2

10K 669 55
                                    

Zevan termenung galau di mejanya. Sifat anaknya gak gampang galau, ngebuat beberapa teman kelasnya jadi kasihan ngeliat Zevan yang bentukannya kayak orang mau bundir.

Salah satu temannya sampai ngedeketin cowok itu, "Zev, lo oke kan? Kalo nggak gue ada tali rafia nih buat bantu lo bundir di pohon cabe."

Zevan mukul mejanya frustasi, "Duit gue!"

"Oh depresi karena lagi miskin, sangat tidak menarik."

Akhirnya Zevan hanya ditemani oleh kesendiriannya di dalam kelas itu, sebelum beberapa orang masuk ke dalam kelasnya tiba-tiba.

Zevan refleks ngangkat kepalanya dan ngeliat siapa makhluk yang masuk ke kelasnya.

"Selamat siang teman-teman, kami dari pihak OSIS-"

Mendengar kata OSIS, mood Zevan yang tadinya udah jelek nambah jelek. Cowok itu udah mental breakdance.

"-ingin meminta iuran sukarela dari kalian untuk kepentingan sekolah, ini perintah dari kepsek."

Zevan ngegaruk kepalanya yang gak gatel. Cowok itu udah sedikit mikir, kenapa setiap minggu ada iuran sukarela?

Mau nanya kepentingannya apa, tapi cowok itu udah terlanjur males.

Gak ada 5 menit, akhirnya kegiatan itu selesai. Anak OSIS yang tadi langsung pamit dari sana buat keliling ke kelas lain.

Zevan berdiri dari duduknya dan keluar kelas seenak jidat. Padahal mapel selanjutnya bakal dimulai.

"Dasi lo mana?"

Langkah Zevan kepaksa berhenti karena dicegat sama oknum yang kemarin udah meras dompetnya. 

Seolah ada dendam terselubung, Zevan nyuekin Hansel yang lagi megang beberapa kertas di tangannya.

"Tambah 1 poin, sekarang lo bawain ini." Hansel maksa Zevan buat ngambil kertas-kertas yang ada di tangannya.

Udah jelas Zevan nolak mentah-mentah.

"Gak, gak, gak. Ada banyak yang gak pake dasi di sini, kenapa harus gue yang dihukum?!" ucap Zevan sengaja sedikit lebih keras.

"Lo emang salah, jadi lo nurut aja sama apa yang gue suruh, karena lo adalah tanggung jawab gue."

Zevan berdecak kesal, "Ngomong apa sih? Kek gue istri lo aja perlu ditanggung jawabin." Zevan ngembaliin kertas ke tangan Hansel.

"Emang. Lo tanggung jawab gue, sekarang ikut gue ke waka."

Zevan natap Hansel gak suka. Cowok itu lagi gak mood, malah disuruh jalan ke ruang waka yang jaraknya lumayan jauh.

"Nolak? Oke setengah poin gue tulis di samping nama lo."

"Apaan anjir poin setengah!?"

"Gak usah protes."

Sumpah, manusia satu ini memang di luar perkiraan Zevan. 

Akhirnya dengan berat hari Zevan ngintilin Hansel jalan ke ruang waka buat ngasih kertas yang berisi data-data.

Sampai di ruangan waka, Hansel dengan gercep nyampaiin data itu ke wakil kepala sekolah.

"Udah, sekarang lo ikut gue lagi."

Zevan melotot, "Lagi?? Duh sorry sorry aja nih gue lagi mager."

Hansel ngehela nafas dan langsung nekuk sedikit lututnya di depan Zevan yang ngebuat cowok itu heran.

"Lo ngapain ngab?"

"Katanya mager, yaudah naik."

Zevan rasanya pengen secepatnya lulus dari sekolah itu. Agaknya dirinya gak kuat berhadapan dengan manusia-manusia gaje yang menetap di sekolah yang sama.

Tapi walaupun heran, Zevan juga endingnya tetep naik ke punggung Hansel.

Udah terlanjur mager.

Hansel nyamanin poisi Zevan digendongannya. Cowok itu ngelangkah kayak gak ada beban di belakangnya saat itu.

Tangan Zevan ngelingkar di leher Hansel dan tangan Hansel yang nahan paha Zevan biar anak itu gak jatuh.

"Gue ingetin, kalo poin lo udah mencapai 100, lo bakal dikeluarin paksa sama sekolah," ucap Hansel ke cowok yang ada di punggungnya.

"Ya, nice ingfo."

Hansel nurunin Zevan tepat di depan ruang OSIS. Zevan natap pintu ruang OSIS dengan tatapan datar.

"Napa kesini?"

Hansel narik tangan Zevan biar cowok itu masuk ke dalam ruangan. Selanjutnya Hansel ngambil sesuatu dari dalem lemari kecil yang ada di sana.

Ternyata sesuatu itu adalah dasi baru yang emang sengaja ditaruh di sana.

Hansel jalan ke arah Zevan dan ngangkat kerah seragam cowok itu.

"Lo mager, jadi gue yang gerak."

Zevan diem-diem aja, dia gak protes atau apapun itu. Selama dia gak gerak ya udah nikmatin aja.

Hansel masangin dasi ke leher Zevan. Gak ada 2 menit, dasi udah kepasang di leher Zevan dengan rapi.

"Gini kan cakep."

"Oh jelas, makasih. Gue emang udah cakep dari janin."

Hansel ngehela nafas lelah, "Gue ke toilet bentar."

"Ngokkheyy."

Akhirnya tersisa Zevan sendiri di dalam ruangan. Buat ngisi waktunya, cowok itu ngepoin dikit-dikit ruangan para babu sekolah.

Matanya gak sengaja nangkep sebuah kertas yang ada di atas meja meeting OSIS. Zevan langsung duduk di salah satu kursi dan ngebaca kertas itu.

Ternyata itu adalah daftar nama siswa yang udah dicatet sama OSIS, termasuk namanya juga ada di sana.

"Oh, jadi bukan cuman gue doang yang jadi tanggung jawab si Hansel?"

"Oh, jadi bukan cuman gue doang yang jadi tanggung jawab si Hansel?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

to be continued.



Zhanghao introvert? wuahahah itu tidak ada di sini kawan.

Anak Sekolah | BinhaoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang