano yang mulai kelelahan.

"Mereka sebenarnya sama-sama kelelahan, ya....si Jevin sama Devano gengsi buat ngaku" tambah Sean.

"Kalo si Irene liat, pasti dia ngomel mulu dari tadi" ucap karina.

"Sial, kenapa devano semakin kuat" batin Jevin menatap devano didepannya.

Jevin melihat salah satu anak buahnya yang ada di luar tinju ring, dia memberi isyarat "Gio berhasil membawa Aluna pergi"

Paham dengan isyarat dari anak buahnya, devano melepas sarung tinjunya dari tangannya.
"Sepertinya cukup untuk hari ini dev" ujar Jevin.

"Cukup? Kau yakin" tanya devano sembari melepas sarung tinjunya.

Jevin tertawa pelan
"Tentu, baiklah. Sesuai perjanjian, kau bisa menembak lenganku"

Devano mengambil senapan yang sudah dia siapkan di luar ring tinju, lalu bersiap menembak Jevin

Dor!

Jevin sempat tersentak hingga melangkah mundur ke belakang saat devano menembak kan pelurunya ke lengannya.

Jevin smirk, ternyata lumayan sakit juga.
"Kita akan bertemu lagi devano, dan saat itu, giliran aku yang akan menembakmu" ucap Jevin sebelum pergi

Devano Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang