Satu cowok SMA duduk anteng di atas jok motor nungguin seseorang yang lagi bersiap di dalam rumah.
Gak lama, yang ditunggu keluar juga.
"Lama amat, kayak putri Solo. Mana dasi?"
"Ada, tapi mager makenya."
Jawabannya ngebuat si adik kelas nepuk jidatnya sendiri, kadang kemageran kakak kelasnya ini di luar nalar.
Gak kadang sih, hampir tiap hari.
"Bayangin jantung lo mager."
"Yang keenakan nanti lo, dapet wonder satu kardus. Dah, berangkat ayo Pi."
"Dih nyuruh, siapa lo?"
"Rafandra Zevano, anak dari sepasang suami istri dengan ayah bernama Bapak Su-"
"Oke kak bisa dimengerti."
Cowok berpapan nama Kaivan Garvi itu pun langsung nyalain mesin motornya buat berangkat ke sekolah.
Singkatnya sampai di sekolah, dua cowok itu nautin kedua alisnya sambil ngeliat keadaan gerbang sekolah yang macet ngalahin ibu kota.
"Wah berulah lagi..."
"Siapa bang?"
"Kak Jee dan teman-teman seperti biasa."
Ternyata hari itu ada pemeriksaan dari pihak sekolah yang diwakilkan sama OSIS.
"Wah, berarti ada My Lovely Yupi dong? Aw!"
Zevan nyubit lengan Garvi agak keras, "Bucin ae isi otak lo."
"Daripada lo bang."
"Apaan?"
"Gak punya otak."
"Asu."
Sekarang giliran mereka berdua yang berhadapan sama anak-anak OSIS a.k.a babu sekolah si paling sibuk.
Garvi bernapas lega karena kali ini dirinya selamat. Cowok itu ngasih flying kiss ke salah satu anggota OSIS lucu nan mungiel yang berdiri di pojok.
Gilirannya Zevano, cowok itu keliatan santai pas diperiksa dari kepala sampai ke kaki.
"20 poin. Lo niat sekolah gak? Dasi gak dipake, rambut semiran, baju dikeluarin, sepatu gak sesuai, niat sekolah gak gue nanya?"
"Gak lah. Gue sekolah biar dapet duit doang, tiada tujuanku selain kantin Mbak Riska~"
Jeevans alias ketua OSIS langsung mukul helm yang dipake sama Zevan, "Udah salah, ngeles lagi. Hansel, catet nama sama kelas ntar lo yang urus."
Yang merasa terpanggil manggut-manggut aja, "Siap Kak."
Mata Zevan bertemu dengan tatapan tajam seorang anggota OSIS yang barusan nyatet namanya di dalam buku kematian.
"Oke, lanjut."
Garvi ngejalanin motornya sampai ke parkiran belakang.
"Baru kecegat sekali udah 20 poin, bisa kenyang 2 tahun tuh anjir."
"Kata Mamah gue gak boleh temanan sama orang sombong, jadi bye!" Zevan lari ninggalin Garvi yang cuman natap dia di belakang.
"Ini sebenarnya yang kakak kelas lo atau gue sih bang?"
Lagi enak-enaknya turu di tengah gempuran fisika, Zevan terpaksa bangun karena dipanggil sama pihak OSIS buat ke ruangan mereka.
Dengan terpaksa cowok itu jalan keluar kelas dengan 3L (Lemas, Letih, Lesu).
"Ya?" Zevan akhirnya sampai ke ruang OSIS.
"Lo, duduk sini," ucap seorang cowok dengan tatapan tajam.
Zevan nurut.
"Kumpulin dulu nyawa lo, biar lo sadar apa kesalahan lo."
"Izin tidur lagi boleh gak?"
"Gue izinin, kalo lo bisa tidur untuk selamanya."
Zevan melotot kaget, "Ngeri banget, aduh atuttt."
"Gue gak bercanda."
Zevan langsung berdehem, "O-oh ya? Hahaha pantes gak lucu sialan..."
Cowok itu ngehela nafas, "Oke jadi apa kesalahan lo?"
"Kan ada di catetan lo, baca sendiri lah."
"Gue mau nanya langsung."
"Mager ngomong."
"Mau gue cium bibir lo biar gak mager?"
Sumpah. Baru kali ini bulu kuduk Zevan berdiri semua ngedenger kalimat itu. Lebih merinding ini daripada ngeliat mbak kun kemarin malem.
"Anjing mesum banget lo babi."
"Gue gak bercanda."
Oke, situasi macam apa sekarang?
"Oke kalem bre, jadi gue gak pake dasi, rambut gue semiran,.." Zevan ngejelasin kesalahan yang dia berbuat dengan runtut tanpa ketinggalan satu kesalahan apapun.
"Cukup kesalahan yang ada di sekolah, yang di rumah gak perlu dibahas."
"Ngoookkkey."
OSIS yang diketahui bernama Hansel itu nyatet beberapa hal yang gak bisa Zevan intip. Karena tulisannya kayak tulisan dokter.
"Lo harus dihukum."
Zevan ngehela nafas lelah.
"Hukum di kantin Mbak Riska dong, laper gue."
"Oke kalo itu mau lo, ayo ke kantin."
"Lah anjing, maksudnya??"
"Segera atau gue bakal nambah poin lo."
Zevan dengan cepat berdiri dari duduknya dan ngikutin Hansel dari belakang. Zevan ngegumam gak jelas, tapi yang jelas dia lagi ngatain manusia yang ada di depannya sekarang.
Perjalanan dari ruang OSIS sampai ke kantin gak sejauh itu, jadi mereka bisa cepat sampai di sana.
"Bayarin makanan gue."
Di detik itu juga Zevan melongo.
"Bu, ayam geprek 1 pake sambel bawang sama es teh 1." Dengan santainya Hansel mesen makanan yang ada di salah satu kantin.
Hansel natap Zevan yang masih berdiri di sana.
"Lo ngapain di situ?"
"Sialan, lo anjing kata gue."
Zevan makin gak suka sama cowok yang bernama Hansel ini. Dengan seenak jidat minta dibayarin sama Zevan yang jelas-jelas kedua cowok itu belum saling kenal.
to be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Sekolah | Binhao
Fanfiction"Anak-anak lain juga ada yang gak pake dasi! Kenapa harus gue sih yang kena hukuman!?" Pokoknya Hansel adalah orang yang selalu pengen Zevan hindari saat di sekolah. Bukan tanpa alasan, cowok bernama Angkasa Hansel itu selalu membuat Rafandra Zevano...