Hari yang indah, dimana rasaku tak lagi payah.
Apa yang aku jalani ku syukuri sampai rasa nikmat menjumpai.
Sebagaimana aktifitas dirumah, subuh tiba wajib mengisi shaf pertama atau maju dari shaf pertama.
Aku bermakmum di shaf awal sebelah kanan, ku khusyukan sholat dengan mengartikan lafadz kala mulutku berucap.
Kali ini tak ku tinggalkan rakaat, ku hilangkan kebiasaan masbuk, karena aku tau meng-amini fatihah nya imam adalah keutamaan dari berjamaah.
Ku kuatkan rasa kantuk, ku simak bacaan surat yasin dalam rakat awal,dan dikuti hingga salam.
Berakhir ku ciumi tangan ibu di iringi kalam maaf pada nya.
Membiasakan hal ini adalah sesuatu yang membahagiakan, Aku harus menjadi anak bakti karena aku percaya hal ukhrowi yang akan mengangkat ia menjadi ratu dan bertemu dengan dzat yang maha pemilik qolbu.Subuh adalah kekuatan dan pagi adalah jembatan.
Pagi itu ku siap kan segala macam kebutuhan untuk pergi menjumpai rumah mbah yai sekaligus reuni akbar pesantren.
"berangkat sama siapa nu, mamah gak bisa anter lo nu"
"Gak usah mah, aku bareng temen-teman pondok,lagian gak ada yang di anter ibunya kaya nya hehe".
Ku lihat jam sudah berada di angka 9 ku salami ibu dan pamit pergi.
Tiga menit menuju pintu gerbang rumah mbah yai, hatiku dag dig dug tak karuan, rasa haru rasa nerves dengan segala macam nya bercampur aduk.
Ku tundukan kepala saat sudah ada di rumah yai, aku duduk di depan pilar menunggu tamu-tamu yang sedang asyik ngobrol dengan abah yai. Asyik sekali ku perhatikan, abah terlihat santai nyaman. Percakapan yang beliau bahas sungguh berkelas, membahas permasalahan hukum dalam fiqih. Dengan rasa penasaran, ku lihat kan mata ku ke arah nya, terlihat seseorang yang aku pernah lihat tapi tak ku kenali ia.
Selang sepuluh menit tamu itu pamit,aku masuk bersalam seperti biasa abah langsung menyebut nama ku.
"nurafifah, sareng saha kadieu, alumni nu sanes tos pada darongkap tacan?."
"ntos bah, panginten kin sakedap deui madep ka abah."
"oowh muhun."
Nu, nunu iraha atuh ieu nikah?tos aya tacan calon na,?."1
Pertanyaan yang bikin tercengang,tak mungkin rasanya aku bilang sejujur nya,aku hanya senyum menunduk.
"lamun tacan nu, eta nu tadi tah, saur abah mah pantes jeung nunu,ngaos na atuh aya'an rek naon deui.nunu daek teu lamun sareng eta, tapi abah rek naros keun heula ka jalmina tos gaduh apa tacan ituna"²
Pertanyaan dan pernyataan abah yai cukup pengertian,patut ku syukuri semuanya, selalu di ingat oleh guru adalah hadiah paling mahal yang tak bisa aku beli.
"Makan nu, ajak alumni yang lain, nasi sama ikan ngambil dari rumah abah aja mau ngeliwet juga boleh, beras nya ngambil dari dapur tuh, pokona jangan sampe henteu nu ngaliwet mah, ajakin yang lain."³
"Muhun bah."
Seperti biasa abah, terkenal dengan kebaikan nya, beliau selalu menghormati murid nya yang menggambarkan tidak gila hormat.
Bahagia rasanya bisa bernostalgia, bermalam di kamar yang dulu menjadi saksi perjuangan mondok, bisa merasakan lagi minum air keran tanpa di pasak, tentunya makan liwet satu nampan bareng-bareng itu yang menjadikan cerita paling menarik di sepanjang sejarah.
Tiba-tiba aku teringat nabila sepupu ku yang selalu menjadi teman baik ku,sepulang dari sini aku memutuskan untuk menjenguk nabila yang sudah kembali ke pondok.
"maula, besok anter jenguk sepupu ku yuk, di lagi di pondok kangen aku pengen ketemu, mumpung lagi di luar, kalo udah di rumah mager mau ke mana-tuh.mau anter gak ul?"
"Siap nu, siap aja deh kalo traktiran nya bakso hahaha"
"udah bulet juga bakso terus,nanti sama'an loh,hahaha."
Seperti biasa nunu dan maula tak bakal bisa libur dalam candaan,sahabat sedari dulu mereka mondok sampai jadi alumni terpisah oleh kehidupan masing-masing pun tak memudarkan rasa kompak nya mereka.
Setiba di lokasi pondok nya Nabila
"Maula, aneh banget gak si yang itu satu, cowok yang pake celana selutut sedangkan yang lain rapih dengan sarung nya."
"Hahaha, aneh si tapi...mungkin dia pake sarung tapi lagi kegerahan, haha"
"Bisa jadi, bisa jadi.
"Eh tapi juga nih, ko perasaan liatin kita aja yah kaya yang kenal wkwk apa karna terpesona melihat kita yang cantik". Maula selalu keluar tingkah konyol nya tanpa bisa dia tahan.
Nunu yang hanya menjawab dengan tawa itu sudah merasa cukup tak perlu dengan kata.
"Assalamualaikum" Nunu dan maula masuk ke kamar pondokan nya nabila.
"Waalaykumussalam nunuuuuuuu....kangen...ko bisa si ke sini dari mana emang." nabila tentu kaget campur senang di jenguk oleh sepupu yang ia anggap sahabat terbaik,tentu rasa itupun sama saja di rasakan oleh nunu yang senang melihat nabila. Dalam pertemuan nya itu sudah pasti mereka asyik dalam ngobrol tidak lupa juga dengan kang santri yang tadi nunu dan maula lihat sejak masuk ke area pondok nya nabila itu, mereka menceritakan nya dengan detail.
"Yang kulit nya putih bersih, rambut serada ikal terus bibir nya merah?." Nunu memperjelas siapa yang mereka lihat dengan sebuah pertanyaan yang meyakinkan bahwa itu seseorang yang di kenali nabila.
"Iya itu bener, cakep si tapi beda dari yang lain.wkwkwk" jawaban maula sudah tentu hanya guyon agar suasana selalu riang.
"Itu mah anak nya pak kiyai, itu yang aku ceritain sama kamu nu,orang dia udah tau kamu kan aku udah pernah liatin foto kamu sama beliau."
"Emmmmm..pantas aja tadi liatin kita dengan detail banget,sampe kita penasaran dan dengan detail juga perhatiin dia. Ternyataaa oooooh.... Cieee nunu..uhuuuy..." maula menggoda nabila, dan kabar baik itupun sudah tentu membuat maula senang, berharap nunu cepat mendapat kan jodoh.
Di tengah-tengah asyik nya ngobrol, tiba-tiba nabila mendapat panggilan dari salah satu teteh khodam yang sering membantu di rumah pak kiyai.
"Teh nabila di panggil a yusuf katanya suruh ke rumah pak kiyai sekarang"
"Muhun teh" nabila menoleh ke arah nunu dan maula, di panggil oleh a yusuf apakah mau menanyakan yang tadi dia lihat.
"Nunu..a yusuf itu yang kalian tadi ceritain,yang mau aku kenalin ke kamu nu,jangan-jangan deh ini mau menanyakan kejadian tadi haha."
"Lah ngarang, masa iya. Yaudah kesana aja dulu nu jangan dulu ke geeran hehe." Senyum maula sambil mengakhiri percakapan.
Sambil menunggu nabila, nunu mengajak maula melihat suasana pondok, melihat indah nya majelis yang di duduki santri, indah nya saung gajebo yang terus-terusan di duduki wali santri yang menjenguk.
Seperti nostalgia, suasa pondok nabila tak jauh beda sama pondokan nya nunu, karena sama-sama basis salafi sudah tentu akan menyerupai.
Setelah semuanya di kelilingi nunu dan maula kembali ke kamar nya nabila berharap nabila sudah kembali pulang dari rumah pak kiyai. Ternyata benar saja nabila sudah kembali dan menunggu nunu.
"Nunu, aku tadi cuma di tanya baju yang aa Yusuf mau pake, kan yang nyetrikain baju anak nya pak kiyai itu aku,kirain mau nanyain kamu juga,eh nggak tentara." Nabila cerita sedikit kecewa
"Yaela bila lebay banget, harus gitu nanyain aku?ya enggal lah udah santai aja."
"Iya sih nu,aku kasih tau nih yah, jadi a yusuf itu anak pak kiyai yang satu-satunya kuliah. Dari tujuh anak nya pak kiyai semua hanya sekolah dasar,setelah nya mondok tulen. Jadi cuma dia aja si, tapi cocok si nu sama kamu kalian berdua sama-sama tahfid, a yusuf itu kuliah sambil ngafal quran juga, ya bagus aja gitu kalo nikah bisa saling setor hafalan, keren nu.." buaian nabila sangat meyakinkan.
"Emang boleh seromantis itu" jawab maula yang sambil memegang dagu nya nunu,merayu agar nunu terbuai.
"Ko diem aja nu ih gak seru.. senyum-senyum doang gitu apaan ih. Gimana ke nu tanggapan nya, coba?" Nabila memaksa nunu agar bertanggapan positif dengan semuanya, namun nunu tidak bisa menanggapi saat itu juga dengan secara langsung.
Tidak lama kemudian nunu dan nabila pamit pulang karna waktu sudah menujukan jam 4 sore.
Nunu kembali ke rumah nya, seperti biasa dia tak lagi menjadi orang yang enak rebahan, banyak pesenan yang harus di sediakan dan ba'da dzuhur ikut mendidik anak santri bersama keluarga nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KUAT
RomanceTentang kemarin, yang menjatuh bangunkan rasa. Tentang kemarin yang tak lagi bermanusia. Aku yang tertatih berpura-pura bahagia. Aku yang masih bisa tersenyum usai menerima kecewa. Aku yang melangkah,meski batin ku berucap lelah. Masih memastikan ru...